Chowduri dalam bukunya yang berjudul Organisasi Abad 21, menyebutkan bahwa manusia yang hidup dalam abad 21 mudah merasa jenuh dengan sesuatu, karenanya inovasi menjadi kebutuhan dasar (basic needs) yang diapresiasi banyak kalangan, baik perusahaan, dunia pendidikan, seni budaya bahkan hingga pola-pola pemerintahan. Apabila inovasi tidak dilakukan maka tidak ada perubahan. Padahal, konsekuensi mereka yang stagnan akan ditinggalkan zaman yang cepat berubah ini.
Dalam buku yang berjudul Mind Set!, John Naisbitt, sebagaimana di kutip oleh Rijalul Imam dalam Quantum Leadership of King Sulaiman, secara khusus mengapresiasi semaraknya kata ‘Change’ (perubahan) diberbagai belahan dunia, sehingga trend ‘perubahan’ menjadi trend yang menggejala diberbagai segi kehidupan manusia. Seakan-akan apabila kita tidak berubah maka perubahan akan menghempas kita ke pinggiran sejarah. Beberapa decade lalu terdapat adagium, ‘segalanya telah berubah, kecuali perubahan itu sendiri’. Sekarang adagium itu telah berkembang menjadi, ‘segalanya telah berubah, bahkan perubahan pun terus berubah.
Menurut Rijalul Imam, abad 21 adalah tantangan imajiner yang penuh dengan teka-teki nyata, tak terkecuali bagi bangsa Indonesia. Dikatakan tantangan imajiner, karena memuat berbagai tantangan yang tak terduga sehingga menuntut imajinasi untuk meraba dan menebak apa yang akan terjadi di masa depan. Namun teka-teki itu juga bukan hal yang ilusi melainkan realitas nyata yang mau tidak mau harus dihadapi.
Dan, masa depan itu kini adalah kenyataan hari ini. “Jarum jam terus berderak dan berdentang”, kata Yodhia Antariksa, “Dan dalam laju perjalanan sejarah itu, kita semua diminta untuk bisa terus tumbuh dan berkembang. Tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang nan unggul. Berkembang menjadi manusia - manusia yang mulia nan bermartabat”. Tegas pakar manajemen ini.
Eko Laksono dalam bukunya yang berjudul Imperium III, seolah menjawab statement Yodhi Antariksa tersebut. Menghadirkan manusia yang matang nan unggul atau yang oleh Eko laksono di sebut dengan ‘manusia-manusia super’, adalah suatu proyek yang sedang diburu oleh para ilmuwan dunia. Dalam perkembangannya, para ilmuwanpun telah ‘bermimpi’ akan bisa memetakan gen-gen unggul manusia. Misalnya, gen khusus yang membuat kecerdasan yang genius, keunggulan fisik para atlet ternama bahkan mungkin gen yang membentuk karisma seorang pemimpin besar, bahkan mengkombinasikannya dengan gen-gen unggul lain. Ini yang disebut dengan rekayasa genetika.
Yang menarik menurut Saya adalah apa yang dilakukan oleh Howard Gardner, Sang ‘penemu’ Multiple Intelligences (teori kecerdasan majemuk). Beliau memiliki pandangan sendiri mengenai kulifikasi manusia masa depan. Tapi tentu saja dari sudut pandang psikologi. Melalui penelitian yang intensif, Gardner memperkenalkan Five Minds for The Future. Lima jenis pola pikir yang memiliki peran penting dalam perjalanan sejarah masa depan. Pola pikir yang harus ditanam dalam rung kognisi manusia.
Yodhia Antariksa dalam ‘Blog Strategi + Manajemen’nya menuliskan lima pola pikir itu secara sederhana kepada kita: Pola pikir yang pertama adalah disciplined mind (pikiran terdisiplin) atau suatu perilaku kognisi yang mencirikan disiplin ilmu, ketrampilan, atau profesi tertentu. Seorang praktisi yang menekuni dunia bisnis dan manajemen misalnya, setidaknya mesti menguasai ilmu dan ketrampilan yang solid dalam bidang tersebut. Demikian pula, semua profesional lainnya – entah arsitek, ahli komputer, perancang grafis – harus menguasai jenis-jenis pengetahuan dan ketrampilan kunci yang membuat mereka layak menjadi bagian dari profesi mereka masing-masing. Esensi dari pola pikir yang pertama ini adalah : untuk benar-benar menjadi manusia yang profesional, kita mestinya menguasai secara tuntas, komprehensif, mendalam dan terdisiplin satu bidang pengetahuan/ketrampilan tertentu.
