Blog yang berisi catatan-catatan singkat dan sederhana. Mencoba menangkap dan menulis pesan bijak dari berbagai sumber.

About

Kamis, 29 November 2012

Mengisi Medan Kemanusiaan

gambar: google
Aposalamo amembalimo kancia, Tabeana mopakea motopenena, Momuliana incana duniasi, Tea toangganaile i-akherati 
(Berbeda dengan awalnya, Kecuali pakaian yang teramat baik, Yang mulia di dunia ini, Yang terhormat esok di akhirat)
 Namaangu kabarina tangkanapo, Ise kaea jua akalo-alo, Talu kaea apa keokasi, Lima piara ana kaoincafu
 (Enam banyaknya hanya itu, Satu malu, dua segan, tiga takut, empat kasih sayang, lima piara, enam insyaf)
 (Syair Wolio)

             "InsyaAllah kuat Kak". Kalimat ini keluar dari lisan istri seorang relawan Gaza yang diwawancarai wartawan TVone malam itu. Ibu muda berkerudung hitam itu dengan tegas dan penuh keyakinan menjawab pesan Sang suami yang sedang berada di pusaran konflik Gaza. "Sabar ya De' kami masih di sini.....". Begitu Pesan Sang suami. Ya, Sang Suami yang juga Relawan Mer-C itu, masih setahun lagi bertugas di sana. Terharu ku menyaksikan momen ini.
             Siang itu di tengah berkecamuknya Perang Dunia II, diatas geladak kapal, menjelang penyerangan balasan AS ke Tokyo, Laksamana Doolitle berucap pada Letnan Jack Richard (adegan dalam film Pearl Harbor): "Mungkin kita akan kalah bertempur, tapi kita akan menang berperang, kau tahu darimana aku tahu? "Tidak", jawab Richards. "Mereka", sambil menunjuk ke arah beberapa relawan. "Karena mereka langka. Disaat-saat seperti ini mereka merelakan diri. Tak ada yang lebih kuat daripada hati seorang relawan."
            Apa yang muncul dalam pikiran kita saat mendengar kata Relawan? Deretan kata dan kalimat ini mungkin mewakili: Pahlawan, orang yang mendedikasikan dirinya untuk kebaikan orang lain, mengutamakan kepentingan orang lain diatas kepentingan dirinya, hebat, luar biasa, dan lain sebagainya. Anda mungkin punya ribuan jawaban yang lain. Tapi, saya yakin, ekspresi kita tentang mereka akan terakumulasi dan terwakilkan pada satu kata, APRESIASI. 
             Bagaimana sesungguhnya orang-orang seperti ini bisa hadir? Ahh...mungkin pertanyaan ini tak perlulah kita jawab. Paling tidak kita tahu, semua orang membutuhkan mereka. Dan kitapun bisa menjadi seperti mereka. Nyaris di setiap sudut negeri ini terbuka lebar ruang-ruang bagi aktivitas kemanusiaan. Yang perlu kita lakukan adalah jangan membuat jiwa-jiwa luar biasa ini "terluka" rasa kemanusiaannya. 
             Dalam Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A Fillah mengajak kita menyempatkan waktu untuk menonton film Mother Theresa, In The Name of God's Poor. "Saya menyeksamai secuplik adegan menarik di film ini", Kata Salim. Ketika para pandit dan masyarakat fanatik Hindu berdemonstrasi menuntut pengusiran misionaris Ibu Theresa, kepala polisipun turun tangan. Ia menginspeksi kerja kemanusiaan suster itu di rumah sewaannya. Ia melihat penderita kusta, para fakir, orang cacat, jompo, semua mendapatkan perawatan dan pelayanan. Ia melihat sendiri bagaimana Ibu Theresa mengangkat seorang berpenyakit menular ke pangkuannya, memandikannya, menyuapinya dan menyelimutinya.
             Ia lalu keluar menemui para demonstran yang masih berteriak-teriak. "Tenang semua!!! Demi dewa, aku pasti akan mengusir wanita itu!", ia berkata penuh wibawa. "Aku akan mengusir wanita itu jika isteri-isteri dan anak perempuan kalian telah menggantikan dan menangani semua yang mereka kerjakan di panti ini! Salam!"
             Masih ingat dengan Sir Paul Hewson alian Bono? vokalis band U2 inin juga mengambil peran itu. Bono menghabiskan waktunya untuk kegiatan memerangi kemiskinan dan kelaparan di Afrika. Meski memiliki jadwal tur yang padat bersama U2, Bono tidak lupa mengampanyekan perdamaian dunia. Ia juga gigih menyuarakan anti-perang Irak. Ia juga menjadi salah satu yang berada dibalik gerakan penghapusan hutang negara-negara miskin. Semua aktivitas ini membuatnya beberapa kali masuk daftar nominasi penerima Nobel Perdamaian. 
             Bagaimana dengan kita???
             Saya ingin mengatakan bahwa di negeri ini kita sedang mengalami kelangkaan Relawan. Medan amal kemanusiaan yang begitu luas, belum mampu disentuh oleh sedikitnya jumlah mereka. Karenanya mari mengambil peran itu. Mari bergabung dengan jiwa-jiwa luar biasa itu. Berikan apa yang mampu kita berikan. Karena sedikit yang kita berikan itu, bermakna besar bagi kemanusiaan.      
            Hasan Al Banna berkata: "Setiap kali saya berada di tengah banyak orang yang senantiasa mendengarkanku, maka saya memohon kepada Allah dengan sangat agar Dia berkenan mendekatkanku kepada suatu masa, yang ketika itu kita telah meninggalkan medan kata-kata menuju medan amal, dari medan penentuan strategi dan manhaj menuju medan penerapan dan realisasi. Telah sekian lama kita menghabiskan waktu dengan hanya sebagai tukang pidato dan ahli bicara, sementara zaman telah menuntut kita unbtuk segera mempersembahkan amal-amal nyata yang profesional dan produktif. Dunia kini tengah berlomba untuk membangun unsur-unsur kekuatan dan mematangkan persiapan, sementara kita masih berada di dunia kata-kata dan mimpi-mimpi" 
Akhirnya mudah-mudahan kita menjadi seperti bait-bait puisi berikut: 
 Akulah si telaga: barlayarlah di atasnya 
Berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil yang menggerakkan bunga-bunga padma 
Berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya 
Sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja perahumu
 Biar Aku yang menjaganya... 
 (Supardi Djoko Damono dalam akulah Si Telaga)

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More