![]() |
Sumber gambar: www.yakomozyakut.com |
“Kunci motivasi adalah imajinasi atau membayangkan”, kata J.I. Suharli dalam bukunya yang berjudul Habit. Einstein menilai imajinasi lebih penting daripada ilmu pengetahuan. Orang yang selalu termotivasi dan berpikir positif selalu mempunyai gambaran yang jelas tentang masa depannya. Orang yang sudah punya tujuan hidup yang spesifik tentang apa yang dikatakan orang-orang yang mengenalnya saat akhir menutup mata. Tujuan hidup itu adalah hal positif selalu mempunyai gambaran yang jelas tentang masa depannya.
Ribuan tahun yang lalu, muncul Vini, Vidi, Vici. Kata-kata ini berasal dari bahasa latin, yang berarti ‘Saya datang, saya melihat, saya menang/menaklukkan’. Kata yang akhirnya mendunia ini digunakan oleh Yulius Caesar dalam pesan yang di kirimkannya kepada senat Romawi. Sebuah pesan yang menggambarkan kemenangannya usai mengakhiri perlawanan Pharnaces II, penguasa Pontus, sebuah wilayah Persia yang terletak di pesisir selatan Laut Hitam.
Siapakah Yulius Caesar? Michael H. Hart dalam buku ‘100 orang paling berpengaruh di dunia’ menulis: “Julius Caesar adalah salah satu figure politik paling kharismatik dalam sejarah dan memiliki berbagai macam bakat. Ia seorang politisi yang sukses. Jendral yang brilian, seorang orator yang hebat dan seorang penulis". Gelar kaisar pada kerajaan Jerman dan Czar untuk Rusia diambil dari kata Caesar. Sebuah tanda penghormatan dan penghargaan buat Yulius Caesar.
Walaupun Vini, Vidi, Vici adalah kata-kata –kemudian menjadi terkenal- yang Ia kirimkan usai menaklukkan Pontus, tapi menurut pendapat Saya, 3 (tiga) kata ini sudah sejak lama menjadi mindsetnya. Sebuah keyakinan dalam merealisasikan visi besarnya sebagai seorang pemimpin. Karenanya tidak berapa lama usai menaklukkan Pontus, Ia ditunjuk menjadi Gubernur yang membawahi 3 (tiga) provinsi Romawi: Galia Cisalpine (sebelah utara Italia), Illyricum (daerah pesisir Yugoslavia), dan Galia Narbonese (pesisir Selatan Prancis). Sekaligus mengepalai 20.000 prajurit yang terdiridari 4 (empat) legiun. Sebuah prestasi yang hanya mampu dicapai oleh orang-orang besar dengan keyakinan kuat.
Kalau kita membaca sejarah beberapa tokoh besar, kita akan menemukan bahwa seringkali betapa mudah mereka merealisasikan mimpi-mimpinya. Mereka menjadi manusia efektif. Manusia yang jarak antara ide dan realisasinya begitu dekat. Mengapa bisa begitu? Kalau pertanyaan ini ditujukan kepada Ippho Santosa, maka Sang penulis 7 Keajaiban Rezeki ini akan menjelaskan kepada kita tentang Law of Attraction.
Apa itu Law of Attraction? Menurut Ippho, Law of Attraction (LOA) atau Hukum Tarik-Menarik, secara sederhana adalah “Apa yang Anda pikirkan, itulah yang semesta berikan”. Pikiran kitalah yang yang menarik segala sesuatu itu terjadi. Thoughts become things. Tentu saja, itu terjadi dengan izin Yang Maha Kuasa. Bukankah Dia itu persis seperti persangkaan hamba-Nya?
Apa itu Law of Attraction? Menurut Ippho, Law of Attraction (LOA) atau Hukum Tarik-Menarik, secara sederhana adalah “Apa yang Anda pikirkan, itulah yang semesta berikan”. Pikiran kitalah yang yang menarik segala sesuatu itu terjadi. Thoughts become things. Tentu saja, itu terjadi dengan izin Yang Maha Kuasa. Bukankah Dia itu persis seperti persangkaan hamba-Nya?
Akan tetapi, LOA itu punya hokum-hukum tersendiri. Berikut Saya kutipkan pendapat Ippho Santosa tentang hokum LOA dalam buku 7 Keajaiban Rezeki. Tapi biar singkat, Saya membaginya menjadi 4 (empat):
Pertama, Doa itu terkait erat dengan LOA. Keduanya saling menguatkan satu sama lain. Pada hakikatnya doa, impian, dan harapan itu kurang-lebih sama saja. Ianya adalah sesuatu yang ingin Anda wujudkan. Terdapat satu buhul (ikatan) yang menghubungkan Anda dengan orang-orang disekitar Anda? Sehingga mau idak mau, buhul ini mempengaruhi terwujud atau tidaknya impian Anda. Begitu impian orang-orang disekitar Anda selaras dengan impian Anda, berarti impian Anda menjadi lebih ‘bersayap’. Dimana impian Anda akan lebih cepat terwujud. Sangat cepat!
