Blog yang berisi catatan-catatan singkat dan sederhana. Mencoba menangkap dan menulis pesan bijak dari berbagai sumber.

About

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Jumat, 15 Oktober 2021

Asal Muharram sebagai Permulaan Hijriyah

Kartunlucu.Com

Adalah bangsa Arab, ketika menyebut nama-nama bulan, disesuaikan dengan suasana iklim yang terjadi saat itu, atau tradisi yang mereka lakukan. Demikian kata Prof. Quraisy Syihab dalam 'Kumpulan 101 Kultum tentang Islam'. Misal, penyebutan nama 'Muharram' yang berarti diharamkan, sebab pada kurun itu bangsa Arab mengharamkan pertumpahan darah. Contoh lain adalah 'Ramadhan', yang berarti membakar, karena dalam rentang waktu 30 hari itu, suhu udara begitu panas dan pepasir membara.

Ketika Islam hadir, nama-nama tersebut tetap dilestarikan karena tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama. Dan kemudian diberi kesan yang mendalam, serta lebih sesuai dengan ajaran Islam. Misal, 'Ramadhan' bulan yang membakar panasnya, mengesankan bahwa siapa yang menyambut bulan suci ini dengan benar dan antusias, maka akan pupus, habis terbakar dosa-dosanya.

Pada masa Khalifah Umar Bin Khaththab ra, para sahabat hendak menetapkan penanggalan khusus Islam. Merekapun lalu berdiskusi demi menentukan waktu yang akan dijadikan sebagai awal mula pergantian tahun. Ada yang mengusulkan agar dimulai dari masa kelahiran Nabi SAW, tapi anjuran ini ditolak sebab kelahiran Beliau tidak banyak berbeda dengan kelahiran manusia pada umumnya.

Adapula yang mengusulkan agar perhitungan dimulai pada bulan kemenangan Nabi SAW memasuki kota Mekah. Inipun tidak diterima dengan alasan bahwa kemenangan dapat menimbulkan keangkuhan, leha-leha, kebekuan, dan kemandekan, padahal seharusnya umat Islam tidak berleha-leha, tapi harus melihat jauh ke depan dan terus berjuang setiap saat dalam hidupnya.

Akhirnya para Sahabat sepakat menjadikan spirit peristiwa hijrah Nabi SAW dari Mekah ke Madinah sebagai awal tahun penanggalan Islam. Mengapa? karena dalam peristiwa itu terdapat nilai-nilai yang dibutuhkan oleh manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok masyarakat.

"Hijrah yang dipilih karena hijrah menggambarkan perjuangan, sedang hidup adalah perjuangan. Hijrah yang dipilih karena ia adalah upaya mempertahankan akidah, sedang akidah adalah modal utama dalam hidup. Hijrah dipilih karena dalam hijrah ada optimisme, sedang tanpa optimisme hidup menjadi kelam." Jelas Prof. Quraisy Syihab.

Dr. Muhammad Sa'id Ramadhan Al Buthy dalam 'Sirah Nabawiyah: Analisis Ilmiah Manhajiyah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah SAW', menulis bahwa Nabi Muhammad SAW, bersama Abu Bakar ra, melakukan perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah pada bulan ketika musim bunga pertama terjadi di jazirah Arab atau dikenal dengan bulan Rabi'ul Awwal. Bertepatan dengan 20 September 622 M.

Pertanyaannya adalah mengapa bulan Rabi'ul Awwal, yang merupakan waktu perjalanan hijrah Baginda SAW, tidak dijadikan sebagai bulan pertama dalam penanggalan Hijriyah? Ahmad Zarkasih, Lc, dalam 'Muharram Bukan Bulan Hijrah' sebagaimana dikutip oleh Republika, mengatakan bahwa itu adalah usulan Utsman Bin Affan ra. Beliau berpendapat demikian sebab sesungguhnya wacana berhijrah muncul setelah beberapa sahabat membaiat Rasulullah SAW, di penghujung bulan Dzulhijjah, masa ketika orang-orang melaksanakan ibadah haji ke Mekah. 

