Blog yang berisi catatan-catatan singkat dan sederhana. Mencoba menangkap dan menulis pesan bijak dari berbagai sumber.

About

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 16 Januari 2016

Bom Sarinah & Pola Baru Kehidupan

Sumber gambar: Tribun.com
           Jakarta kembali diguncang Bom. Kali ini di Jalan MH Thamrin, kawasan Sarinah, Jakarta Pusat. Selubung awan duka merundung Ibu Kota pada Kamis, 14 Januari 2016. Dan seingat Saya, sudah beberapa kali peristiwa yang sama terjadi di pusat pemerintahan Indonesia itu. 
           Tahun 2003 bom meledak di kawasan Mega Kuningan dan menghancurkan hotel JW Marriott. Tahun 2004, bom meledak lagi di depan Kedubes Australia, kawasan Kuningan Jakarta. Selanjutnya di tahun 2009, bom kembali meledak di hotel mewah Ritz-Carlton dan JW Marriott, yang berakibat batalnya juara Liga Inggris, Manchester United (MU) bertandang ke Gelora Bung Karno.
           Tujuan teror semacam ini tentu untuk menghadirkan ketakutan, kepanikan dan kecemasan pada warga masyarakat. Walau sebagian penduduk Jakarta kemudian bereaksi dengan mengucap: “Kami tidak takut teror”, tapi seorang pakar psokologi yang Saya tonton tadi pagi di sebuah TV berita (swasta) nasional mengatakan: “Tujuan teror berhasil…!!!”. 
            Baiklah, pada kesempatan ini Saya tidak membahas tentang dampak sosial, politik, ekonomi dan global dari Bom Sarinah ini. Biarlah para ahli yang menjelaskannya. Dan detail tentangnya bisa kita simak di berbagai sajian pemberitaan media. Saya hanya membahas hal yang sederhana, tapi masih ada hubungannya dengan bom meledak, yaitu tentang perubahan pola. Oh iya, apa yang terjadi pada Anda saat sedang terlibat pembicaraan, lalu tiba-tiba mendengar bom meledak atau petir menggelegar? Tentu akan keget dan percakapan terhenti saat itu juga. Namun, setelah rasa kaget hilang, apa yang terjadi dengan percakapan Anda sebelumnya? Ya, topik pembicaraan benar-benar terlupakan. 
          Terkait hilangnya topik pembicaraan tersebut, Bong Chandra dalam bukunya yang berjudul ‘The Science of Luck’ berujar: “Kenapa tiba-tiba kita lupa topik yang sedang kita bicarakan sebelumnya? Itu terjadi karena pola kita telah dirusak oleh sesuatu yang ekstrem…”. Dan sesuatu yang ekstrem itu adalah petir dan bom. 
           Nah, apa yang dimaksud dengan ‘Pola’? Sebelum kita menjawabnya, Saya akan bercerita sedikit tentang tokoh Patrick dalam film kartun Sponge Bob Square Pants. Si Bintang laut yang juga sahabat Sponge Bob ini adalah anak yang pemalas. Rutinitas hariannya tidak patut untuk di contoh. Ia bangun di pagi hari setelah jam wekernya berdering berulang-ulang dalam waktu yang cukup lama. Usai terbangun dan menghancurkan jam wekernya, ia lalu menuju kulkas. Hanya sedikit makanan kaleng pada kulkas yang terdapat sarang laba-laba di dalamnya. Di dapurnya, sisa makanan berserakan di mana-mana. 
            Sudah itu ia ke kamar mandi. Lalu membersihkan diri dengan cara yang agak menjijikkan. Sekedar info, selain pemalas, Si Patrick ini adalah sahabat sponge bob yang konyol, lucu sekaligus menjengkelkan. Usai menyelesaikan rutinitasnya di dalam rumah, ia lalu melanjutkan kekonyolannya ke luar rumah, dalam keseharian di Bikini Buttom. Tiap hari begitu modelnya. 
           Rutinitas atau kebiasaan buruk Patrick ini, adalah Pola. Semakin Si Bintang Laut ini mengalir mengikuti pola-nya, maka semakin sulit ia keluar dari pola tersebut. Dan setiap orang tentu memiliki pola. Baik itu pola yang baik, atau pola yang buruk. Pola yang baik harus dipertahankan. Tetapi pola buruk, tentu harus di ubah. Sebab hal buruk dapat merugikan kehidupan seseorang dalam segala hal. 
