Blog yang berisi catatan-catatan singkat dan sederhana. Mencoba menangkap dan menulis pesan bijak dari berbagai sumber.

About

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 18 Desember 2013

Dibalik Operasi Plastik Orang Korea

           Ada yang kenal sama Angelina Jolie? Saya yakin pasti banyak yang sudah kenal. Wanita ini adalah Aktris Hollywood yang telah memerankan banyak film-film Box Office, diantaranya adalah Tomb Rider dan Salt. Ia dilahirkan di Los Angeles, California pada 4 Juni 1975. Wanita yang memulai karirnya di era 1980-an ini adalah putri dari Jon Voight yang juga adalah aktor terkenal Hollywood. Pada tahun 2005 yang lalu ia menikah dengan Brad Pitt, dan dikaruniai anak, Shiloh Nouvel Jolie-Pitt, yang lahir pada 27 Mei 2006. 
       Ada apa dengan Angelina Jolie? Beberapa waktu yang lalu, sebuah survei dilakukan oleh escentual.com untuk mengetahui cara pandang Pria dan Wanita tentang kecantikan. Mereka meminta responden laki-laki dan perempuan menciptakan wajah perempuan cantik seperti yang mereka inginkan. Mereka bisa "membuat wajah" ini dengan menggunakan bagian wajah dari selebriti perempuan cantik di seluruh dunia, mulai warna rambut, mata, alis, hidung, bibir, dan lainnya
         Bagaimana hasilnya dan apa kaitannya dengan Jolie? Juru bicara escentual.com, sebagaimana dilansir oleh Kompas.com mengungkapkan fakta menarik dimana tulang pipi dan bibir Angelina Jolie menjadi favorit banyak pria, sedangkan perempuan lebih banyak menyukai alis tebal Cara Delevigne. Akan tetapi secara umum, bagi pria, perempuan cantik adalah perempuan dengan rambut pirang, bibir penuh, tulang pipi kuat, hidung yang kecil, dahi kecil, dan alis mata yang halus. Sementara itu, perempuan menilai kecantikan lewat rambut yang hitam, hidung dan dahi besar, alis kuat, serta struktur tulang yang tajam. 
     "Tampaknya laki-laki masih berpendapat bahwa perempuan berambut pirang, panjang, dan bergelombang tampak lebih menyenangkan dan seksi. Sementara perempuan merasa warna rambut hitam itu lebih eksotis," ungkap juru bicara dari escentual.com.
      Pernahkah anda berpikir untuk memiliki wajah seperti Angelina Jolie? Mungkin ini adalah pertanyaan yang aneh dan lucu. Tapi memiliki wajah yang disenangi oleh banyak orang adalah sesuatu yang membanggakan bagi orang Korea. Ternyata, di negeri ginseng, penampilan sempurna dari para seleb yang sering muncul di TV menjadi faktor penyebab banyaknya orang Korea yang melakukan operasi plastik.
         “Banyak artis Korea (dan artis lainnya) melakukan operasi plastik. Saat kami menonton mereka di TV, tertanam dalam benak kami bahwa bentuk atau konsep cantik dan tampan itu seperti apa yang ditampilkan oleh para seleb. Dan tidak sedikit juga orang Korea yang kemudian ingin menjadi, terobsesi, seperti mereka (artis). Itulah sebabnya kenapa pada akhirnya kami berpikir kalau kami jelek lantas melakukan operasi plastik agar bisa seperti mereka (seleb),” jelas Kyung Hwa, seorang warga korea yang bekerja di Indonesia saat diwawancarai oleh FIMELA.com.
           Dengan dalih tidak percaya diri, orang rela merogoh kocek dan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk melakukan operasi plastik. Demi memperoleh bentuk mata, hidung, rahang, dan kelopak mata yang sempurna dan membuat penampilan semakin indah, menjalani beberapa kali operasi seolah tidak menjadi masalah buat mereka. “Kebanyakan artis Korea melakukan operasi plastik agar mereka terlihat bagus di hadapan masyarakat, bukan cuma perempuan tapi laki-laki juga,” Haemun (Mahasiswa S-2 Universitas Indonesia asal Korea) menambahkan. 
