Blog yang berisi catatan-catatan singkat dan sederhana. Mencoba menangkap dan menulis pesan bijak dari berbagai sumber.

About

Sabtu, 01 Desember 2012

Faiz dan Benteng Kakekku

Benteng Keraton Buton 1928. Sumber: Wikipedia


          Hari ini (1 Desember 2012), ada rasa bahagia menghujam di dada. Dari lisan anak usia 4 (empat) tahun itu, serangkai kalimat permintaan tertuju padaku. "Abi, pulang dari Rumah Sakit singgah di benteng kakekku ya". Pintanya penuh harap. "Iya nak", jawabku singkat. Kebetulan Ia membersamaiku di Rumah Sakit Palagimata. Namanya adalah Muhammad Faiz Ramadhan, dilahirkan pada tanggal 29 September 2008, bertepatan dengan 29 Ramadhan 1429H. Dia anak pertama saya.

            Demi memenuhi permintaan Faiz (begitu kami selalu memanggilnya), saat pulang kantor, ku pacu kendaraan roda duaku mengelilingi benteng keraton yang besar itu. Saya tidak begitu mengerti apa yang ada dalam benak anak ini ketika menyaksikan benteng terbesar di dunia ini. Rasanya Ia begitu menikmati "petualangan" kami. Sesekali ku lihat Ia tersenyum, dan tanpa henti matanya melirik jejeran tumpukan bebatuan tersusun rapi berbentuk "tameng' pertahanan yang begitu panjang. Bahkan mungkin begitu detail ia melihatnya. "Abi, lubang-lubang kecil itu untuk apa?", tanyanya tiba-tiba. "oh...itu untuk meriam dan senjata nak, untuk jaga kakek, nenek, tante, kakak, dan keluarga kakek nenek biar tidak dipukul orang jahat". Jawabku sok tahu. "Iya ka...orang jahat?" tanyanya penasaran. "Iya Sayang... Dulu itu ada orang jahat". Oo.... Jawabnya lagi. Lumayan lama kami berkendara mengelilingi benteng. Sambil sesekali diskusi kecil menemani perjalanan yang menyenangkan itu.
        Saya pernah berkata padanya, "Faiz, benteng ini dibuat kakek nenekmu...". Entah kunjungan kami yang ke berapa kalinya ke situs sejarah ini saat perkataan itu keluar dari lisanku. Ku katakan 'kakek nenekmu' padanya sebagai pengganti kata 'nenek moyang'. Alasannya sih cukup sederhana, agar ia lebih "mudah" memahami dan gemuruh emosionalnya lebih kental. Tampaknya sejak saat itu tersimpan dalam memorinya bahwa peninggalan sejarah tersebut adalah milik kakeknya. Ahh... Anak-anak.
           Benteng adalah salah satu peninggalan sejarah. Dengan mengikuti keinginan Faiz mengelilingi benteng, sesungguhnya saya juga sedang mengantarnya "melihat" apa yang telah dipikirkan, dikatakan dan diperbuat oleh nenek moyangnya. Tumpukan batu ini menjadi saksi atas apa yang telah diperbuat kakek-neneknya di masa lampau. Kusempatkan membuka situs wikipedia, dan kutemukan JV Bryce berkata, Sejarah adalah catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat manusia. 
          Dengan mengetahui sejarah, sesungguhnya kitapun mengetahui siapa kita sebenarnya. Menurut Kartodirdjo, Sejarah merupakan cerita tentang pengalaman kolektif suatu komunitas atau nasion di masa lampau. Pada pribadi pengalaman membentuk kepribadian seseorang dan sekaligus menentukan identitasnya. Proses serupa terjadi pada kolektivitas, yakni pengalaman kolektifnya atau sejarahnyalah yang membentuk kepribadian nasional dan sekaligus identitas nasionalnya. Bangsa yang tidak mengenal sejarahnya dapat diibaratkan seorang individu yang telah kehilangan memorinya, ialah orang yang pikun atau sakit jiwa, maka dia kehilangan kepribadian atau identitasnya. 
    Tentang kepribadian, saya selalu tertarik jika berbicara tentangnya. Ternyata sejarah mempengaruhi kepribadian. Saya mempunyai beberapa koleksi buku yang berbicara tentang kepribadian. Ada definisi sederhana bahwa kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Karenanya ia juga mempengaruhi konsep diri kita. Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya.
        Saat membuka situs belajarpsikologi.com, saya menemukan statement William D.Brooks, bahwa dalam menilai dirinya seseorang ada yang menilai positif dan ada yang menilai negatif. Maksudnya individu tersebut ada yang mempunyai konsep diri yang positif dan ada yang mempunyai konsep diri yang negatif. 
          Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah : 
  • Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
  •  Merasa setara dengan orang lain.Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain.
  •  Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain.
  •  Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak di setujui oleh masyarakat.
  • Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya.Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya. 
          Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini lebih mengarah kekerendahan hati dan kekedermawanan daripada keangkuhan dan keegoisan. Orang yang mengenal dirinya dengan baik merupakan orang yang mempunyai konsep diri yang positif. 
         Mengenai konsep diri negatif, tak perlulah dibahas. Karena yang peling penting menurut saya adalah bagaimana menumbuhkan konsep diri positif ditengah-tengah kehidupan kita. Karenanya apa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat manusia Buton dimasa lalu "tanahnya" harus digemburkan, dijaga dan diberi pupuk jika itu mampu menghadirkan konsep diri positif. Dan "Hama-hama" yang berpotensi mengganggu pertumbuhannya haruslah di jauhkan. 
         Jepang telah sukses melakukan itu. Dalam Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim, Salam A Fillah bertutur, "Kaisar Hirohito merasa, bahwa titik tolak politik ekspansif yang membawa Jepang pada kesengsaraan itu adalah anggapan rakyat dan para prajurit Jepang bahwa dirinya Sang Tenno, merupakan turunan langsung Amaterasu Omikami, dewa matahari. Dengan asumsi itulah, para prajurit Jepang tega membumi hanguskan banyak negeri bahkan dengan kamikaze karena merasa sedang memberikan pengabdian tertinggi, dan membawa tugas suci menebarkan cahaya Sang Matahari ke seluruh penjuru bumi. Betapa mengerikan! Maka dengan bijak, pada tanggal 1 Januari 1946, Kaisar Hirohito mengumumkan dengan tegas bahwa dirinya adalah manusia biasa yang sama sekali tidak bersangkiut paut dengan kedewaan. 
         Hirohito telah sukses mematahkan salah satu tradisi nenek moyangnya yang membahayakan. Dan akhirnya, bertahun-tahun kemudian pasca peristiwa bom atom yang dijatuhkan di Nagasaki dan Hiroshima, Jepang menjelma menjadi salah satu negara maju dengan akar budaya yang kuat."      
         Akhirnya kita berharap semoga anak-anak yang hadir dari tanah ini, dapat memiliki visi besar terhadap tempat lahirnya, seperti yang dilakukan kaisar Meiji pada jepang:
 "I have dreamed of a unified Japan, of a country strong and independent and modern. And now we have railroads and cannon, Western clothing. But we cannot forget who we are, or where we come from."

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More