Blog yang berisi catatan-catatan singkat dan sederhana. Mencoba menangkap dan menulis pesan bijak dari berbagai sumber.

About

Rabu, 19 Januari 2022

Manila, Istana Sultan Buton, dan Sandi Pengikut Diponegoro


Orang Buton menyebutnya 'Manila'. Nama latinnya adalah 'Manilkara Zapota'. Di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan 'Sawo'. Pohonnya besar, rindang, serta dapat tumbuh setinggi 30-40 meter. Manila termasuk tanaman tropis, hingga mudah berkembang biak di Nusantara. Amerika Tengah dan Meksiko adalah habitat aslinya. Konon penjajah Spanyol-lah yang membawa tumbuhan ini ke Filipina. Dan dari tempat lahir Mani Pacqiao tersebut, sawo menyebar hingga ke Hindia Belanda (Indonesia). Depan rumah orang tuaku tumbuh sepohon, dan berbuah pula. Rasa buahnya manis dengan daging yang lembut.

Kamis sore kemarin (2 hari yang lalu), saya sengaja mampir di Istana Malige, yang dahulu merupakan kediaman Sultan Buton ke-37, La Ode Hamidi. Demi melihat pohon sawo yang banyak tumbuh di sana. Oh iya, mengapa tanaman yang dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun ini ramai ditanam dan tumbuh pada halaman istana atau keraton? Sebuah sumber menyebutkan bahwa sebab ia memiliki daun rindang, kuat tak mudah patah, sehingga aman secara botanika. Sangat cocok memayungi pekarangan dan sudut-sudut istana.

Dan ternyata, di Tanah Jawa, pohon sawo juga adalah penanda jaringan ulama pengikut pangeran Diponegoro. Pasca perang Jawa, atau setelah ditangkapnya Pangeran Diponegoro pada 1830 oleh penjajah Belanda, para pengikutnya menyebar ke berbagai tempat sembari menanam pohon sawo di depan rumah mereka. Ini sekaligus menjadi sandi atau kode, bahwa jika kelak perang Jawa meletus kembali, maka mereka akan mudah saling menemukan, berkoordinasi dan siap berperang lagi....


(Dirangkum dari berbagai sumber)

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More