         Tidak percaya diri yang kemuadian berujung pada operasi plastik sesungguhnya adalah masalah psikologis, yang biasa disebut gangguan konsep diri, atau lebih spesifik lagi adalah gangguan body image. Body image merupakan sikap seseorang terhadap tubuhnya baik disadari atau tidak, menyangkut persepsi sekarang dan masa lalu. Persepsi seseorang terhadap bagaimana seharusnya ia bersikap yang dilandaskan pada target yang hendak dicapai, keinginan keberhasilan, dan penilaian (Capernito, 2000). Body image merupakan sikap individu terhadap tubuhnya sendiri, termasuk penampilan fisik, struktur dan fugsinya. Perasaan mengenai citra diri meliputi hal-hal yang terkait dengan seksualitas, feminitas dan maskulinitas, keremajaan, kesehatan dan kekuatan (Aziz, 2006). Body image merupakan bagian dari citra diri, yang memiliki pengaruh terhadap bagaimana seseorang melihat dirinya. 
         Dalam situs id.shvoong.com, selain usia dan jenis kelamin, ada 3 (tiga) hal yang mempengaruhi body image; Pertama, Media Massa. Media yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figur perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang. Isi tayangan media sering menggambarkan bahwa standart kecantikan perempuan adalah Tubuh yang kurus dalam hal ini berarti dengan level kekurusan yang dimiliki, kebanyakan perempuan percaya bahwa mereka adalah orang-orang yang sehat. Media juga menggambarkan gambaran ideal bagi laki-laki adalah dengan memiliki tubuh yang berotot.
          Kedua adalah Keluarga. menurut teori social learning, orang tua merupakan model yang paling penting dalam proses sosialisasi sehingga mempengaruhi gambaran tubuh anak anaknya melalui modeling, feedback dan instruksi. Para ahli menyatakan bahwa gambaran tubuh melibatkan bagaimana orangtua menerima keadaan bayinya baik terhadap jenis kelamin bayinya dan bagaimana wajah bayinya kelak. Komentar yang dibuat orang tua dan anggota keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam gambaran tubuh anak- anak. Orang tua yang secara konstan melakukan diet dan berbicara tentang berat mereka dari sisi negatif akan memberikan pesan kepada anak bahwa menghawatirkan berat badan adalah sesuatu yang normal. 
      Dan ketiga adalah hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung membandingkan diri dengan orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang sering membuat orang merasa cemas dengan penampilannya dangugup ketika orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya. Para ahli menyatakan bahwa feedback terhadap penampilan dan kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan mengenai tubuh. Menerima feedback mengenai penampilan fisik berarti seseorang mengembangkan persepsi tentang bagaimana orang lain memandang dirinya. Keadaan tersebut dapat membuat mereka melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu proses pembentukan dalam penilaian diri mengenai daya tarik fisik. Pikiran dan perasaan mengenai tubuh bermula dari adanya reaksi orang lain. 
           Apa yang sedang terjadi di Korea saat ini (trend operasi plastik) menunjukkan bahwa sebagian warga negeri Ginseng itu sedang mengalami apa yang disebut dengan Gangguan body image atau body image negatif . Seseorang yang mengalami gangguan body image tidak percaya diri dengan keadaan dirinya sendiri, sehingga banyak diantara mereka yang berusaha untuk membuat bagaimana agar mereka terlihat menarik didepan orang lain terutama jika dihadapan lawan jenis mereka. Mereka ini sangat mudah mengalami stress, bahkan sampai bunuh diri. Mungkin bisa kita bayangkan apa jadinya jika ada orang korea yang mengalami gangguan body imaje seperti ini tapi tidak punya uang untuk melakukan operasi plastik. 
