Blog yang berisi catatan-catatan singkat dan sederhana. Mencoba menangkap dan menulis pesan bijak dari berbagai sumber.

About

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Minggu, 31 Juli 2016

Neuropsikologis Pembunuhan di Kota Baubau

Sumber gambar: www.clipart-kiste.de
               Masih ingat dengan konfrontasi Cicak melawan Buaya di tahun 2009 yang lalu? Ya, kedua reptil tersebut “diperkenalkan” oleh Susno Duadji, seorang mantan Kabareskrim Mabes Polri, sebagai ikon kasus KPK vs Polri. Istilah yang kemudian menjadi simbol perlawanan pendukung institusi yang pernah dinakhodai oleh Abraham Samad ini terhadap Polri. Waktu itu KPK dipersonifikasikan sebagai Cicak, sementara Kepolisian sebagai Buaya. 
              Tapi maaf, mengenai kasus antara KPK dan Polri tersebut tidak akan dibahas pada tulisan ini. Saya Cuma tertarik pada kata ‘Reptil’ yang melekat pada Cicak dan Buaya yang dijadikan ikon oleh mantan Kabareskrim Polri tersebut. 
            Begini, para ahli otak menggunakan kata ‘Reptil’ untuk memberi istilah pada salah satu bagian otak manusia. Mengapa bisa begitu? Karena bagian tersebut sama persis dengan bagian otak yang dimiliki reptil, seperti kadal atau buaya. Dan bagian yang lalu disebut dengan ‘Otak Reptil’ ini dianggap memiliki kaitan dengan kejahatan (termasuk pembunuhan). Kok bisa? 
              Sebagaimana kita ketahui bersama, Dr Paul Maclean, menyebutkan bahwa manusia memiliki tiga bagian otak yang ia sebut sebagai ‘Otak triune’. Mereka adalah Batang atau otak reptile, Sistem limbik atau otak mamalia, dan Neokorteks. Masing-masing bagian mempunyai struktur syaraf tertentu dan mengatur tugas-tugas yang harus dilakukan. 
            Beberapa literatur menyebutkan bahwa otak reptil bertugas untuk mengendalikan fungsi-fungsi motor sensorik (yakni untuk mengetahui rangsangan yang berasal dari panca indera), dan mempertahankan hidup secara naluriah (yang terfokus pada makanan, tempat tinggal, perkembangbiakan, dan perlindungan diri). Ketika seseorang mengalami suatu bahaya, otak reptil ini memberikan komando kepada anggota tubuh yang lain untuk menghadapi atau lari dari situasi berbahaya tersebut. 
             Otak mamalia berfungsi sebagai tempat menyimpan memori, mengendalikan bioritme (seperti pola tidur, lapar, haus, tekanan darah, detak jantung, gairah seksual, temperatur, kimia tubuh, metabolisme, dan sistem kekebalan), sebagai pusat perasaan atau emosi, dan mengendalikan semua bagian anggota tubuh. Karenanya, keadaan emosi sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Segala sesuatu yang datang dari indra penglihatan, pendengaran, penciuman, dan peraba masuk ke otak ini, kemudian didistribusikan ke "otak pemikir" atau neokorteks. 
           Sementara tugas neokorteks adalah berpikir, berbicara, melihat, dan mencipta. Otak ini merupakan tempat kecerdasan. Di otak ini pula bersemayam kecerdasan yang lebih tinggi, yaitu intuisi, sebuah kemampuan menerima informasi yang tidak dapat diterima oleh panca indra. 
          Slamet Wahyudi dalam tulisannya yang berjudul ‘Otak Manakah Yang Sedang Anda Pakai..,??!’ menjelaskan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang memiliki keseimbangan ketiganya, tidak satupun yang mendominasi, dan dengan bimbingan wahyu, manusia akan mampu memberdayakan semua fungsi otak ini sehingga cara berpikir dan perilakunya selaras, seimbang, sempurna menjadi Al Ihsan
             Allah SWT, menyebutnya dalam Al Qur’an, Surah Al A’raf ayat 179, “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” 
             Sayangnya, tanpa disadari, kadang manusia didominasi oleh otak reptilnya. Seperti halnya bangsa reptil, manusia yang didominasi otak ini, dapat berperilaku seperti reptil, dan tidak dapat berpikir pada tingkat yang lebih tinggi. Seseorang hanya bertindak berdasarkan nafsunya. Misalnya, ketika merasakan lapar, maka apapun akan dilakukannya demi terselesaikannya masalah lapar tersebut. 
          Saat bahaya datang maka bangsa reptil akan serta merta berlari atau berhadapan untuk membela/mempertahankan diri. Otak reptil aktif bila seseorang kurang tidur, terancam, takut, stress, atau pada saat kondisi tubuh dan pikiran yang lelah. 