Semangat itulah yang mengantarkan kaum muslimin untuk berhijrah. Nah, bulan setelah Dzulhijjah adalah Muharram (sebagai tonggak, gerak langkah untuk mewujudkan gelora hijrah). Karena itu Amirul Mu'min Umar Bin Khaththab ra, memilih Muharram sebagai bulan pertama dalam penanggalan Hijriyah....

Sumber:

1. M. Quraish Shihab, 2016, Kumpulan 101 Kultum Tentang Islam, Tangerang, PT Lentera Hati

2. Dr. Muhammad Sa'id Ramadhan Al Buthy, 2003, Sirah Nabawiyah: Analisis Ilmiah Manhajiyah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah SAW, Jakarta, Robbani Press

3. Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri, 2011, Sirah Nabawiyah, Jakarta, Pustaka Al Kautsar

Resep Remaja Tangguh dan 'Pakandeana Ana-ana Maelu'

depositphotos.com

"Apakah ibu-ibu prihatin dengan problematika remaja kita saat ini?", tanyaku pada para bunda peserta pelatihan yang bertema 'Ketahanan Keluarga'. Saat itu saya menjadi salah satu pembicara dalam giat yang diselenggarakan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Baubau. "Iya Pak", serentak mereka menjawab. Jawaban yang menurutku sesungguhnya juga mewakili seluruh orang tua zaman now, khususnya ayah-bunda yang akan atau telah memiliki putra/putri usia remaja, dimana termasuk pula aku di dalamnya. 

Oleh sebab keprihatinan itulah pula maka secara pribadi, beberapa tahun terakhir ini saya banyak bersilaturrahm dengan para orang tua bijak yang telah mampu mengantarkan anak-anaknya ke gerbang kesuksesan hidup. Mengapa? Demi belajar, bertanya tentang pengalaman atau amalan khusus yang diakukan hingga anak-anak mereka berhasil mengukir prestasi dalam hidupnya. Bagiku, Bapak/Ibu itu pasti memiliki resep rahasia dalam mengasuh para buah hati, sehingga terhindar dari pengaruh negatif kehidupan.

Jawaban yang kuperoleh dari mereka ternyata seragam. "Tidak ada rahasia Pak Mu'jizat, yang kami lakukan hanya perbanyak amal membantu orang lain", Kata seorang Ibu. "Jangan persusah orang, bantu, permudah urusan mereka, dan hadiri sebisa mungkin saat dirimu diundang, kecuali jikalau kamu sedang sakit", ucap seorang bapak. Merekapun lalu melanjutkan dengan nasihat yang pula senada bahwa membantu orang lain akan berdampak positif bagi anak-anak kita di kemudian hari. Singkatnya adalah membantu orang lain sesungguhnya adalah membantu diri kita sendiri.

Jadi, pada hakikatnya, menolong meringankan beban orang lain adalah menolong diri sendiri dan keluarga. Oh iya inilah pula diantara makna filosofis yang terkandung dalam tradisi 'Pakandeana Ana-ana Maelu'. Demikian catatan Dr. Kamaluddin Zamani dkk, dalam buku 'Haroa dan Orang Buton'. Sebuah tradisi masyarakat Buton yang dilaksanakan turun-temurun tiap tanggal 10 Muharram. Bertepatan dengan 19 Agustus 2021 hari ini.


Acara atau Haroa yang mula-mula dilakukan pada masa Sultan Buton ke-29, bergelar Idrus Qaimuddin ini dilaksanakan dengan cara memberi makan anak-anak yang telah ditinggal mati oleh kedua orang tuanya (yatim dan piatu) atau anak yang ditinggal mati oleh bapaknya meskipun masih memiliki ibu (yatim). Selain untuk mendapat Ridho Allah SWT, acara ini juga dimaksudkan untuk mengenang Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi yatim piatu pada masa kanak-kanaknya....