Kedua, Pikiran yang kosong itu gampang kesambet. Jangan salah paham, ini sama sekali bukan soal kerasukan. Maksud Saya, pikiran yang kosong mudah dikalahkan oleh pikiran yang berisi. Pikiran yang lemah mudah dikalahkan oleh pikiran yang kuat. Pikiran yang ragu-ragu mudah dikalahkan oleh pikiran yang yakin.
Ketiga, Sebagian kita kadang menggerutu, mengapa Yang Maha Kuasa tidak mau mengabulkan doa dan mewujidkan impian kita. Padahal bukan begitu. Justru kitalah yang tidak mematuhi hokum-hukum LOA. Ingatlah, doa itu terkait erat dengan LOA. Terbukti, orang atheis sekalipun dapat mewujudkan impiannya, semata-mata karena ia mematuhi hukum-hukum LOA.
Keempat, Gabungan antar adab doa dan hokum LOA membuat impian Anda terwujud dalam waktu yang jauh lebih cepat! Jadi, gabungan keduanya, bukan salah satunya. Menurut paham otak kiri, tentu ini sulit untuk diterima, sampailah ia benar-benar mencoba dan membuktikannya.
Oh Iya, ada pertanyaan menarik yang ditujukan kepada Adi W. Gunawan, penulis buku The Secret of Mindset: “…Kenapaya kok saya belum bisa mengaktifkan The Law of Attraction dalam diri Saya? Padahal Bob Proctor mengatakan, “If you see it in your mind, you’re going to hold it in your hand”. Saya melakukan visualisasi setiap hari, tetapi tetap belum bisa mendapatkan apa yang saya inginkan. Apa yang salahya, Pak?”
Dalam The Secret of Mindset-nya, Adi menjawab: “Bob Proctor tidak salah saat ia berkata demikian. Namun, yang perlu kita cermati, hanya bisa “melihat” di dalam pikiran kita –apa yang kitainginkan- tidak cukup. Bila Anda cukup teliti, ada tiga langkah sukses yang diajarkan di The Secret untuk mengaktifkan The Law of Attraction, yaitu ask (meminta), believe (meyakini), dan receive (menerima). Jadi jelas masih ada satu komponen penting, yaitu belief yang harus diperhatikan agar bias mendapatkan apa yang diinginkan. Lima prinsip untuk mengaktifkanThe Law of Attraction, yaitu: Impian, believe, syukur, pasrah, doa”.
Banyak orang yang biasa melakukan visualisasi dengan sangat jelas dan spesifik tetapi tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan. Padahal mereka melakukan visualisas dan diperkuat dengan afirmasi yang juga di lakukan setiap hari. Yang jarang mereka sadari adalah seringkali saat melakukan visualisasi atau afirmasi, mereka sebenarnya hanya percaya sebatas pikiran sadar. Pikiran bawah sadar mereka ternyata tidak percaya kalau mereka bisa mendapatkan yang mereka inginkan, yang mereka visualisasikan atau yang meraka afirmasikan.
“Bagaimana kita tahu pikiran bawah sadar kita menolak? Bagaimana kita tahu jika belief kita tidak mendukung kita dalam mendapatkan hal-hal yang kita inginkan? Caranya sangat mudah. Coba cek perasaan anda. Setiap kali Anda menginginkan sesuatu dan muncul perasaan tidak enak di hati Anda, ini berarti ada penolakan oleh pikiran bawah sadar. Hal ini berarti ada belief atau value yang konflik”. Jelas Adi.
1 komentar:
Bingung Cari Agen Slot Terlengkap Dan Terpercaya ?
Yuk Daftar Dan Bermain Di Bolavita .site
Daftar Akun Anda dan Menang jackpot Hingga Ratusan Juta.
Dapatkan Bonus New Member 10% / Cashback Hingga 10%.
.
• Slots Games
• Ding Dong
• Tembak Ikan
• Bingo
NB : Bisa dimainkan di perangkat smartphone Android / iOS
Hubungi Kontak CS BOLAVITA Di Sini (24 jam Online):
.
• BBM: BOLAVITA
• WeChat: BOLAVITA
• WA: +62812-2222-995
• Line : cs_bolavita
Posting Komentar