           Herulono Murtopo, dalam artikelnya di Kompasiana yang berjudul ‘Berotak Dasar Reptil, Semua Manusia’, mengatakan bahwa karena berotak dasar reptil, maka semua manusia berpotensi menjadi jahat. Kenapa orang yang tampaknya baik-baik bisa menjadi sedemikian jahat? Kita kadang menemukan dalam siaran berita di televisi, seorang anak yang membacok kakak kandungnya, lalu akhirnya menyesal setelah Sang kakak akhirnya meninggal di Rumah Sakit. 
             Menurut Herulono, dalam pendekatan Neuropsikologis, para pembunuh yang sedemikian sadis itu, bukanlah orang yang terbiasa melakukan tindakan-tindakan sadis. Banyak kejahatan yang dilakukan dengan spontan, kemudian muncul penyesalan. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh dominannya reptilian brain dalam diri manusia. 
               Sebagaimana sudah dijelaskan di atas, otak reptil akan diaktifkan oleh suatu perasaan negatif seperti emosi, marah, stress, takut, tertekan, cinta, dan perasaan lainnya. Ia bergerak dengan sangat spontan. Yang lalu menjadikan seseorang agresif dan cenderung mengikuti instingnya. Kalau otak ini sering digunakan, dia bekerja semakin canggih dan kalau tidak hati-hati bisa cenderung jahat, yang lalu menyebabkan hal-hal yang tidak dinginkan, diantaranya adalah pembunuhan. Seperti yang terjadi belum lama ini di Kota Baubau. 
                Lalu, bagaimana cara mengendalikan otak reptil agar tidak menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan? Baiklah, kita mulai dari pertanyaan, apa yang terjadi ketika manusia dikuasai emosi? David Pranata (seorang speaker, trainer dan writer) dalam david-pranata.com menjelaskan bahwa ketika seseorang dikuasai emosi sehingga tidak lagi bisa mengendalikan diri adalah sebuah kondisi yang disebut dengan “amygdala hijack“. Amgydala adalah bagian dari otak primitif (otak reptil) yang kemudian membajak neocortex. Ketika seseorang dibajak, berarti ia akan kehilangan kendali. Bagian otak reptil-lah yang akhirnya mengambil alih kendali perkataan atau tindakan. Menurut David, ada empat langkah kilat untuk mengendalikan diri: 
             Pertama, Akuilah Perasaan Anda. Banyak orang yang justru menyangkal perasaan mereka dan mengatakan hal yang sebaliknya. Misalnya saja seorang yang sedang kecewa atau sedih kemudian menyangkal apa yang ia rasakan. Dia terus berkata kepada diri sendiri bahwa dia tidak apa-apa, sama sekali tidak ada perasaan kecewa atau sedih. Jangan mengingkari apa yang sedang dirasakan, yang harus dilakukan adalah justru menyadari dan mengakui perasaan tersebut. Inilah yang disebut proses ber-empati pada diri sendiri. Katakan kepada diri sendiri apa yang sedang dirasakan. 
             Kedua, Aturlah nafas anda dan berusahalah untuk relax. Setelah mengakui apa yang anda rasakan, cobalah untuk bernafas secara dalam dan lambat secara teratur. Mengatur pernafasan adalah langkah pertama untuk mengubah emosi. Ketika sedang diliputi emosi negatif, nafas kebanyakan akan menjadi tidak teratur. Pernahkan melihat orang marah besar dengan nafas tetap teratur? Tentu tidak. Nafas mereka akan tersengal-sengal, bahkan pada beberapa kondisi mereka sampai kesulitan bernafas. Oleh karena itu ubah nafas menjadi teratur. Lakukan ini sampai kondisi menjadi lebih seimbang. 
              Ketiga, Ubah fisiologi anda. Yang artinya adalah emosi diciptakan oleh gerakan (fisiologi) kita. Bahasa tubuh anda akan mempengaruhi kondisi emosi. Jadi yang dilakukan berikutnya adalah dengan mengubah bahasa tubuh sesuai dengan kondisi emosi yang kita inginkan. Bahasa tubuh dan emosi akan selalu sinkron. Tidak ada orang sedih yang rauh wajahnya ceria, posturnya tegak dan tersenyum. Oleh karena itu ketika seseorang mengubah fisiologinya, maka emosi pun akan ikut berubah. Menurut riset dibutuhkan waktu 2 menit untuk merubah emosi yang ada di tubuh. 
         Keempat, Mulailah untuk berpikir apa yang bisa anda lakukan. Setelah mulai bisa mengendalikan emosi dan perasaan, sekaranglah saatnya mengembalikan kendali ke bagian neocortex. Di saat inilah seseorang baru bisa mulai berpikir dan menganalisa secara rasional.

