![]() |
Kartunlucu.Com |
Adalah bangsa Arab, ketika menyebut nama-nama bulan, disesuaikan dengan suasana iklim yang terjadi saat itu, atau tradisi yang mereka lakukan. Demikian kata Prof. Quraisy Syihab dalam 'Kumpulan 101 Kultum tentang Islam'. Misal, penyebutan nama 'Muharram' yang berarti diharamkan, sebab pada kurun itu bangsa Arab mengharamkan pertumpahan darah. Contoh lain adalah 'Ramadhan', yang berarti membakar, karena dalam rentang waktu 30 hari itu, suhu udara begitu panas dan pepasir membara.
Ketika Islam hadir, nama-nama tersebut tetap dilestarikan karena tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama. Dan kemudian diberi kesan yang mendalam, serta lebih sesuai dengan ajaran Islam. Misal, 'Ramadhan' bulan yang membakar panasnya, mengesankan bahwa siapa yang menyambut bulan suci ini dengan benar dan antusias, maka akan pupus, habis terbakar dosa-dosanya.
Pada masa Khalifah Umar Bin Khaththab ra, para sahabat hendak menetapkan penanggalan khusus Islam. Merekapun lalu berdiskusi demi menentukan waktu yang akan dijadikan sebagai awal mula pergantian tahun. Ada yang mengusulkan agar dimulai dari masa kelahiran Nabi SAW, tapi anjuran ini ditolak sebab kelahiran Beliau tidak banyak berbeda dengan kelahiran manusia pada umumnya.
Adapula yang mengusulkan agar perhitungan dimulai pada bulan kemenangan Nabi SAW memasuki kota Mekah. Inipun tidak diterima dengan alasan bahwa kemenangan dapat menimbulkan keangkuhan, leha-leha, kebekuan, dan kemandekan, padahal seharusnya umat Islam tidak berleha-leha, tapi harus melihat jauh ke depan dan terus berjuang setiap saat dalam hidupnya.
Akhirnya para Sahabat sepakat menjadikan spirit peristiwa hijrah Nabi SAW dari Mekah ke Madinah sebagai awal tahun penanggalan Islam. Mengapa? karena dalam peristiwa itu terdapat nilai-nilai yang dibutuhkan oleh manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok masyarakat.
"Hijrah yang dipilih karena hijrah menggambarkan perjuangan, sedang hidup adalah perjuangan. Hijrah yang dipilih karena ia adalah upaya mempertahankan akidah, sedang akidah adalah modal utama dalam hidup. Hijrah dipilih karena dalam hijrah ada optimisme, sedang tanpa optimisme hidup menjadi kelam." Jelas Prof. Quraisy Syihab.
Dr. Muhammad Sa'id Ramadhan Al Buthy dalam 'Sirah Nabawiyah: Analisis Ilmiah Manhajiyah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah SAW', menulis bahwa Nabi Muhammad SAW, bersama Abu Bakar ra, melakukan perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah pada bulan ketika musim bunga pertama terjadi di jazirah Arab atau dikenal dengan bulan Rabi'ul Awwal. Bertepatan dengan 20 September 622 M.
Pertanyaannya adalah mengapa bulan Rabi'ul Awwal, yang merupakan waktu perjalanan hijrah Baginda SAW, tidak dijadikan sebagai bulan pertama dalam penanggalan Hijriyah? Ahmad Zarkasih, Lc, dalam 'Muharram Bukan Bulan Hijrah' sebagaimana dikutip oleh Republika, mengatakan bahwa itu adalah usulan Utsman Bin Affan ra. Beliau berpendapat demikian sebab sesungguhnya wacana berhijrah muncul setelah beberapa sahabat membaiat Rasulullah SAW, di penghujung bulan Dzulhijjah, masa ketika orang-orang melaksanakan ibadah haji ke Mekah.
Semangat itulah yang mengantarkan kaum muslimin untuk berhijrah. Nah, bulan setelah Dzulhijjah adalah Muharram (sebagai tonggak, gerak langkah untuk mewujudkan gelora hijrah). Karena itu Amirul Mu'min Umar Bin Khaththab ra, memilih Muharram sebagai bulan pertama dalam penanggalan Hijriyah....
Sumber:
1. M. Quraish Shihab, 2016, Kumpulan 101 Kultum Tentang Islam, Tangerang, PT Lentera Hati
2. Dr. Muhammad Sa'id Ramadhan Al Buthy, 2003, Sirah Nabawiyah: Analisis Ilmiah Manhajiyah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah SAW, Jakarta, Robbani Press
3. Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri, 2011, Sirah Nabawiyah, Jakarta, Pustaka Al Kautsar