             Bayangkan saja, manajemen waktu yang buruk, kebiasaan menunda, selalu menyalahkan orang lain, sulit berkonsentrasi, pesimisme berlebihan, stress yang berkepanjangan dan lain sebagainya, semua ini adalah pola buruk. Tentu ini sekaligus berdampak buruk pada karir dan kehidupan seseorang. 
             Pertanyaannya adalah, bagaimana cara mengubah pola buruk? Salah satu jawabannya adalah dengan melakukan suatu hal yang ekstrem. Mendengar bom meledak atau suara petir yang menggelegar adalah analoginya. Sebagaimana telah disinggung pada paragraph di atas, orang-orang yang sedang asyik bercakap, lalu tiba-tiba kaget mendengar suara bom meletus atau petir menggelegar, akan terlupa dengan topik pembicaraan sebelumnya, ketika rasa kagetnya hilang. 
         Begini penjelasannya. Kata Bong Candra, kebiasaan buruk bisa diubah secara ilmiah. Menurut Developer-Author-Motivator ini, yang harus dilakukan adalah: Pertama, merusak pola (buruk) tersebut dengan melakukan hal lain yang tidak berhubungan (melakukan hal ekstrim positif yang tidak berhubungan). “Contohnya: seseorang yang sedang dalam keadaan marah, akan mendadak tenang hatinya setelah ia mandi dengan air yang sangat dingin”. Jelas Chandra. Inilah yang dimaksud dengan analogi mendengar bom meletus atau petir menggelegar. 
         Kedua, Lakukan dengan cepat. Hal kedua yang perlu diperhatikan dalam merusak pola adalah kecepatan. Kecepatan akan membuat kesempatan untuk berpikir semakin sempit. Jika kita sedang terjebak dalam pola (mood) yang buruk, segera lakukan lari pagi untuk merusak pola itu. Sebab sesuatu yang dilakukan dengan cepat akan membuat otak sulit berkonsentrasi pada pola yang lama, dan inilah kesempatan terbaik untuk memasukkan pola baru yang lebih positif. 
            Ketiga, Ganti Suasana. Salah satu klub sepak bola terbesar di dunia mengajak para pemainnya untuk bersenang-senang satu hari sebelum pertandingan final. Hal ini dipercaya dapat merusak pola ketegangan yang dihadapi para pemainnya saat menjelang pertandingan final. Ternyata strategi ini terbukti efektif, para pemain bermain dengan lepas tanpa tekanan dan berhasil meraih kemenangan. 
          Suasana memegang andil penting dalam membentuk sebuah pola. Sama halnya yang terjadi di kota besar seperti Jakarta. Banyak penduduk ibu kota memiliki tingkat stress yang sangt tinggi, disebabkan polusi, macet dan banjir. Dalam keadaan stress, tentu akan sulit menemukan ide. Maka warga Jakarta sering memanfaatkan waktu liburnya untuk mertamasya ke luar kota, mencari suasana baru. Cara ini dinilai sangat efektif dalam menghadirkan ide-ide yang kreatif. 
          Keempat, Mengubah Gerakan. Hal terakhir yang dapat mengubah pola adalah gerakan. Gerakan pada saat orang tertidur merangsang otak untuk bermalas-malasan. Lain halnya jika seseorang berdiri, berjalan, berlari atau melompat. Otak akan merespon informasi melalui gerakan tubuh. Jadi, jika ingin merubah pola lama (malas), ubahlah gerakan tubuh. “Ingat, keberuntungan akan berpihak kepada orang yang rajin, kerajinan kita dibentuk dari mood, dan mood kita dibentuk oleh gerakan”. Pungkas Chandra. 
            OK, sudah tahu khan cara merubah pola? Baiklah kita kembali lagi ke Bom Sarinah yang Saya tulis di paragraph paling awal. Ternyata suara bom tidak saja membuat orang benar-benar lupa pada topik pembicaraan sebelumnya. Bahkan membuat orang nyaris lupa pada peristiwa sejarah. Setidaknya itu yang terjadi dengan Saya. 