Selasa, 26 Juli 2016

Otak Cerdas Orang Buton

Sumber gambr: duniaanakkitia.blogspot.com
             Saya teringat dengan kata-kata seorang ahli Bedah Jantung, saat menjadi instruktur kami pada pelatihan BTCLS (Basic Trauma Cardiac Life Support), di awal tahun 2015 yang lalu. Kata beliau, “mengajari (memberi pelatihan) orang Buton, tidak begitu sulit. Otaknya pintar-pintar, sebab rajin makan ikan.” Demikian kata beliau, sambil bercanda. 
             Benarkah demikian? Bahwa orang yang tinggal di daerah kepulauan Buton ini otaknya pintar-pintar? Benar!!! Orang Buton memang pintar-pintar. Tapi, tidak saja orang Buton yang demikian, semua orang di dunia ini, siapapun dia, pasti pintar-pintar. Asalkan masih memiliki otak, ia pasti pintar. Begitu kata seorang pakar pendidikan. 
              Dan kalau (misalnya) batok kepala orang Buton di bedah alias di buka untuk melihat otak. Maka pastilah juga model dan bentuknya sama dengan otak orang-orang di seluruh dunia. Tidak ada bedanya. Sebab sama-sama ciptaan Tuhan. Yang beda adalah sejauh mana tiap-tiap individu mampu mengoptimalkan potensi “raksasa tidur” otak itu. 
               Para ahli punya pernyataan menarik tentang organ yang berada dalam batok kepala tersebut. Prof. Albert Einstein, berkata: “di dunia ini hanya 2 hal yang tidak terbatas, yaitu alam semesta dan otak manusia.” Menurut Prof. Pyott Anokhin, otak manusia dapat menyimpan satuan informasi sebanyak angka 1 yang diikuti angka nol yang panjangnya 10,5 juta kilometer! Sedangkan Prof. Rosenweig berujar: ”bila kita mengingat 10 satuan informasi setiap detiknya, dan kita kalikan 24 jam/hari, lalu dikalikan 365 hari/tahun, lalu dikalikan 100 tahun, maka kita baru memakai kapasitas otak kita sebesar 10 % saja!” 
              Oh iya, mungkin kita perlu mengenal sedikit tentang organ yang ada dalam batok kepala ini. Sekedar me-refresh saja, sebab Saya pernah menyampaikannya beberapa waktu yang lalu, dalam tulisan (opini) yang berjudul ‘Materi Seksualitas, Otak & Delta Fos-B’. Beberapa literature menyebutkan bahwa otak manusia mempunyai 3 bagian dasar, yaitu: (1). 
            Batang Otak atau Otak Reptil, (2). Sistem Limbik atau Otak Mamalia (3). Neokorteks. Dr. Paul MacLean menyebut ketiga bagian dasar otak tersebut sebagai TRIUNE (3 in 1). Batang Otak, mengendalikan fungsi-fungsi penyangga kehidupan dasar misalnya pernapasan dan laju denyut jantung, mengontrol tingkat kesiagaan, menyiagakan seseorang terhadap informasi sensorik yang masuk, mengendalikan suhu, mengendalikan proses pencernaan, menyampaikan informasi dari serebelum atau otak kecil. 
            Sistem Limbik atau otak tengah, yang posisinya sedikit lebih ke depan dan terdiri atas Talamus dan Ganglia Basal atau otak tengah. Sistem Limbik penting bagi pembelajaran dan ingatan jangka pendek tetapi juga menjaga homeostatis di dalam tubuh. Terlibat dalam emosi ketahanan hidup dari hasrat seksual atau perlindungan diri. Sistem Limbik mengandung Hipotalamus, yang sering dianggap sebagian bagian terpenting dari 'otak mamalia'. 
           Serebrum atau korteks serebral, membungkus seluruh otak dan posisinya berada di depan. Serebrum adalah bertanggung jawab atas berbagai keterampilan termasuk ingatan, komunikasi, pembuatan keputusan dan kreativitas. Fungsi: pengaturan, ingatan, pemahaman, komunikasi, kreativitas, pembuatan keputusan, mind mapping, bicara, musik. Serebrum dibungkus oleh suatu lapisan berkerut-kerut berupa sel-sel saraf setebal seperdelapan inci yang amat sangat menakjubkan, yang dikenal sebagai korteks serebral. 
            Tanggal 24 April yang lalu, yayasan kami (Yayasan Suluwina Wolio), mengadakan seminar dan pelatihan pendidikan yang bertajuk ’95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences’. Alhamdulillah kami bisa menghadirkan Bapak Alamsyah Said S.Pd.,M.Si, seorang trainer dan konsultan pendidikan, sekaligus penulis buku ’95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences’ dan buku ‘Sekolah Anak-anak Juara’, sebagai narasumber. 