Pola pikir yang kedua adalah : synthesizing mind (pikiran mensintesa). Atau juga pola untuk mencerap informasi dari beragam sumber, memahami, mensintesakannya, dan lalu meraciknya menjadi satu pengetahuan baru yang powerful. Kecakapan dalam melakukan sintesa ini tampaknya menjadi kian penting terutama ketika banjir informasi kian deras mengalir melalui beragam media : televisi, media cetak, dan dunia online. Dan sialnya, bongkahan informasi yang deras mengalir itu acap dipenuhi dengan informasi sampah (junk information). Tanpa kecapakan memilah dan mensintesakan beragam informasi itu, percayalah, kita bisa tergelincir dan tenggelam dalam lautan informasi.
Pola pikir yang ketiga adalah creating mind (pikiran mencipta). Pikiran ini menggedor kita untuk senantiasa merekahkan ide-ide baru, membentangkan pertanyaan-pertanyaan tak terduga, menghamparkan cara-cara berpikir baru, dan sekaligus memunculkan unexpected answers. Pola pikir inilah yang akan membawa kita masuk dalam wilayah-wilayah baru yang menjanjikan harapan dan peluang untuk direngkuh dan dimanfaatkan. Pola pikir inilah yang akan membuat kita mampu berpikir secara lateral (out of the box) dan bukan sekedar berpikir linear mengikuti jalur konvensional yang acap hanya akan membuat kita stagnan. Dan pola pikir inilah yang akan menemani kita untuk bergerak maju, progresif, demi terciptanya sejarah hidup yang positif dan bermakna (meaningful life).
Pola pikir keempat adalah respectful mind (pikiran merespek). Atau sebuah pola pikir untuk menyambut perbedaan pandangan dengan sukacita, dan bukan dengan sikap saling curiga. Sebuah pola pikir yang akan membuat kita terhindar dari anarki akibat pemaksaan kepentingan. Sebuah pola pikir yang senantiasa mengajak kita untuk merayakan keragaman pandangan dan sekaligus menghadirkan empati nan teduh bagi pendapat/pikiran orang lain – meski pendapat itu mungkin berbeda dengan yang kita hadirkan.
Dan pola pikir yang terakhir atau kelima yang juga amat dibutuhkan adalah ethical mind (pikiran etis). Inilah pola pikir yang terus membujuk kita untuk berikhtiar membangun kemuliaan dan keluhuran dalam kehidupan personal dan profesional kita.
Kesimpulannya dari tulisan ini adalah siapapun yang ingin ‘merebut’ masa depan haruslah memiliki syarat dan kualifikasinya. Dari sudut pandang psikologi, Howard Gardner telah menunjukkan syarat dan kualifikasi itu kepada kita.
Kesimpulannya dari tulisan ini adalah siapapun yang ingin ‘merebut’ masa depan haruslah memiliki syarat dan kualifikasinya. Dari sudut pandang psikologi, Howard Gardner telah menunjukkan syarat dan kualifikasi itu kepada kita.
1 komentar:
Bingung Cari Agen Slot Terlengkap Dan Terpercaya ?
Yuk Daftar Dan Bermain Di Bolavita .site
Daftar Akun Anda dan Menang jackpot Hingga Ratusan Juta.
Dapatkan Bonus New Member 10% / Cashback Hingga 10%.
.
• Slots Games
• Ding Dong
• Tembak Ikan
• Bingo
NB : Bisa dimainkan di perangkat smartphone Android / iOS
Hubungi Kontak CS BOLAVITA Di Sini (24 jam Online):
.
• BBM: BOLAVITA
• WeChat: BOLAVITA
• WA: +62812-2222-995
• Line : cs_bolavita
Posting Komentar