![]() |
gambar: 52d azhew.com |
Dalam 2 (dua) minggu ini, Wajah Briptu Norman Kamaru menghiasi media massa tanah air, menyusul aksi uniknya menyanyi lipsing lagu india Chaiya Chaiya, lengkap dengan goyang Indianya yang berdurasi selama 6 menit 30 detik. Efeknya tak tanggung-tanggung, pria lajang ini kebanjiran order manggung mulai dari rujab gubernur Gorontalo sampai beberapa TV swasta nasional. Sekejap ia menjadi selebriti, dengan jutaan fans yang mengelu-elukannya. Sampai-sampai artis Julia Perez alias Jupe harus menunda launching album terbarunya karen
a takut tenggelam oleh popularitas Norman.
Menurut kedua orang tua Norman, Idrus Kamaru dan Halima Martinus, sejak kecil anak mereka memang sudah menunjukkan bakatnya sebagai penyanyi. Bahkan Norman pernah bercita-cita menjadi seorang penyanyi. Namun pasca menyelesaikan studi di Sekolah Menengah Atas, Briptu Norman lebih memilih mengikuti jejak sang Ayah sebagai polisi.
Idrus dan Halima tidak menyangka anaknya akan menjadi terkenal berkat hobinya berdendang lagu India.
Sebagaimana kita ketahui bersama, Briptu Norman begitu terkenal di youtobe. Menurut laporan dari detikcom, kepopuleran anggota Brimob Gorontalo itu ternyata mengalahkan Shahrukh Khan, actor India yang sangat diidolakan oleh Norman. Hal itu bisa dilihat dari jumlah kunjungan ke Video Norman saat menari dan lipsync lagu India‘Chaiyya Chaiyya’. Saat detikcom melihat video itu, Rabu (6/4/2011) pukul 17.30 WIB.
Aksi Norman yang membuat orang terhibur itu telah dibuka sebanyak 517.957 kali. Dan melesat tajam setelah aksi Norman itu diberitakan hampir seluruh media massa nasional.
Sementara itu ‘Chaiyya Chaiyya’ asli yang menampilkan Shahrukh Khan yang berduet dengan Malaika Arora hanya dibuka 292.402 kali. Versi video ‘Chaiyya Chaiyya’ Shahrukh Khan lainnya bahkan hanya ditonton sekitar 90-an kali. Agaknya, dikarenakan pula oleh pengaruh yang satu ini, konon Syakhrukh Khan mengirim Salam Khusus untuk Norman.
Hobi menghibur teman-temannya sesama anggota brimob yang lagi stress, ternyata berubah menjadi hiburan untuk seluruh masyarakat Indonesia. Banyak ekspresi yang muncul, ada yang tersenyum, adapula yang tertawa, seperti yang dilakukan oleh gubernur Gorontalo saat mengundang Norman ke rujabnya. Akumulasi dari semua ekspresi itu adalah terbentuknya jutaan dukungan yang terus mengalir pada Norman.
Ada Apa dengan Humor?
Disadari atau tidak oleh Norman, apa yang dilakukannya ternyata adalah sebuah bentuk ekspresi humor yang elegan. Humor yang berujung pada lahirnya tawa, ternyata memberikan efek peningkatan kecerdasan dan kesehatan pada tubuh. Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Penelitian mutakhir tentang otak yang mengagumkan, telah menempatkan humor atau tawa, music, irama dan melodi sebagai elemen psikologis pada otak kanan.
Selain itu, adapula kreativitas, konseptual, inovasi, gagasan, cinta, gambar dan bermimpi yang merupakan elemenelemen popular yang memayungi belahan otak kanan.
Sebagai informasi, istilah-istilah popular yang memayungi belahan otak kiri adalah akademik, intelektual dan bisnis. Jika dijabarkan secara spesifik, bagian otak ini adalah tempat bagi matematika, bahasa, membaca, menulis, logika, urutan, sistematis analitis dan lain-lain.
Bagi orang yang hanya menggunakan otak kirinya, sangat mudah terkena stress, bahkan depresi.
Oleh karena itu setiap orang perlu menggunakan otak kiri dan otak kanannya secara bersamaan. Ternyata, menurut penelitian, penggunaan keduanya secara bersamaan mampu meningkatkan kecerdasan manusia sebesar sepuluh kali lipat. Bagaimana cara memfungsikan otak kanan? Salah satunya adalah dengan menonton aksi Briptu Norman.
Rasa humor (sense of humor) diyakini juga berguna untuk menghilangkan berbagai penyakit yang diderita manusia, khususnya penyakit yang berkaitan dengan kejiwaan seperti stress, depresi dan hipertensi.
Mengingat pentingnya humor atau canda, banyak pakar yang menulis disertasi dengan topic seputar humor; bahkan jurnal ilmiahpun mengangkatnya sebagai topic bahasan khusus.
Martonis Toni dalam Nyala Satu Tumbuh Seribu menjelaskan bahwa Dr. Hajime kimata, dari Departement of Allergy MoriguchiKeijinkai Hospital di Osaka (Jepang), meminta 26 pasien (15 pasien wanita dan 11 pasien pria) yang menderita dermatitis atopic –suatu peradangan kulit akibat alergi- untuk menonton film Charlie Chaplin (film komedi), sebuah film yang dipilih untuk penelitian karena dianggap mudah dimengerti oleh siapapun.
Para penderita alergi kutu debu rumah ini diminta tidak meminum obat mereka selama 3x24 jam sebelum menonton film itu.