            Kata Pak Alamsyah, jika ada seorang anak lahir, coba periksa, bila masih ada otak di dalam batok kepalanya, maka anak itu bisa menjadi orang pandai. Beliau berbicara demikian sambil bercanda. “Tidak ada kecerdasan tanpa otak, siswa bodoh itu mitos”. Lanjutnya. 
            Dalam bukunya yang berjudul ’95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences’, pria kelahiran Kolaka ini menjelaskan bahwa otak adalah mesin kepandaian. Namun manusia tidak akan pandai jika tidak ada proses belajar. Maka caranya adalah otak harus selalu digunakan. Dan cara menggunakan otak adalah dengan berpikir. 
           Sel-sel otak adalah wadah kecerdasan. Dari sini, selama proses belajar berlangsung proses karya pikir diproduksi dan berkembang sampai tahap manusia mencapai puncak kompetensi maksimalnya. Kecerdasan sesorang berkembang seiring kualitas belajar yang dialaminya. 
          Menurut Kazuo Murakami, Genetik pewaris kecerdasan anak tidak bersifat mutlak namun bersifat potensial. Kualitas positif lingkungan dan kualitas asupan makanan turut andil memberikan pengaruh terhadap perkembangan kecerdasan seseorang. Polah Asuh dalam pendidikan dengan penuh kasih sayang, berpengaruh terhadap arsitektur otak. Kuantitas (jumlah informasi) dan kualitas informasi (informasi yang diulang-ulang) mampu membuat synaps (jaringan antar sel otak) menjadi banyak dan kuat. Kecerdasan anak ditentukan seberapa banyak dan kuatnya synaps. 
         Penelitian otak masa kini telah menghadirkan sudut pandang yang lebih luas tentang kecerdasan. Kata Hawkins dan Blakesle, Otak adalah mesin kecerdasan. Kecerdasan itu seluas samudera. Hingga kini, ilmuwan belum selesai memecahkan rahasia otak yang tak terbatas. Makna logisnya adalah: jika kecerdasan seluas rahasia “alam semesta” otak, maka kecerdasan tidak hanya sebatas angka-angka hasil tes. 
          Pada proses belajar, semuanya bersumber dari otak. Otak memiliki susunan saraf yang kompleks dan canggih, jika diberi stimulus melalui proses fun learning, maka terbentuk jembatan-jembatan pengetahuan baru. Simpul koneksi antar jembatan pengetahuan dibangun oleh ikatan antar-myelin pada neuron-neuron otak. 
           Semakin banyak simpul antar jembatan yang terbangun, maka semakin berkualitas otak tersebut alias semakin cerdas. Dalam batok kepala manusia, milyaran saraf dan bahan dasar lain tersusun sangat rapi dan kompleks. 
              Masalahnya adalah kadang terjadi apa yang disebut dengan ‘hambatan belajar’. Sebuah hal yang kadang terjadi dalam proses belajar mengajar di sekolah. Metode atau cara yang digunakan tidak bisa diterima dengan baik oleh otak beberapa atau sebagian peserta didik. Akibatnya potensi otak mereka tidak bisa ”meledak”. 
              Disinilah pula kadang para oknum guru begitu latah mengucap kata ‘bodoh’ pada anak didik mereka, jika tak mampu memahami pelajaran dengan baik. Padahal, sekali lagi, tidak ada anak yang bodoh. Semua anak adalah pintar atau cerdas. Yang perlu dievaluasi adalah metode mengajarnya. 
          Yang harus dilakukan berikutnya adalah menghadirkan cara mengajar yang disukai otak. Bagaimana melakukannya? Pak Alamsyah Said menyampaikan 9 (Sembilan) hal yang harus dipahami: Pertama, kenali tipe-tipe kecepatan belajar peserta didik dengan baik, diantaranya fast learner, normaly learner, slow lerner, dan very slow learner. 
              Kedua, bangun rasa percaya diri dan motovasi berprestasi peserta didik. Ketiga, mengajarlah dengan hati. Keempat, mengajarlah sesuai dengan kecerdasan jamak dan gaya belajar peserta didik. Kelima, gunakan strategi pengajaran yang sesuai gaya peserta didik. Keenam, mengajarlah sesuai modalitas terbaik peserta didik. Ketujuh, libatkan peserta didik aktif secara kinestetik dan visual. Kedelapan, sabarlah dalam mengajar. Dan kesembilan, memainkan apersepsi alfa zone dan scene setting dalam proses mengajar (humorislah dalam proses pembelajaran).