       Mudah-mudahan kita semua tidak membebek pada hal negatif semacam ini. Dalam situs Parenting Indonesia, dijelaskan beberapa hal yang mesti orang tua lakukan agar anak tidak memiliki body image yang negatif; Pertama, Beri contoh penerimaan diri yang positif (bersyukur terhadap apa yang dimiliki). Hentikan mengeluh tentang lingkar pinggang Anda di depan anak. Kedua, Tangkal komentar negatif anak tentang diri sendiri. NeKetiga, Ajari anak kritis terhadap apapun yang dilihat atau didengarnya, terutama dalam menyikapi pengaruh iklan atau media yang mengutamakan kecantikan.
tralisir komentar anak dengan menunjukkan sisi positif yang ia miliki.
         Keempat, Tidak menjadikan kondisi fisik sebagai bahan ejekan. Hindari mengolok anak dengan julukan tembem atau chubby. Kelima, Beri pujian pada hasil karyanya, bukan melulu penampilan fisiknya. Keenam, Hindari membicarakan keburukan anak dengan orang lain di depan anak. Ketujuh, Kembangkan bakat anak secara berimbang di bidang fisik maupun non fisik. Kedelapan, Habiskan waktu bersama anak secara rutin. Ini yang terpenting! Dengan adanya waktu bersama Anda, anak merasa diperhatikan dan diterima secara positif.

Selasa, 17 Desember 2013

Howard Gardner & Manusia Abad 21

          Chowduri dalam bukunya yang berjudul Organisasi Abad 21, menyebutkan bahwa manusia yang hidup dalam abad 21 mudah merasa jenuh dengan sesuatu, karenanya inovasi menjadi kebutuhan dasar (basic needs) yang diapresiasi banyak kalangan, baik perusahaan, dunia pendidikan, seni budaya bahkan hingga pola-pola pemerintahan. Apabila inovasi tidak dilakukan maka tidak ada perubahan. Padahal, konsekuensi mereka yang stagnan akan ditinggalkan zaman yang cepat berubah ini.
          Dalam buku yang berjudul Mind Set!, John Naisbitt, sebagaimana di kutip oleh Rijalul Imam dalam Quantum Leadership of King Sulaiman, secara khusus mengapresiasi semaraknya kata ‘Change’ (perubahan) diberbagai belahan dunia, sehingga trend ‘perubahan’ menjadi trend yang menggejala diberbagai segi kehidupan manusia. Seakan-akan apabila kita tidak berubah maka perubahan akan menghempas kita ke pinggiran sejarah. Beberapa decade lalu terdapat adagium, ‘segalanya telah berubah, kecuali perubahan itu sendiri’. Sekarang adagium itu telah berkembang menjadi, ‘segalanya telah berubah, bahkan perubahan pun terus berubah.
        Menurut Rijalul Imam, abad 21 adalah tantangan imajiner yang penuh dengan teka-teki nyata, tak terkecuali bagi bangsa Indonesia. Dikatakan tantangan imajiner, karena memuat berbagai tantangan yang tak terduga sehingga menuntut imajinasi untuk meraba dan menebak apa yang akan terjadi di masa depan. Namun teka-teki itu juga bukan hal yang ilusi melainkan realitas nyata yang mau tidak mau harus dihadapi.
          Dan, masa depan itu kini adalah kenyataan hari ini. “Jarum jam terus berderak dan berdentang”, kata Yodhia Antariksa, “Dan dalam laju perjalanan sejarah itu, kita semua diminta untuk bisa terus tumbuh dan berkembang. Tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang nan unggul. Berkembang menjadi manusia - manusia yang mulia nan bermartabat”. Tegas pakar manajemen ini.
         Eko Laksono dalam bukunya yang berjudul Imperium III, seolah menjawab statement Yodhi Antariksa tersebut. Menghadirkan manusia yang matang nan unggul atau yang oleh Eko laksono di sebut dengan ‘manusia-manusia super’, adalah suatu proyek yang sedang diburu oleh para ilmuwan dunia. Dalam perkembangannya, para ilmuwanpun telah ‘bermimpi’ akan bisa memetakan gen-gen unggul manusia. Misalnya, gen khusus yang membuat kecerdasan yang genius, keunggulan fisik para atlet ternama bahkan mungkin gen yang membentuk karisma seorang pemimpin besar, bahkan mengkombinasikannya dengan gen-gen unggul lain. Ini yang disebut dengan rekayasa genetika. 