Setelah para pasien itu menonton film Chaplin, Kimata menyuntikkan allergen debu ke kulit para pasien untuk melihat apakah film tersebut berpengaruh terhadap ukuran bercakbercak mereka. Ia menemukan bahwa ada penurunan ukuran yang cukup signifikan, dan hal ini bertahan selama 2 jam. Jika pasien menonton berita atau laporan cuaca, tidak ada tanda-tanda alergi mereka membaik.
Penjelasan ilmiah dari hasil penelitian Kimata cukup masuka akal. Tertawa memang telah diketahui menurunkan kadar hormon stress atau kortisol. Sementara tertawa dapat pula menekan system imun yang memproduksi IgE, antobodi yang berperan dalam reaksi alergi sehingga reaksi alergipun menurun.
Sense of humor, kata Toni mengutip kata psikolog Ratih Andjayani Ibrahim, dalam sebuah harian nasional, tidak selalu sebuah lawakan yang membuat orang tepingkalpingkal. Tapi, bisa juga bagaimana seseorang bisa menghargai atau mensyukuri sesuatu sehingga membuat kita atau orang lain gembira.
Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa sense of humor sudah bisa diperkenalkan sejak seseorang masih dalam kandungan.
Orang tua adalah contoh utama bagi anak-anak. Ratih nerpendapat bahwa sense of humor yang dilakukan anak-anak pasti akan merujuk dari sense of humor yang dipraktikkan orang tuanya. “Makanya orang tua harus mencontohkan humor-humor yang sehat dan dan mendidik kepada anak-anak,” jelas Ratih.
Selain lingkungan keluarga, sense of humor dapat difasilitasi dilingkungan sekolah. Bila sekolah itu kaku, anak-anak akan sulit mengapresiasi dirinya. Alhasil, potensi humor anak-anak tidak akan muncul.
Setiap anak yang terlahir sebenarnya sudah membawa sense of humor.
Hanya masalahnya adalah bagaimana orang tua dan lingkungannya bisa memfasilitasi potensi tersebut agar berkembang dengan baik sehingga anak-anak yang memiliki sense of humor adalah anak yang sehat, smart dan pantang menyerah?
Dalam hal ini, orang tua sebaiknya memberikan kebebasan pada anak-anak untuk mengungkap jiwa humornya. Tanpa sense of humor, akan terbentuk anak-anak yang tidak happy dan pada akhirnya menjadi anak yang cengeng. Anak seperti ini biasanya lebih mudah patah arang jika mengahadapi masalah. Sementara itu, anak-anak yang memiliki sense of humor akan lebih gembira.
Setiap masalah dihadapinya dengan riang, tanpa menganggap sepele masalah.
Tertawa dan Pengaruhnya
Para peneliti tak hentihentinya mempelajari dampak tawa pada tubuh. Selain informasi diatas, muncul beberapa informasi menarik tentang tertawa dan pengaruhnya, diantaranya adalah:
1. Aliran darah.
Peneliti dari University of Maryland mempelajari efek pada pembuluh darah orangorang yang sedang menyaksikan pemutaran acara baik komedi atau drama. Setelah pemutaran, pembuluh darah dari kelompok yang menonton komedi bersikap normal. Namun pembuluh darah pada orang yang menyaksikan drama cenderung tegang, membatasi aliran darah.
2. Respon Imun.
Peningkatan stres dikaitkan dengan penurunan respon sistem kekebalan tubuh. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa kemampuan untuk menggunakan humor dapat meningkatkan tingkat antibodi yang memerangi infeksi dalam tubuh dan meningkatkan kadar sel-sel kekebalan, juga.
3. Kadar gula darah.
Satu studi dari 19 orang dengan diabetes melihat efek tawa pada kadar gula darah. Setelah makan, kelompok menghadiri ceramah membosankan. Pada hari berikutnya, kelompok makan makanan yang sama dan kemudian menonton komedi. Setelah komedi, kelompok itu kadar gula darah lebih rendah daripada yang mereka lakukan setelah kuliah.
4. Relaksasi dan tidur.
Dengan menyaksikan sajian komedi seperti Candid Camera dapat membantu pasien penderita spondilitis, kondisi tulang belakang yang menyakitkan, bisa merasa lebih baik. Sepuluh menit tertawa memungkinkan penderita spondilitis dua jam tidur dengan bebas rasa sakit.
5. Rasa Nyeri
Tertawa dapat pula memberikan efek analgesic atau mampu menurunkan rasa nyeri. Maka, cobalah untuk tertawa saat ;terpapar nyeri.
6. Aerobik
Tertawa selama 10,15 menit, dapat menghabiskan sekitar 50 kalori. Tertawa sebanyak 100 kali sama dengan berlari selama 10 menit. Selain itu, tertawa dapat meningkatkan kapasitas vital dan oksidasi paru.
Jadi, dunia kesehatan telah menemukan bahwa orang yang gemar megekspresikan humor. tersenyum, tertawa tidak berlebihan, membuat jasmani menjadi sehat. Wajah selalu terlihat berseri dan indah dipandang.
Secara filosofi, ekspresi humor, senyum dan tawa adalah ekspresi optimisme dan harapan. Sedangkan marah adalah ekspresi keputusasaan dan ketidaksabaran. Humor, senyum dan tawa adalah sikap membangun, tetapi marah adalah sikap merusak.
Menyikapi berbagai masalah kehidupan ini, layaklah kita tersenyum. Sikap marah hanya akan memperkeruh kondisi, kemarahan bisa berbuah dendam, bisa menyulut pertikaian, bisa mengubur persaudaraan. Ringkasnya, marilah ber-humor, tersenyum dan tawa serta hindari marah. Thanks Norman, berkat aksi Anda, sejenak Indonesia penuh senyum dan tawa. (Tulisan Lawas)
0 komentar:
Posting Komentar