Homoseks di Kota Baubau

Sumber gambar: Sharing_Dhani91blogspot.com
         Awal tahun 2016 yang lalu, Saya mendapat sms dari seorang teman, berdomisili di Kota Baubau, yang bertanya tentang perilaku suka sesama jenis (Homoseks). Pesan tersebut beliau sampaikan sebab ada tetangganya yang berprilaku demikian. Ini “laporan resmi” pertama yang masuk ke handphone (HP) Saya, setelah sebelumnya hanya (sekedar) mendengar informasi sejenis dari beberapa orang. 
         Oh iya, homoseks adalah salah satu istilah dalam dunia LGBT (Lesbi, Gay, Biseksual dan Transgender). Berbicara tentang LGBT, ia adalah fenomena gunung es. Secara langsung maupun tidak langsung, ada orang yang bermasalah dengan LGBT, hanya saja mereka tak tahu harus berbicara pada siapa dan bagaimana solusinya. Pada saat yang sama, mereka juga malu dengan apa yang sedang dialaminya. 
         Saya mencoba mencari-cari data tentang jumlah LGBT di Indonesia. Laporan Kementrian Kesehatan (Kemenkes) yang dikutip dari Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (Republika.co.id, 23 Januari 2016) mengungkap bahwa jumlah laki-laki yang berhubungan sex dengan laki-laki (LSL) alias Gay, sudah mencapai angka jutaan. 
           Berdasarkan estimasi Kemenkes pada 2012, terdapat 1.095.970 LSL baik yang tampak maupun tidak. Lebih dari lima persennya (66.180) mengidap HIV. Sementara, badan kesehatan dunia (WHO) memprediksi jumlah LGBT jauh lebih banyak, yakni tiga juta jiwa pada tahun 2011. 
         Beritapenatajam.com (25 Januari 2016), mengabarkan Indonesia menjadi negara kelima terbesar di dunia dalam menyumbang LGBT (lesbi, gay, biseksual dan trangender), setelah China, India, Eropa dan Amerika. Sejumlah lembaga survey independen dalam dan luar negeri menyebutkan bahwa negara kita memiliki populasi 3% LGBT. 
            Ini juga berarti bahwa sekitar 7,5 juta dari 250 juta penduduk Indonesia adalah LGBT. Artinya, dari 100 orang yang berkumpul pada suatu tempat, 3 (tiga) diantaranya memungkinkan mereka adalah LGBT. 
           Pertanyaannya adalah berapa jumlah LGBT di Kota Baubau? Jawabannya Saya tidak tahu. Tapi kalau ditanya, “adakah LGBT di Kota Baubau?” Maka jawabannya adalah Ada. 
             Sebelum kita berbicara lebih lanjut, ada beberapa istilah yang perlu dipahami terlebih dahulu. Agung Sugiarto (Sinyo) dalam bukunya yang berjudul ‘Anakku Bertanya tentng LGBT’, mengatakan bahwa banyaknya istilah yang dipakai oleh masyarakat Indonesia dalam dunia LGBT kadang menimbulkan salah pemahaman. 
           Menurutnya, agar tidak salah kaprah, ada 2 (dua) hal yang harus dipahami terkait hadirnya istilah dalam dunia LGBT: Pertama, Orientasi Seksual, yaitu keinginan mendasar dari individu untuk memenuhi kebutuhan akan cinta, berhubungan dengan kedekatan atau rasa intim. Bisa jadi akan berkembang sehingga terjadilah ikatan antara 2 (dua) insan. 
         Kedua, Tindakan atau aktivitas seksual. Diartikan sebagai perilaku yang menggambarkan ekspresi dengan erotisme. Sedangkan erotisme adalah kemampuan secara sadar dalam mengalami hasrat akan dorongan seks, orgasme atau mungkin hal lain yang menyenangkan berkaitan dengan seks. 
            Dari dua komponen tersebut, maka nantinya akan mudah membedakan istilah-istilah seperti: Same-sex Attraction (SSA), Gay dan Lesbian, Homoseks, MSM atau WSW, Biseksual, Transeksual dan Transgender, Interseks, Sex Worker, Aseksual, LGBT, Straight (heteroseksual), Homophobia, Banci dan Waria (shemale). 
          LGBT sendiri merupakan istilah yang digunakan pada awal tahun 90-an sampai sekarang. Lebih mudahnya, orang yang mempunyai orientasi seksual dan identitas homoseksual, biseksual atau yang lain (selain heteroseksual), dapat disebut LGBT. 
         Sedangkan homoseks, mengacu pada pemahaman kebanyakan negara, yaitu istilah yang digunakan untuk menggambarkan dan menekankan tindakan atau hubungan seksual sesama jenis. 