        Yang menarik menurut Saya adalah apa yang dilakukan oleh Howard Gardner, Sang ‘penemu’ Multiple Intelligences (teori kecerdasan majemuk). Beliau memiliki pandangan sendiri mengenai kulifikasi manusia masa depan. Tapi tentu saja dari sudut pandang psikologi. Melalui penelitian yang intensif, Gardner memperkenalkan Five Minds for The Future. Lima jenis pola pikir yang memiliki peran penting dalam perjalanan sejarah masa depan. Pola pikir yang harus ditanam dalam rung kognisi manusia.
       Yodhia Antariksa dalam ‘Blog Strategi + Manajemen’nya menuliskan lima pola pikir itu secara sederhana kepada kita: Pola pikir yang pertama adalah disciplined mind (pikiran terdisiplin) atau suatu perilaku kognisi yang mencirikan disiplin ilmu, ketrampilan, atau profesi tertentu. Seorang praktisi yang menekuni dunia bisnis dan manajemen misalnya, setidaknya mesti menguasai ilmu dan ketrampilan yang solid dalam bidang tersebut. Demikian pula, semua profesional lainnya – entah arsitek, ahli komputer, perancang grafis – harus menguasai jenis-jenis pengetahuan dan ketrampilan kunci yang membuat mereka layak menjadi bagian dari profesi mereka masing-masing. Esensi dari pola pikir yang pertama ini adalah : untuk benar-benar menjadi manusia yang profesional, kita mestinya menguasai secara tuntas, komprehensif, mendalam dan terdisiplin satu bidang pengetahuan/ketrampilan tertentu.
           Pola pikir yang kedua adalah : synthesizing mind (pikiran mensintesa). Atau juga pola untuk mencerap informasi dari beragam sumber, memahami, mensintesakannya, dan lalu meraciknya menjadi satu pengetahuan baru yang powerful. Kecakapan dalam melakukan sintesa ini tampaknya menjadi kian penting terutama ketika banjir informasi kian deras mengalir melalui beragam media : televisi, media cetak, dan dunia online. Dan sialnya, bongkahan informasi yang deras mengalir itu acap dipenuhi dengan informasi sampah (junk information). Tanpa kecapakan memilah dan mensintesakan beragam informasi itu, percayalah, kita bisa tergelincir dan tenggelam dalam lautan informasi.
       Pola pikir yang ketiga adalah creating mind (pikiran mencipta). Pikiran ini menggedor kita untuk senantiasa merekahkan ide-ide baru, membentangkan pertanyaan-pertanyaan tak terduga, menghamparkan cara-cara berpikir baru, dan sekaligus memunculkan unexpected answers. Pola pikir inilah yang akan membawa kita masuk dalam wilayah-wilayah baru yang menjanjikan harapan dan peluang untuk direngkuh dan dimanfaatkan. Pola pikir inilah yang akan membuat kita mampu berpikir secara lateral (out of the box) dan bukan sekedar berpikir linear mengikuti jalur konvensional yang acap hanya akan membuat kita stagnan. Dan pola pikir inilah yang akan menemani kita untuk bergerak maju, progresif, demi terciptanya sejarah hidup yang positif dan bermakna (meaningful life).
        Pola pikir keempat adalah respectful mind (pikiran merespek). Atau sebuah pola pikir untuk menyambut perbedaan pandangan dengan sukacita, dan bukan dengan sikap saling curiga. Sebuah pola pikir yang akan membuat kita terhindar dari anarki akibat pemaksaan kepentingan. Sebuah pola pikir yang senantiasa mengajak kita untuk merayakan keragaman pandangan dan sekaligus menghadirkan empati nan teduh bagi pendapat/pikiran orang lain – meski pendapat itu mungkin berbeda dengan yang kita hadirkan.
           Dan pola pikir yang terakhir atau kelima yang juga amat dibutuhkan adalah ethical mind (pikiran etis). Inilah pola pikir yang terus membujuk kita untuk berikhtiar membangun kemuliaan dan keluhuran dalam kehidupan personal dan profesional kita.