            Akibat pemberitaan media yang begitu massif tentang tragedi bom sarinah, sebagai orang yang pernah ikut aktif dalam dunia gerakan mahasiswa, Saya hampir saja lupa bahwa tanggal 15 Januari ada peristiwa penting dalam sejarah gerakan Mahasiswa di tanah air. Para aktivis menyebutnya dengan MALARI (Malapetaka Lima Belas Januari), yang terjadi pada tahun 1974. 
            Aksi ribuan Mahasiswa di Jakarta yang menyebar ke beberapa daerah, dilakukan untuk memprotes hegemoni intervensi asing di Indonesia. Demonstrasi besar-besaran ini berujung bentrok. Dan peristiwa ini sekaligus menjadi tonggak awal represi Orde Baru hingga 32 tahun lamanya. 
          Itulah hebatnya Bom. Bisa membuat orang lupa. Saran saya, gunakanlah analogi bom ini untuk merubah pola kebisaan buruk menjadi kebisaan baru yang positif. Dan mulailah melakukannya, sebab kita tidak akan pernah menjadi sesuatu sebelum memulai.

Selasa, 12 Januari 2016

Hukum Alam & Pengembangan Kapasitas Diri

Sumber gambar: diaryrima22.blogspot.com
          Archimedes dan bak mandi. Pernah dengar kisah unik Archimedes yang melompat keluar dari bak mandi? Baiklah, bagi yang belum, akan Saya ceritakan, tapi dengan sedikit penambahan bumbu cerita. Archimedes adalah seorang ahli matematika yang terkenal dan mendunia. Suatu hari Ia diundang olah Raja untuk menghitung volume kandungan emas pada mahkota Sang penguasa itu. Ahli matematika itupun setuju untuk memenuhi permintaan tersebut. 
          “Bagaimana cara Anda melakukannya?” Tanya Sang Raja kemudian. 
         “Saya akan meleburnya terlebih dahulu, lalu menghitung volumenya”. Jawab Archimedes. 
      “(Lah) kalo cuman begitu caranya, Saya juga bisa menghitung volumenya. Maka untuk apa Saya mengundang Anda? Maka (mohon) hitunglah volume kandungan emas pada mahkota Saya tanpa meleburnya.” Titah Sang raja. 
         Cukup lama Archimedes berpikir dan berusaha memecahkan problem matamatika dari Sang Raja. Dan pikiran itu Ia bawa sampai ke kamar mandinya. Sambil berendam di bak mandi, ia terus berpikir dan berpikir. Sampai akhirnya Ia berteriak “Eureka! Eureka! Eureka”. Teriakan ini diucapkannya sambil melompat keluar dari bak mandi. Rupanya Sang matematikawan ini menemukan inspirasi menghitung volume mahkota raja dari bak mandinya. 
         Kira-kira begitulah inti ceritanya. Saya ingin memulai tulisan ini dari kisah legendaris tentang Archimedes dan bak mandinya, untuk menjelaskan tentang pengembangan kapasitas diri. Jika Archimedes menemukan inspirasi dari bak mandi, maka sayapun menulis pengembangan kapasitas diri terinpirasi dari bak mandi. 
           Ada apa dengan bak mandi? Sebelum berbicara panjang lebar tentangnya, Saya ingin bererita sedikit tentang beberapa momen yang terjadi setahun lalu. Selama tahun 2015, beberapa kali Kota Baubau kedatangan pribadi-pribadi yang menurut Saya sungguh luar biasa. Mereka adalah trainer, motivator, hipnoterapis, public speaker dan penulis buku. Alhamdulillah Saya berkesempatan mengikuti seminar dan pelatihan yang mereka lakukan. 
          Diantara mereka ada yang Saya undang secara pribadi, yaitu Bapak Asep Bruder, CHt, IBH, CI, untuk berbicara pada Seminar Keluarga yang bertema ‘Meraih Keluarga Harmonis dengan Hipno Tauhid’. Sementara Bapak DR. Anshar Akill dan beberapa trainer nasional lainnya hadir memenuhi undangan berbagai instansi di Kota Semerbak. 
           Gaya mereka tentu berbeda. Maksud Saya, ada spesifikasi khusus yang ditampilkan tiap pembicara itu. Tapi sebutan yang disematkan untuk pribadi-pribadi itu tetap sama. Mereka adalah Trainer, Motivator, Hipnoterapis, Public Speaker dan Penulis Buku. Semua kualifikasi ini menyatu dalam diri mereka masing-masing. Luar biasa. 