480 Tahun BAUBAU: Kota Tua dalam Lintasan Sejarah


(K) ala itu, hari pertama Puasa, 1 Ramadhan 948 H, bertepatan dengan 19 Desember 1541 M, Lakilaponto, Raja Buton VI dilantik menjadi Sultan Buton I bergelar Qaimuddin Khalifatul Khamis (Sultan Murhum). Peristiwa ini kemudian dijadikan sebagai tonggak hari jadi Kota Baubau. Oh iya, 14 tahun sebelum Murhum dilantik, tepatnya 22 Juni 1527 M, Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa, momen yang lalu diabadikan sebagai hari lahir Kota Jakarta. Jadi, jika tahun 2021 ini Ibukota Republik Indonesia (RI) itu berusia 494 tahun, maka Kota Baubau telah berumur 480 tahun.

(O) rang Belanda kelahiran Hoorn 8 Januari 1587, yang juga adalah pendiri kota Batavia, bernama Jan Pieterzoon (JP) Coen, pernah mengunjungi Buton (Baubau) dalam warsa 1613. Ia menuturkan teluk yang sekarang masuk wilayah Baubau sebagai tempat yang indah, dalam kalimatnya: "Hier is een zeer schooner reede en de baye." Pria yang akhirnya tewas saat Sultan Agung Hanyokrokusumo, penguasa Mataram, menyerang Batavia tahun 1629, mencatat lawatannya itu dan mengirimkannya ke Bewindhebber yang berkedudukan di Banten.

(T) ahun 1667, Sultan Hasanuddin menandatangani perjanjian Bongaya. Sekaligus mengakhiri perlawanan rakyat Gowa terhadap VOC. Sebab ketegangan yang masih terus berlangsung antara Gowa dan Kongsi Dagang Belanda, beberapa bangsawan Bugis yang memakai gelar 'Andi Bau' di depan nama mereka, meninggalkan daerahnya, mencari tempat aman untuk bermukim. Buton jadi salah satu pilihan, sebab selain aman, juga mudah dijangkau. Para imigran ini menetap di pinggiran pantai, daerah sekitar kali, tak jauh dari dermaga. Sebuah versi cerita menyebutkan bahwa dari nama 'Andi Bau' inilah kelak di kemudian hari, lokasi mereka bermukim dinamakan sebagai Baubau.

(A) rmada VOC yang dipimpin oleh Kapten Johan Casper Rijsweber, bertolak dari Makassar menuju Buton dalam sebuah ekspedisi perang. Pada 24 Februari 1755, perang Buton melawan VOC pecah. La Karambau, Sultan Buton ke-20, bergelar Himayatuddin, memimpin perlawanan rakyat. Sebab persenjataan yang lebih unggul, Rijsweber dan pasukannya berhasil merebut benteng keraton Wolio (yang kini menjadi wilayah Kota Baubau). Sultan Himayatuddin lalu menyingkir ke hutan dan terus memimpin perlawanan dengan bergerilya. Orang Buton menyebutnya pula dengan 'Oputa Yi Koo' (Sang Raja di Hutan), sebab beliau membangun basis-basis perlawanan di tengah rimba raya. Tanggal 7 November 2019, Sultan Himayatuddin diangkat menjadi Pahlawan Nasional.

(B) ulan April hingga Oktober angin timur secara periodik bertiup dari Australia menuju Asia. Musim dimana petani bisa panen dengan tenang, pakaian menjadi cepat kering, dan nelayan dapat melaut dengan nyaman. Tapi pada saat yang sama, orang-orang harus bersiap pula menghadapi resiko kekeringan dan kebakaran. Pada masa Sultan Buton ke-29, Muhammad Aidrus Kaimuddin (memerintah 1824-1851), kebakaran hebat pernah melanda kompleks pemukiman padat dalam benteng keraton Buton. Angin berhembus kencang mengantar si jago merah menghanguskan banyak bangunan warga.

Akibatnya, pasca peristiwa tersebut, sebagian keluarga keraton mengungsi keluar benteng, memilih menetap di kawasan baru, seperti; Baadia, Baria, Tarafu, Wameo, Bone-Bone, dan sebagian lainnya mendiami sebuah kawasan yang terletak di antara Nganganaumala-Kotamara dan Bonesaala. Nah, lokasi ini kemudian diberi nama Baubau, berasal dari bahasa Wolio 'Bhau' yang berarti baru, merujuk sebuah kawasan/hunian baru.

