Blog yang berisi catatan-catatan singkat dan sederhana. Mencoba menangkap dan menulis pesan bijak dari berbagai sumber.

About

Kamis, 08 November 2012

Pria Metroseksual, Uberseksual vs Alumni Ramadhan

gambar: pinterest.com
Dalam beberapa kesempatan mengisi training pengembangan diri saya seringkali bercanda kepada para pelajar dan mahasiswa tentang "model manusia" Indonesia menurut iklan. Iklan mengajarkan bahwa seorang wanita yang sempurna adalah: harus memiliki kulit yang putih, rambut panjang dan lurus, body langsing, tinggi semampai, suara harus bagus, dan seabrek identitas lainnya. Sedang bagi laki-laki: paling tidak harus jangkung, kulit putih, tubuh atletis, kaya dan lain-lain. 

Dan ternyata, tidak sedikit para remaja, bahkan orang tua sampai manula yang terpengaruh dengan "model manusia" versi iklan ini. Sekitar tahun 2002, di Yogyakarta, ada kasus yang tragis sekaligus unik. Seorang remaja putri ditemukan tewas gantung diri dikamarnya. Alasan gantung diri rupanya cukup unik. Bentuk tubuh serta warna kulit dan pesona wajah yang tak mirip sinetron adalah alasannya untuk mengakhiri hidup. 

Bagi sebagian kita, mungkin hal ini tak masuk akal. Tapi ini adalah fakta dan salah satu dari sekian pengaruh "model manusia" menurut iklan. Manusia memang selalu mencari model/percontohan untuk hidupnya. Mulai dari level model ideology sampai yang simple seperti model pakaian dan gaya rambut. Dan kadang, standarnya lumayan sederhana, yaitu sesuatu yang disukai banyak orang. Maka orang berlomba-lomba mendekatkan diri untuk sama dengan model atau trend tersebut. 

Walau trend kadangkadang berubah dengan cepat. Khusus untuk pria, salah satu trend gaya hidup yang mendapat perhatian begitu besar bagi kaum Adam ini adalah trend metroseksual. Mark Simpson, dipertengahan decade 90-an yang memperkenalkan istilah ini. Metroseksual disematkan untuk pria pesolek atau pria yang gemar berdandan, melakukan perawatan kulit, perawatan kuku serta rambut dan narsisme serta perhatian pada mode busana. 

Salim A Fillah dalam Jalan Cinta Para Pejuang menyebut David Beckham sebagai icon pria metroseksual. Dilapangan hijau, penampilannya begitu memukau penonton. Diluar lapangan, ia menjelma menjadi pria penebar pesona, sekaligus bintang iklan,yang sukses. Beckham adalah pedandan sejati. Sang isteri, Victoria Posh Spice', pernah membuat pengakuan, "Saya hanya perlu setengah jam untuk bersiap keluar rumah. Dia Setidaknya dua jam untuk dandan!" Maka citra Beckham sebagai lelaki sejati, ayah dan suami yang baik, maskulin, serta professional menjadi citra Metroseksual. Citra yang menjadi trend dan diikuti banyak pria di dunia. 

Maka jangan kaget jika kita melihat para pria baik adik, teman, saudara, atau tetangga yang tiba-tiba senang melakukan perawatan kulit, perawatan kuku, perawatan rambut dan narsisme. Buktinya adalah hasil riset Euro RSCG pada paruh kedua tahun 2004 yang mencoba memantau perilaku pria di Inggris dan Amerika untuk penampilan fisik mereka. Hasilnya menunjukkan bahwa 89 responden mengaku bahwa merias dan mempercantik penampilan diri adalah hal penting bagi mereka. 

Namun,Tahun 2005, ada trend baru yang muncul. Marian Salzman kepala riset di Euro RSCB bersama Ira Matathia dan Ann O'Relly merilis buku barunya, The Future Man. Menurut riset mereka, pria masa depan yang menjadi trend adalah Istilah sebagaimana Salim Fillah menjelaskan dalam bukunya Jalan Cinta Para Pejuang berasal dari bahasa jerman, yang berarti "diatas" atau superior". Konsep uberseksual menekankan keunggulan kualitatif . Menurut Salzman, pria uberseksual adalah pria yang menggunakan aspek maskulinitas, seperti kepercayaan diri, kepemimpinan dan kepedulian terhadap orang lain dalam kehidupannya. 

Pria uberseksual ini sangat peduli pada nilai dan prinsip hidup. Icon untuk para uberseksual antara lain adalah Barrack Hussein Obama dan Sir Paul Hewson alias Bono, vokalis band U2. Kini dunia, kata Marian Salzman, jauh lebih berharap kepada pria-pria yang menghabiska waktunya untuk membaca buku, mengikuti berbagai pelatihan, mencermati perkembangan mutakhi dan menganalisis berbagai peristiwa disamping juga menarik secara penampilan, dari pada mereka yang sibuk ke salon, menata rambut, mempermak wajah, dan memadukan assesorisnya. Dunia berharap pada pria masa depan, pria yang memiliki perhatian besar pada lingkungannya, nasib masyarakatnya, dan kemajuan dunia ketimbang mereka yang begitu perhatian pada beberapa kalori yang diserapnya setiap hari dan menginvestasikan uang untuk mempercantik kulit. 