        Seorang Sahabat sempat berbisik kepada Saya: “Kok mereka bisa sehebat itu?” Saya hanya tersenyum mendengarnya. Tentu jawaban paling umum yang bisa kita berikan untuk pertanyaan Sahabat Saya tersebut adalah bahwa segala sesuatunya bisa dicapai jika kita senantiasa belajar dan bekerja keras untuk menggapainya. Atau dalam bahasa lain adalah memperluas daya tampung diri. 
           Nah, sekarang kita kembali ke bak mandi. Berbicara tentang daya tampung, Saya jadi teringat dengan Bak Mandi di rumah kami. Ukurannya tidak besar, tapi juga tidak kecil. Volumenya hampir sama dengan box/tangki air langganan kami yang di pesan (kira-kira) 2 (dua) minggu sekali. Itu tuh yang biasa diantar keliling dengan mobil L-300 atau sejenisnya. Oh iya, kenapa kami pesan tiap 2 (dua) munggu sekali? Maklum, sudah berbulan-bulan, sampai tulisan ini di buat, air PDAM gak mengalir. Hehehe 
            Ada apa dengan Bak Mandi di rumah kami? Ini tentang kapasitas atau daya tampung. Ia hanya bisa menampung untuk sekali pesanan. Karena hanya sebesar itu volume daya tampungnya. Tak bisa lebih dari itu. Sebab jika dipaksakan untuk menampung lebih dari kapasitasnya, air akan tumpah membanjiri sekitarnya. Jika kami ingin menambah kebutuhan air lebih banyak lagi, maka tentu kami harus memperbesar daya tampungnya. 
           Bak mandi kami adalah analogi kapasitas manusia. Maksudnya? Selain sahabat Saya di atas, mungkin kita semua juga bertanya-tanya, mengapa para trainer yang Saya sebutkan pada tulisan ini memiliki kualifikasi yang luar biasa? 
            Jawabannya adalah karena orang-orang itu memperluas daya tampung diri mereka. Dan “cara terbaik yang dapat dilakukan untuk memperluas daya tampung tersebut adalah dengan meningkatkan pengetahuan”, Kata Bong Chandra (Seorang developer-Author-Motivator), dalam bukunya yang bejudul ‘Science of Luck’. Jadi, Belajar dan belajar. Membaca dan membaca. Fokus, konsisten dan berkesinambungan. Sehingga kapasitas pengetahuan semakin luas. Dan dari sinilah setiap orang bisa menjadi unggul. 
            Saya punya seorang teman. Beliau seorang pembelajar sejati. Saat kerumahnya, Saya menyaksikan tumpukan buku di beberapa lemari. Tapi itu bukan untuk dipajang begitu saja. Buku-buku itu beliau lahap tiap hari. Menariknya adalah Ia juga mengalokasikan sebagian penghasilannya, yang digunakan khusus mengikuti seminar dan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas dirinya. Tak tanggung-tanggung, beberapa kota besar di tanah air khusus ia sambangi demi mengikuti pelatihan. Maka Saya tak kaget jika dirinya berada diatas rata-rata kebanyakan orang. 
            Dalam buku The 8th Habit-nya, Stephen R. Covey menjelaskan bahwa manusia diberi anugerah yang luar biasa sejak lahir. Berbagai bakat, kemampuan, kecerdasan, kesempatan yang sebagian besarnya masih tertutup dengan rapi. Hanya melalui keputusan dan upaya sendirilah, manusia bisa membukanya. 
         Diantara anugerah tersebut yang paling penting adalah pertama, kebebasan memilih. Kedua, hukum-hukum alam atau prinsip-prinsip, yang universal dan tidak pernah berubah. Dan ketiga, empat kecerdasan/kemampuan kita (fisik/ekonomi, emosional/social, mental dan spiritual). Keempat kecerdasan/kemampuan ini berkaitan langsung dengan keempat bagian dari kodrat manusiawi manusia, yang dilambangkan dengan tubuh, hati, pikiran dan jiwa. 
             Oh iya, tentang anugerah kedua di atas, yaitu hukum-hukum alam atau prinsip-prinsip yang universal dan tidak pernah berubah. Hal ini sangat menarik. ‘Hukum alam yang tidak pernah berubah’. Dan menurutku, “kita bisa menjadi unggul, jika kita mau memperluas kapasitas atau daya tampung diri kita”, adalah sebuah ‘hukum alam’.