(A) fdeling Buton en Laiwui dibentuk oleh pemerintah Belanda pada tahun 1927. Hal ini dilakukan guna memudahkan urusan pemerintahan dengan mengintegrasikan Kesultanan Buton dengan wilayah Laiwui. Baubau lalu ditetapkan sebagai Ibu kota Afdeling, yang dipimpin oleh seorang Asisten Residen. Sebagai ibukota, Baubau kemudian di desain menuju kota moderen dengan pembangunan kawasan perkantoran, rumah sakit, penjara, tangsi militer, pasar, sekolah, pemukiman penduduk, kawasan hijau perkotaan, aksebilitas pusat kota dengan 'hinterland'nya dirancang layaknya kota di Eropa. Kantor Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Baubau saat ini adalah tempat yang dahulu digunakan oleh Asisten Residen sebagai kantor.

(U) sai Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, sekira 5 tahun kemudian, tepatnya 15 Januari 1951, Kesultanan Buton resmi bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dan pada tahun 1952, kabupaten Sulawesi Tenggara (Sultra) terbentuk. Wilayahnya meliputi; Buton, Muna, Kendari, dan Kolaka, yang masih dalam cakupan Provinsi Sulawesi Selatan Tenggara (Sulselra). Dalam masa itu, yang berlangsung hingga 1959 Kabupaten Sultra dipimpin oleh 5 (lima) orang Bupati. Baubau tetap menjadi pusat pemerintahan.

(B) uton dengan Ibu kota yang berkedudukan di Baubau, melalui UU No. 29/1959, ditetapkan sebagai salah satu Daerah Tingkat II, bersama-sama dengan Muna, Kendari, dan Kolaka, dalam wilayah pemerintahan Sulawesi Selatan Tenggara (Sulselra). Dan Baubau tetap menjadi Ibukota Kabupaten Buton, setelah Provinsi Sulawesi Tenggara terbentuk pada 27 April 1964.

(A) khir November 1981, Presiden Suharto menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 1981 tentang pembentukan Kota Administratif (Kotif) Baubau. H. Nurdin Manggu, SH ditunjuk menjadi Wali Kota Administratif Baubau pertama, melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur Sultra bertanggal 2 Maret 1982. Amir Mahmud, sebagai Menteri Dalam Negeri masa itu, langsung berkunjung meresmikan pembentukan Kota Administratif Baubau. Sekaligus menyaksikan pelantikan H. Nurdin Manggu SH, selaku Wali Kota Administratif Baubau, pada hari Jum'at, 26 Maret 1982

(U) U No. 13/2001 tertanggal 17 Oktober 2001, Baubau yang sebelumnya berstatus Kota Administratif (Kotif) berubah menjadi Daerah Otonom, diawali oleh Drs. Umar Abibu selaku penjabat Walikota (2001-2003). Dan saat ini, 2021, Kota Baubau dipimpin oleh Dr. H. AS Tamrin, MH. Demikianlah, maka setiap tanggal 17 Oktober diperingati sebagai hari lahir Kota Baubau sebagai Daerah Otonom. Akan tetapi pelantikan Murhum sebagai Sultan Buton pertama menjadi tonggak hari jadi Kota Baubau. Selamat hari jadi Kota Baubau yang ke-480, dan hari lahir Kota Baubau yang ke-20 sebagai Daerah Otonom.


Referensi:

1. Hamzah Palalloi & H. Idrus Taufik Saidi, 2018, Kota Baubau 1981-2018: Cerita dan Kepemimpinan, Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Baubau.

2. La Ode Abdul Munafi & Andi Tenri, 2015, Dinamika Tanah Wolio: Sejarah, Kontinuitas, dan Perubahan, Makassar, Fahmis Pustaka.

3. Susanto Zuhdi & Muslimin AR Effendy, 2015, Perang Buton VS Kompeni Belanda 1752-1776: Mengenang Kepahlawanan La Karambau, Depok, Komunitas Bambu.

4. M Yusran Darmawan (editor), 2008, Menyibak Kabut di Keraton Buton, Baubau, Respect.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More