Secara psikologis, Salim, pria metroseksual adalah gelas kosong yang dipoles, sedang pria uberseksual adalah gelas yang penuh minuman manis. Maka akan tampak gejala kecil perbedaan ini: para pria metroseksual selalu mencoba menarik perhatian para wanita. Sebaliknya para pria uberseksual sangat menghormati wanita. Intinya metroseksual setia pada dirinya, sementara uberseksual setia pada prinsipnya. 

 Nah, bagaimana dengan anda yang mengaku Muslim? Apakah anda sudah terpengaruh dengan salah satu trend di atas?Tapi, tunggu! Sejak awal, sebagai muslim, kita punya teladan yang lebih agung dari pada para pria uberseksual manapun. Itulah Rasulullah yang penampilannya begitu menarik. Muhammad, Rasulullah SAW telah mencontohkan kepada kita model manusia sesungguhnya. Sebuah model manusia yang tetap relevan sepanjang zaman. 

Menurut Ust. Anis Matta, Model Manusia Muslim adalah Keseluruhan kehendak Allah SWT tentang bagaimana seharusnya seorang muslim menjadi. Ada empat kualifikasi yang menggambarkan kehendak-kehendak Allah SWT, sebagaimana digambarkan dalam surat Al 'Asr: Iman, amal shalih, dakwah an sabar, dapat di rekonstruksikan secara sederhana dalam tiga tangga kehidupan: afiliasi, partisipasi dan kontribusi. Afiliasi adalah tangga dimana seorang bergabung dan memperbaharui kembali komitmennya kepada Islam menjadikan Islam sebagai basis identitas yang membentuk paradigm, mentalitas dan karakternya. 

Dalam proses afiliasi ulang itu, kita memperbaharui kembali komitmen kita dalam tiga hal. Pertama, komitmen aqidah yang menetapkan tujuan dan orientasi, atau visi dan misi kehidupan kita. Kedua, Komitmen ibadah yang menentukan pola dan jalan kehidupan, atau cara kita menjalani kehidupan. Ketiga, Komitmen akhlaq yang menentuka pola sikap dan perilaku dalam seluruh aspek kehidupan kita. Partisipasi adalah tangga kedua dimana seorang Muslim telah mencapai kesempurnaan pribadinya, dari mana kemudian ia melebur ke masyarakat, menyatu dan bersinergi dengan mereka, guna mendistribusikan keshalihannya. 

Dalam proses partisipasi itu, kita melakukan tiga hal. Pertama, Komitmen untuk mendukung semua proyek kebajikan dan melawan semua proyek kerusakan ditengah masyarakat. Kedua komitmen untuk selalu menjadi factor pemberi atau pembawa manfaat dalam masyarakat. Ketiga, komitmen untuk selalu menjadi factor perekat masyarakat dan pencegah disintegrasi social. Kontribusi adalah tangga ketiga dimana seorang muslim yang telah terintegrasi dengan komunitas dan lingkungannya (keluarga, perusahaan, dan masyarakat) berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan posisi dan perannya, sesuai dengan bidang spesialisasinya, agar ia lebih tepat dan sesuai dengan kompetensi intinya. 

Dengan cara itu, ia dapat memberikan kontribusi sebesar-besarnya dan menyiapkan sebuah karya terbesar dalam hidupnya. Amal yang ia persembahkan bagi Allah, umat, dan kemanusiaan secara umum dan bagi komunitas social dan bisnisnya secara khusus. Kontribusi itu dapat ia berikan dalam berbagai bidang pemikiran, kepemimpinan profesionalisme, finansial dan yang lainnya. Dengan melewat ketiga tangga tersebut, seorang Muslim menggabungkan tiga kekuatan sekaligus kekuatan pribadi, kekuatan social dan kekuatan profesionalisme. 

Manusia muslim yang memiliki kualifikasi tersebut, pastilah akan menjadi manusia-manusia yang cemerlang. Dan kecemerlangan mereka, pastilah akan mempesona masyarakat dan lingkungan dimana ia berada. Pesona kecemerlangan mereka tentulah dengan sendiri akan menjadi pesona Islam. Bulan Ramadhan adalah wadah bagi kita sebagai Muslim untuk melakukan metamorphosis, Quantum atau lompatan besar dalam menghadirkan pesonapesona kecemerlangan itu dalam diri kita. Sehingga akhirnya kita menjadi manusia-manusia baru yang mengisi ruang sejarah dengan beribu kemanfaatan bagi orang banyak, yang jauh melampaui segala trend gaya hidup buatan manusia. ***

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More