            Menurut Indra Kusumah, S.Psi., M.Si., CHt. (Pakar psikologi, Terapis, Trainer TRUSTCO dan Penulis buku 'Keajaiban MotivAksi: Rahasia Sukses Sang Juara), dalam indonesiaamanah.com (2 Maret 2015), LGBT didapat dari faktor eksternal seperti pola asuh, pergaulan, hingga media. Ketika ditanyakan padanya apakah homoseksual bisa disembuhkan? “Insya Allah bisa!” jawab Indra. 
            Sekedar informasi, hari Sabtu yang lalu (24 April 2016), Saya diminta untuk berbicara tentang LGBT pada seminar yang diselenggarakan oleh sebuah lembaga kemahasiswaan di Universitas Dayanu Ikhsanuddin (Unidayan). Saat itu Saya dipanelkan dengan Bapak Agus Sugeng Widodo SST, MM. Beliau adalah seorang Ustadz yang juga saat ini menjabat sebagai Kepala Bandara Betoambari Kota Baubau. 
          Ust Agus, begitu para peserta menyapanya, memaparkan LGBT dari sudut pandang Islam. Kata Beliau, dalam Islam, LGBT adalah haram. “Selesai!!!”, tegasnya. Maaf, Saya perlu menyampaikan pernyataan Kepala Bandara ini, untuk menegaskan jikalau ada yang menanyakan pandangan Islam tentang LGBT. 
          Adakah dampak yang ditimbulkan oleh LGBT? Ada!!!. Siti Nurhayati, S.Kep, dalam artikelnya di dakwatuna.com, merinci beberapa diantaranya. Ia mengutip pendapat Prof. DR. Abdul Hamid El-Qudah, spesialis penyakit kelamin menular dan AIDS di asosiasi kedokteran Islam dunia (FIMA) di dalam bukunya yang berjudul ‘Kaum Luth Masa Kini’: 
         Pertama, Dampak kesehatan. 78% pelaku homo seksual terjangkit penyakit kelamin menular. Rata-rata usia kaum gay adalah 42 tahun dan menurun menjadi 39 tahun jika korban AIDS dari golongan gay dimasukkan ke dalamnya. Sedangkan rata-rata usia lelaki yang menikah dan normal adalah 75 tahun. Rata-rata usia Kaum lesbian adalah 45 tahun sedangkan rata-rata wanita yang bersuami dan normal 79 tahun. 
          Kedua, Dampak sosial. Penelitian menyatakan bahwa seorang gay mempunyai pasangan antara 20-106 orang per tahunnya. Sedangkan pasangan zina seseorang tidak lebih dari 8 orang seumur hidupnya. 43% dari golongan kaum gay yang berhasil didata dan diteliti menyatakan bahwasanya selama hidupnya mereka melakukan homo seksual dengan lebih dari 500 orang. 28% melakukannya dengan lebih dari 1000 orang. 
         Ketiga, Dampak Pendidikan. Adapun dampak pendidikan di antaranya yaitu siswa ataupun siswi yang menganggap dirinya sebagai homo menghadapi permasalahan putus sekolah 5 kali lebih besar daripada siswa normal karena mereka merasakan ketidakamanan. Dan 28% dari mereka dipaksa meninggalkan sekolah. 
           Keempat Dampak Keamanan. Kaum homo seksual menyebabkan 33% pelecehan seksual pada anak-anak di Amerika Serikat; padahal populasi mereka hanyalah 2% dari keseluruhan penduduk Amerika. Hal ini berarti 1 dari 20 kasus homo seksual merupakan pelecehan seksual pada anak-anak, sedangkan dari 490 kasus perzinaan 1 di antaranya merupakan pelecehan seksual pada anak-anak. 
      Lantas, bagaimana cara menyikapi pelaku LGBT? Ummi-online.com (29 Juni 2015) menyampaikan beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menyikapi LGBT: Pertama, berhenti mencaci maki dan sumpah serapah terhadap LGBT. Kedua, Ganti menyebar sumpah serapah dengan menyebarkan fakta-fakta mengenai bahaya LGBT. Ketiga, Jika ada keluarga sendiri yang terkena LGBT, cari tahulah apa alasannya melakukan LGBT, jangan malah dikucilkan! 
          Keempat, Manfaatkan isu LGBT yang semakin meluas ini untuk mencari tahu apa itu LGBT, apa saja yang mereka lakukan, cirri-ciri, dan cara pengobatan serta pencegahannya, agar kita bisa menjadikannya sebagai ladang amal untuk saling mengingatkan dalam kebaikan. Dan Kelima, Bukalah diri untuk menjadi penyembuh, bukan penyebar kebencian.