        Kesimpulannya dari tulisan ini adalah siapapun yang ingin ‘merebut’ masa depan haruslah memiliki syarat dan kualifikasinya. Dari sudut pandang psikologi, Howard Gardner telah menunjukkan syarat dan kualifikasi itu kepada kita.

Sabtu, 14 Desember 2013

Budaya Malu, Samurai Jepang & Syara Pata Anguna

          'Malu itu sebagian dari Iman'. Ini potongan Hadits. Kalau ini sudah menjadi perkataan Rasulullah SAW, menurut pendapat saya, hal ini akan memberikan hikmah dan kemaslahatan yang sangat besar dibalik pelaksanaannya. Tapi maaf, dalam tulisan ini saya tidak akan membahas lebih panjang tentang tafsir Hadits ini, tapi sekedar melihat pengaruh kata 'malu' dalam keseharian kita.
           Ada apa dengan Malu? Dalam seminar nasional yang diselenggarakan oleh Dinas Tata Kota Baubau, pada 28 November yang lalu, saya sempat bertanya pada Prof. Ananto Yudono, seorang pakar tata kota yang juga pernah menempuh studi di Jepang. "...mengapa Jepang menjadi salah satu negara dengan angka bunuh diri paling tinggi di dunia?" Kata Professor yang juga menjadi dosen di jurusan Arsitektur FT-Unhas ini, bahwa hal tersebut tidaklah 'melulu' berkaitan dengan persoalan stress. Tapi bunuh diri di Jepang berkaitan dengan kehormatan. Ini persoalan nilai dan keyakinan. Mereka lebih baik bunuh diri ketimbang malu karena gagal melakukan atau menggapai sesuatu.
         Dari jawaban Sang Guru besar, saya berkesimpulan bahwa ini terkait dengan budaya malu. Seorang teman peserta seminar berbisik kepada saya; "inilah juga yang mungkin menjawab -walau tidak sampai bunuh diri- seorang perdana menteri Jepang akhirnya mengundurkan diri karena gagal menjalankan roda pemerintahan dengan baik."
         Pertanyaannya adalah mengapa di Jepang penerapan budaya malu yang kadang berujung dengan bunuh diri ini begitu "ketat"? Kalo kita menarik garis sejarah ke masa lalu, khususnya di masa para Samurai, kita akan menemukan salah satu rahasianya. Kalau berbicara tentang Samurai, rasanya bukanlah sesuatu yang asing bagi kita semua, karena lagenda para Samurai sungguh terkenal diseluruh dunia. Pun telah banyak kisah tentang kehebatan para pejuang Jepang ini yang di angkat kelayar lebar. Diantaranya adalah film Seven Samurai yang disutradarai oleh Akira Kurosawa. Film ini dianggap sebagai salah satu film terbaik di dunia, dan mempengaruhi banyak sutradara besar lainnya seperti George Lucas, Sang pembuat Star Wars. 
         Tahun 2003 yang lalu, Hollywood memproduksi Film The Last Samurai, yang dibintangi oleh aktor yang juga terkenal dalam 'Mission Imposible', yaitu Tom Cruise. Film yang kemudian menjadi box office ini di garap berdasarkan sejarah toko samurai terakhir Jepang, Saigo Takamori.
         Eko Laksono dalam bukunya yang berjudul Imperium III menjelaskan bahwa sebelum restorasi Meiji, Jepang dikuasai oleh shogunat, sebuah rezim pemerintahan militer yang dipimpin oleh shogun. Pemerintahannya sendiri dikenal dengan nama Bakufu. Klan Tokugawa telah menjadi klan penguasa Jepang sejak 1603 hingga dimulainya era Meiji pada 1868. Untuk menjaga stabilitas dan menangkal gangguan dari luar, Tokugawa terpaksa melakukan politik isolasi dari luar sejak tahun 1669. Negara-negara barat yang pernah datang ke Jepang (Portugis dan Spanyol) semua diusir keluar, kecuali Belanda. Itupun hanya diperbolehkan berada di Nagasaki. Kedamaian sempat tercipta sepanjang 250 tahun lamanya. 