Senin, 04 Januari 2016

Antrian Tiket Baubau-Kendari & Hukum Pikiran

Sumber gambar: kolom.abatasa.co.id
            Kemarin (3 Januari 2016) pagi, Saya diberi tugas untuk membeli tiket kapal cepat Baubau-Kendari. Maka pergilah Aku ke sebuah loket penjualan tiket dekat pelabuhan Murhum. Dan sesuai prediksiku, calon penumpang sedang padat-padatnya di tempat itu. Maklum, hari itu adalah hari terakhir dari liburan panjang akhir tahun. Keesokan harinya mereka harus kembali ke tempat rutinitas mereka sehari-hari, baik sebagai mahasiswa, karyawan atau aktivitas lainnya. Karenanya Sayapun tidak kaget ketika dari kejauhan kusaksikan mereka sedikit berdesakan, saling dorong, berebut mendapatkan tiket. 
          Saat itu, Saya berdiri di belakang kerumunan. Mencoba mengantri. Calon penumpang yang datang kemudian juga berdiri setelahku. Tampaknya mereka juga mencoba untuk mengantri. Beberapa saat, usaha itu (antri) berjalan dengan baik. Tapi niat baik itu tiba-tiba dirusak oleh beberapa orang. Mereka baru saja datang, tapi langsung nyerobot ke depan loket. Seketika para calon penumpang seperti tak lagi mempedulikan antrian. Antrin jadi kacau. 
          Bagaimana dengan diriku? Saya keluar dari kumpulan. Kembali lagi ke belakang. Coba lagi mengantri. Tak mengapa, sebab saat itu baru pukul 08.00-an, kapal baru akan berangkat sekitar 13.00 Wita. Selain itu, Saya tak suka berdesak-desakan. Pada saat yang sama mencoba berprasangka baik, mereka yang nyelonong itu bisa jadi kesehariannya adalah orang-orang yang suka ngantri. Tapi hari itu, mereka melakukan yang sebaliknya, mungkin ada alasan yang sangat penting dan mendesak, sehingga nyelonong begitu saja. 
           Oh iya, lantas apa kaitan antara antri kacau dengan hukum pikiran? Baiklah, sebelum pertanyaan ini terjawab, Saya ingin menyelesaikan dulu cerita tentang antrian ini. Biar tuntas. Lanjut lagi ya. Untuk beberapa saat, Saya masih berdiri di belakang kerumunan yang berdesakan itu. Tetap mengantri seperti biasa. Dan ternyata (entah bagaimana caranya) tanpa perlu menunggu lama, Saya sudah berada nyaris berhadapan langsung dengan petugas penjual tiket. Di depanku tinggal seorang Ibu yang sedang membayar tiket. 
         Saat itu, tepat di sampingku, ada seorang Bapak muda yang juga sedari tadi antri bersamaku. Sebenarnya, jika mau, Ia bisa saja menyalipku dan langsung mendapatkan tiket setelah si Ibu. Tapi itu tidak dilakukannya. Mungkin beliau sedari tadi memperhatikan usahaku untuk antri. Yang dilakukannya justru mempersilahkanku untuk membeli tiket lebih dulu, sambil berusaha menahan desakan dan dorongan dari arah belakang. Alhamdulillah kami mendapatkan tiket secara bersamaan. “Terima kasih Pak”, ingin kuucapkan kalimat ini padanya. Tapi terlambat alias tak sempat lagi, Ia sudah jauh beranjak pergi. 
            Rupanya pagi itu ada orang-orang yang sengaja memuluskan jalanku agar segera mendapatkan tiket. Usaha antriku ternyata berbuah manis. Saya jadi ingat dengan kisah yang pernah diceritakan oleh Ary Ginanjar Agustian, Sang penulis ‘ESQ Power’. Di sebuah bandara terkenal, seorang pengusaha bersiap terbang ke luar negeri. Aktivitas bisnis penting akan dilakoninya di negeri tetangga. Jika ia tak berangkat dengan penerbangan hari itu, maka kerugian besar akan dialaminya. Sayang sungguh sayang, penerbangan hari itu harus ditunda sampai keesokan harinya. 