Senin, 25 Juli 2016

Wolio Archery Community; Membangun Karakter Lewat Olahraga Panahan

Sumber gambar: Kidnesia.com
          Usiaku menginjak 11 tahun, saat menyaksikan Antonio Rebollo, seorang atlet panah paralimpic melepaskan anak panah berapi melewati kerumunan orang dan tepat mengenai Kaldron untuk menyalakannya. Wow!!! Api olimpiade lalu berkobar diiringi tepuk dan riuh para peserta dari seluruh pelosok jagad. Hari itu, di tahun 1992, Saya menonton secara langsung dari layar televisi, upacara pembukaan olimpiade di Barcelona Spanyol. 
          Aksi Rebollo ini menurut Saya sangat memukau. Inilah pula yang membuat olimpiade di negeri Matador itu melekat kuat dalam ingatanku. Disamping memang pada ajang tersebut Indonesia berhasil meraih 2 (dua) medali Emas yang dipersembahkan oleh cabang bulu tangkis, lewat Susi Susanti dan Alan Budi Kusuma. Selanjutnya, sampai saat ini belum pernah lagi Kaldron Olimpiade menyala oleh anak panah berapi yang dilepaskan dari jarak jauh. 
         Aksi Rebollo tersebut juga akhirnya berhasil menyita perhatian Saya terhadap panahan. Apalagi di waktu yang sama, Sahabat Saya semasa kecil dulu sering bercerita tentang Robin Hood. Seorang pemanah pembela kebenaran dari negeri Ratu Elizabeth. Iapun lalu meminjami Saya buku tentang Legenda pemanah hebat itu, yang membuat ketertarikanku pada olahraga ini berlipat pangkat. 
         Seingatku, di awal tahun 90-an, tokoh Robin Hood cukup familiar juga. Walau tak sementereng para tokoh film animasi ‘Frozen’ saat ini yang gambarnya muncul dimana-mana dan digandrungi banyak orang, tapi pemanah dari negerinya Pangeran Charles tersebut memang sedang mencuri perhatian publik saat itu. 
       Belakangan akhirnya Saya mengetahui bahwa pada tahun 1991, setahun sebelum Antonio Robello melepaskan anak panah bersejarahnya di Olimpiade Barcelona, Hollywood merilis film yang berjudul ‘Robin Hood: Prince of thieves’. Film yang dibintangi oleh Kevin Costner ini lalu menjadi Box Office dengan pendapatan hampir 400.000.000 US Dollar di seluruh dunia dan Amerika. Rekor penjualannya tahun itu hanya dikalahkan oleh ‘terminator 2’ yang dibintangi Arnold Schwarzeneger. 
         Oh iya, tahun-tahun belakangan ini Saya juga menyaksikan beberapa film Box Office yang di dalamnya terdapat para jagoan pemanah tangguh. Diantaranya adalah tokoh Hawkee dalam ‘The Avenger’ yang diperankan oleh Jeremy Renner dan tokoh Legolas yang diperankan oleh Orlando Bloom di film ‘Lord of the Ring’. 
        Baiklah, maaf pengantarnya kepanjangan. Tapi izinkan Saya pada kesempatan ini berbicara tentang Panahan. Apa yang menarik dari olahraga memanah? Bagi Saya pribadi, keahlian yang dimiliki oleh Arjuna dalam film 'Mahabharata' ini menjadi menarik untuk digeluti, sebab Nabi akhir zaman menyebutkannya dalam Hadits. Dan jika disebutkan dalam hadits, berarti memanah memiliki hikmah yang sangat luar biasa. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Memanah dan berkudalah, dan kalian memanah lebih aku sukai dari pada berkuda.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah. Hadits ini Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani) 
        Ada apa dengan memanah? Ternyata memanah bukan hanya melepaskan anak panah. Pendidikan karakter bisa diperoleh dari olah raga ini. Presiden INASP (Indonesia Archery Schools Program), Defrizal Siregar,.Or.,MM dalam situs KBK (Kantor Berita Kemanusiaan), mengatakan bahwa olahraga ini memiliki banyak keunggulan dan manfaat bagi pegiatnya. Bahkan, olahraga ini menjadi sarana pembelajaran karakter anak bangsa. Ia menjelaskan, setidaknya ada empat benefit yang bisa didapat dari memanah, yaitu: ketenangan, konsentrasi, keberanian, dan mental juara. 
          “Seseorang tidak akan bisa tepat membidik sasaran jika tidak tenang dan fokus. Nah, maka, bila ingin memanah dengan baik, yang pertama kali harus dilatih adalah ketenangan dan konsentrasi. Bila dua karakter ini sudah terlatih, itu akan positif ketika diterapkan di seluruh aspek kehidupan,” ujarnya 
         Defrizal menambahkan, dalam panahan sendiri, untuk melepaskan anak panah, butuh keberanian untuk memutuskan. Kadang, ada yang sudah menarik tali busur, tapi tidak berani melepas karena takut meleset atau mengenai orang lain. Ketakutan itu tidak akan terjadi apabila seorang pemanah sudah tenang dan fokus, karena ia yakin pada tujuannya, atau pada bidikannya. 