           Para shogun awalnya tidak sadar, bahwa politik isolasi ini justru membuat Jepang menjadi negara yang 'jalan di tempat'. Informasi dari luar relatif terputus. Sampai tahun 1853, ketika Laksamana Matthew C. Perry memimpin armada Amerika Serikat, dengan 65 moncong meriam di sisi-sisi kapal memasuki perairan Tokyo, Jepang akhirnya tersadar, sesuatu harus dilakukan. Perombakan besar-besaran pun dilakukan. 30 tahun setelah Restorasi Meiji (1868), Jepang sudah mensejajarkan kekuatan ekonomi dan militernya dengan negara-negara termaju di dunia. 
           Yang menarik untuk dipertanyakan dalam sejarah Jepang ini adalah apa yang dilakukan para kesatria berpedang selama 250 tahun berada dalam kedamaian? Masalahnya, tidak banyak peperangan dalam kurun waktu tersebut. Ternyata ada hikmah dan pelajaran penting yang diberikan oleh para Samurai. Kaum Samurai sebagai kelas elit dan menjunjung nilai-nilai moral yang tinggi mempunyai kewajiban untuk menjadi teladan dalam masyarakat. Mereka harus menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat bagi masyarakat banyak. Seorang Samurai harus menjaga kehormatan status mereka dan menjauhkan diri dari rasa malu. Jadi pada masa ini, ada kanalisasi nilai-nilai moral yang mengagumkan. Dan rupanya berhasil sampai sekarang.
          Selama 250 tahun mereka berhasil melakukan internalisasi nilai-nilai budaya tanpa penetrasi budaya lain dari luar. Kalau ada yang patut disyukuri oleh bangsa jepang di masa isolasinya, maka kanalisasi budaya inilah salah satunya. Luar biasa, kehormatan hadir dari kemampuan mereka menjauhkan diri dari rasa malu.
         Kalau kita menyaksikan Film tentang para Samurai atau para Yakuza, kita akan menemukan bahwa saking menjaga kehormatan mereka, para samurai bahkan rela melakukan seppuku. sebuah ritual bunuh diri daripada mati tidak terhormat karena kalah dalam perang atau tidak mempu mengemban amanah dengan baik.
           Masih dari seminar Tata Kota yang berlangsung di Aula Kantor Walikota tersebut, Dr. Ir. H. Mudjur Muif, menyampaikan gambaran singkat tentang penegakan hukum berdasarkan Syara Pata Anguna. Putra Baubau yang juga konsultan perencana wilayah ini menyebutkan 4 (empat) hal yang akan ditindaki secara hukum Agama dimasa kesultanan; Pulu Mosala (ucapan yang tidak pantas), Mingku Mosala (perbuatan/tindakan yang tidak terhormat/membuat orang lain tersinggung), Lempagi (Pelanggaran Hak/melampaui batas), dan Pebula (pelecehan seksual/perselingkuhan). Dan pilihan hukumannya adalah Gogoli (leher diikat dan ditarik kiri-kanan), Labua yitawo (ditenggelamkan dilaut), Tobhanaka (dibuang/diasingkan) dan Tatasi pulangi (dikeluarkan dari kekerabatan/kelurga). 
         Terus terang, Saya baru mengetahui secara detail tentang Syara Pata Anguna ini lewat lisan beliau. Ini sungguh 'keren'. Secara tersirat pula mengharuskan penghuni 'negeri' agar menerapkan budaya malu. Dan dalam falsafah Bhinci-bhinciki kuli, budaya malu sangat tegas diamanahkan. Tapi, yang menjadi pertanyaan bagi saya adalah pernahkah kita warga Baubau menerapkan budaya malu dalam keseharian kita? Malu mendzolimi orang lain, malu korupsi, malu mempermalukan orang lain, atau malu mempermalukan diri sendiri? Jika tidak, terlepas dari plus minus bangsa Jepang, orang buton atau orang Indonesia secara umum perlu belajar banyak tentang budaya Malu dari bangsa Jepang.
       Dan jangan sampai terjadi, falsafah Bhinci-bhinciki kuli yang mengandung makna hakiki dan universal hanya berada diatas menara gading atau hanya sekedar dibanggakan, tapi dalam penerapannya jauh panggang dari api.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More