            Seketika puluhan penumpang yang sedari tadi menunggu tak bisa menahan kekecewaannya. Mereka protes dan marah sejadinya. Sesuatu yang manusiawi menurut Saya. Sebab ada janji yang tak ditepati, pertemuan yang tertunda, akan ada kerugian bisnis yang besar, dan lain sebagainya. Maka wajar jika mereka bereaksi seperti itu. 
           Tapi reaksi seperti diatas tak dilakukan oleh Bapak yang diceritakan ini. Beliau memang kecewa, tapi segera bisa mengendalikan diri. Tak marah, apalagi protes. Ia begitu tenang. Tapi tanpa sepengetahuan Bapak itu, pihak manajemen penerbangan rupanya memperhatikannya. Sebuah pengendalian diri yang akhirnya berbuah manis untuk Si Bapak. 
          Beberapa jam kemudian akan ada penerbangan pesawat cargo dengan tujuan yang sama dengan Sang Bapak. Sebuah kursi kosong (satu-satunya) di pesawat itu, tepat samping pilot, ditawarkan oleh pihak manajemen untuknya jika ia tak keberatan. Tentu saja beliau menerimanya. Lalu dengan penerbangan itu ia selamat sampai tujuan, dan aktivitas bisnisnya berjalan sesuai rencana. Dari kisah ini, Saya juga teringat pesan seorang motivator: “Berbuatlah yang positif, sekecil dan sesederhana apapun itu, sebab ia akan berbuah manis untukmu”. Sebuah pesan moral yang super. 
         OK, baiklah. Kita kembali ke pertanyaan di atas: “lantas apa kaitan antara antri kacau dengan kekuatan pikiran?” Dalam keseharian, kadang kita dihadapkan pada hal-hal yang tidak menyenangkan. Kasus antrian tiket diatas misalnya. Atau berbagai hal lainnya. Hasil dari respon kita kadang juga destruktif. Membahayakan diri sendiri dan orang lain. 
        Solusi yang dilakukan agar perilaku destruktif tidak terjadi adalah segera selesaikan sumber masalahnya. Dalam kasus antrian diatas, menegur (dengan baik) si penyelonong agar tak merusak antrian. Tapi jika hal ini tak bisa dilakukan dengan pertimbangan bahwa jika orang yang ditegur malah berespon negatif, maka yang bisa dilakukan selanjutnya adalah merubah cara pandang kita terhadap masalah tersebut. Berprasangka baik misalnya. 
         “Manusia adalah subyek atas pikiran dan perilakunya sendiri”. Kata Efvy Zamidra Zam, dalam bukunya yang berjudul ‘Hipnotis untuk Kehidupan Sehari-hari’. “Oleh karena itu,” Lanjut Efvy, “semua yang kita pikirkan dan lakukan haruslah berasal dari keputusannya sendiri”. 
           Ada beberapa “hukum” pikiran yang dikemukakan oleh Efvy: Pertama, Tidak ada orang yang bisa melukai perasaan Anda, selain Anda sendiri yang membuka pikiran untuk hal tersebut. Kedua, Tidak ada orang yang bisa membuat diri Anda bahagia karena bahagia adalah keputusan Anda sendiri dan bukan tergantung pada orang lain. Dan ketiga, Tidak ada orang yang menjadi sebab atas segala kesalahan perbuatan kita, karena kita sendirilah yang bertanggung jawab atas segala tindakan.
            DR. Anshar Akil, seorang trainer dan penulis buku pernah berkata: “Apa yang kita pikirkan saat ini, pada saat yang sama akan berpengaruh pada tubuh kita”. Artinya, jika pikiran kita disibukkan dengan kegalauan, kekecewaan atau respon (psikologis) negatif lainnya, maka akan membuat tubuh menjadi tidak sehat. Daya tahan tubuh terhadap penyakit menjadi berkurang. 
          So, saran Saya, jika dihadapkan pada sesuatu yang kadang tidak menyenangkan, selesaikanlah secara konstruktif, dan hadirkan (saja) dalam pikiran kita pengalaman-pengalaman bahagia dan menyenangkan yang pernah dilami. Maka hasilnya kita akan merasa nyaman dan tubuh menjadi sehat. Dan tetaplah setia dengan sikap dan perilaku positif, sebab akan indah pada akhirnya.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More