          Keberanian dalam aktivitas panahan ini bisa diaplikasikan dalam kehidupan keseharian. Keputusan-keputusan yang berani dan positif akan bisa diambil. Keputusan yang didasari akal sehat. Keputusan sehat lahir dari situasi yang tenang dan fokus. 
             Beberapa literatur menyebutkan bahwa belajar memanah dapat melatih emosi dan fisik untuk meletakkan target pada sasaran. Memanah sangat menitik-beratkan keseimbangan tubuh. Maka jika pemanah emosinya tertekan, maka anak panah amat mudah meleset dari sasaran. Secara tidak langsung, olahraga ini melatih manusia untuk tenang dan menstabilkan emosi. Maka memanah juga merupakan latihan holistik kepada diri seseorang dari segi fisik dan mental. 
           Sebagaimana juga dijelaskan dalam situs sekolah bumi.com, ada 4 (empat) prinsip dalam memanah: Pertama, Calm. Seorang pemanah harus memiliki ketenangan hati dan tubuh yang rileks Ketenangan ini diperoleh melalui pengendalian diri. Nafsu-nafsu negatif seperti amarah, harus bisa dikendalikan saat akan memanah. Membuat diri setenang mungkin dan melepaskan semua hal yang mengganggu pikiran tentu perlu latihan terus-menerus. Jika tidak, sangat sulit bisa mengendalikan anak panah dan melepaskannya menuju target. Latihan yang rutin bisa membuat kita terlatih mengendalikan pikiran, sehingga bisa lebih tenang merespon sekeliling dalam aktivitas sehari-hari. 
            Kedua, Focus. Seorang pemanah berusaha konsentrasi dengan sasaran target yang ingin diraih dan meyakini anak panah masuk sesuai target yang diinginkan. Setelah seluruh tubuh dan jiwa tenang, hal berikutnya yang diperlukan adalah fokus. Fokus pada tujuan, dan memindahkan papan target mendekati jarak pandang meski jarak aslinya 5 m, 7 m, 10 m atau 15 m. Kita akan berlatih memusatkan pikiran pada satu titik, yaitu target yang akan dicapai. Singkirkan hal-hal yang bisa mendistraksi fokus. Begitu otak terpusat di sana, tubuh pun akan merespon dan bergerak menuju target itu. 
         Ketiga, Brave. Seorang pemanah berani melepas anak panah tanpa ragu dan tidak melepas sebelum yakin dapat melepas dengan berani! Menarik busur panah itu perlu keberanian, dan kekuatan tentunya. Berani mengeluarkan energi yang ada dan mengarahkannya dengan penuh keyakinan. Tak boleh ragu. Hal ini yang dilatih dalam proses memanah. Tanpanya, tak mungkin anak panah akan melesat menuju sasaran yang tidak dekat jaraknya. 
           Keempat, Win. Seorang pemanah bermental menang dengan keyakinan yang dimiliki dan anak panah yang dilepaskan. Meraih kemenangan adalah harapan semua orang. Apapun bentuknya, semua tergatung target kita. Untuk mencapainya butuh semangat. Tidak ada yang mudah. Dalam memanah pun, kita perlu perjuangan. Ada tubuh yang lelah, badan pegal, dan sebagainya. Namun, demi meraih kemenangan hal-hal itu harus dipinggirkan lebih dahulu. 
          Inilah luar biasanya olahraga panahan. Karena ternyata empat karakter, calm-focus-brave-win, yang akan terbentuk, menjadi sebuah kebiasaan dan membentuk karakter diri pemanah. 
        Sekedar informasi, di Kota Baubau, telah ada komunitas panahan yang diberi nama ‘Wolio Archery Community’ (WAC), berdiri pada bulan Mei 2016. Komunitas yang berada dalam binaan INASP (Indonesia Archery Schools Program) ini, berlamat di jalan poros STM-KPU. Alhamdulillah seluruh pelatih di WAC telah mendapatkan serifikat kepelatihan dari INASP (yang berpusat di Jakarta).
         Saat ini kami telah memiliki kurang lebih 50 orang member, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Dengan intensitas latihan 2 (dua) kali seminggu untuk tiap kelas/segmen. Fasilitas yang kami siapkan berstandar nasional, dengan area panahan yang luas dan nyaman. Anda tertarik? Mari gabung bersama kami, di olah raga yang unik, menyenangkan, menyehatkan, berpahala (sunnah Rasul), membentuk karakter positif dan beribu manfaat lainnya.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More