![]() |
Sumber gambar: Mercyfaitha.blogspot.com |
Malam itu, 18 April 1775, seorang penunggang kuda memacu kudanya begitu kencang. Informasi yang baru saja diterimanya harus segera disebar dengan cepat. Ini pesan yang sangat penting dan rahasia. Seorang ‘telik sandi’ memberitahunya bahwa esok hari, 19 April 1775, serdadu Inggris akan menyerang Baltimore. Malam itu Ia harus menempuh jarak sekitar 20 km demi menyampaikan berita ini. Di setiap Kota yang dilewati, pintu-pintu rumah penduduk Ia ketuk, lonceng Gereja dibunyikan dan genderang perang ditabuh.
Hanya dalam waktu dua jam ia telah menempuh 13 mil dan telah berhasil menjangkau beberapa kota tujuannya. Berita itu berhasil menyebar dengan cepat. Semalaman Ia tidak beristirahat. Dan… pukul sembilan pagi, pesan sudah diterima oleh seluruh rekyat Baltimore. Hari itu juga mereka sudah siap perang.
Alhasil, ketika serdadu Inggris mulai penyerangannya pada tanggal 19 April, disepanjang jalan mereka menghadapi perlawanan yang sengit dari pasukan koloni yang terorganisir dengan baik. Dan puncaknya, pasukan Inggris mengalami kekalahan telak setelah yang terus-menerus mengalami serangan mendadak.
Siapakah Sang Penunggang Kuda yang rela memacu kudanya sejauh puluhan kilo meter untuk menyampaikan pesan penting ini? Namanya adalah Paul Revere. Seorang pengrajin perak dari Boston. Kisah inipun menjadi legendaris setelah dirilis oleh Sejarawan Malcolm Gladwell ketika menjelaskan The Law of The Few (Hukum tentang yang sedikit), dalam bukunya Tipping Point: How Little Things Can Make a Big Difference.
Mengapa orang begitu mempercayai informasi yang dibawa oleh Paul Revere? Logikanya, jika Paul tidak dikenal dengan baik oleh para pemimpin koloni itu, bagaimana mereka akan percaya dengan informasi yang dibawanya?
Dani Miftahul Akhyar, dalam tulisannya yang berjudul Kisah Penunggang Kuda di Tengah Malam, mencatat bahwa jauh sebelum peristiwa itu, ternyata Paul Revere adalah sosok yang dikenal luas oleh masyarakat Boston. Tahun 1774, atau setahun sebelum peristiwa heroik itu, Boston pertama kali membeli lampu-lampu jalan dan Paul ditunjuk sebagai panitia untuk mengatur pemasangannya. Ketika pasar di Boston membutuhkan regulasi, Paul ditunjuk sebagai administraturnya. Saat muncul epidemi penyakit pasca perang, ia terpilih menjadi petugas kesehatan. Manakala terjadi kebakaran hebat di sisi kota, ia membantu mendirikan Perusahaan Asuransi Kebakaran Massachusets dan namanya muncul pertama dalam piagam charter pendirian perusahaan. Ketika masalah kemiskinan mengemuka, ia mengorganisir sebuah asosiasi donor dan terpilih menjadi presiden pertama organisasi itu. Dan saat terjadi peristiwa pembunuhan menggemparkan di Boston, Paul terpilih menjadi Ketua Juri di persidangan. Jadi, tidak heran jika Paul Revere dikenal dengan sangat baik oleh warga Boston.
Dari kisah heroik yang begitu mashur dikalangan pelajar Amerika Serikat ini, kita bisa menarik pelajaran tentang kepercayaan. Bahwa kepercayaan diperoleh dari integritas, kinerja yang baik, selalu menghadirkan kasih sayang, pelayanan, komitmen dan tanggung jawab. Jauh diatas itu, juga diperlukan keikhlasan dan kerelaan berkorban.
Anis Matta berujar: “Ketika orang tertidur kamu terbangun, itulah susahnya. Ketika orang merampas kamu membagi, itulah peliknya. Ketika orang menikmati kamu menciptakan, itulah rumitnya. Ketika orang mengadu kamu bertanggungjawab, itulah repotnya. Makanya tidak banyak orang bersamamu disini, mendirikan imperium kebenaran”. Inilah sosok pahlawan.
PEMILU 2014 adalah ajang 5 (lima) tahunan untuk memilih sosok-sosok yang akan berperan menentukan “nasib” negeri ini selama 5 (lima) tahun kedepan. Saran saya, pilihlah partai atau caleg yang terpercaya, layaknya Paul Revere. Partai atau caleg yang terbukti berintegritas, kinerja yang baik, selalu menghadirkan kasih sayang, pelayanan, komitmen dan bertanggung jawab. Pilihlah partai atau caleg yang berkiprah tidak hanya menjelang Pemilu, tetapi ada atau tidak Pemilu, mereka tetap berkiprah menebar cinta diseantero negeri.
0 komentar:
Posting Komentar