Blog yang berisi catatan-catatan singkat dan sederhana. Mencoba menangkap dan menulis pesan bijak dari berbagai sumber.

About

Rabu, 07 November 2012

Dari Gobel Warming Sampai Bahaya Polusi Udaya Bagi Ibu Hamil & Kecerdasan Anak

gambar: google
             Global warming atau climate change menjadi isu dunia akhir-akhir ini. Sudah muncul tanda-tanda dampak isu ini, seperti cuaca yang tak menentu, mencairnya es di kutub, dan lain sebagainya. Cuaca panas dan dingin sangat cepat mengalami pergantian tidak seperti decade sebelumnya. Berlatar pada keprihatinan mendalam terhadap masalah ini, dunia akhirnya berespon. Bertempat di Kyoto (Jepang) pada Desember 1997 diadakan pertemuan internasional dengan nama resmi Kyoto Protocol to the United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) atau protocol Kyoto mengenai Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim. Pertemuan yang dihadiri oleh negara-negara anggota PBB ini membahas pemanasan global. Tujuannya, berkomitmen mengurangi emisi atau pengeluaran karbondioksida dan limbah gas rumah kaca (green house effect) lainnya; selain itu, bekerja sama dalam perdagangan emisi (agar menjaga jumlah emisi gas-gas tersebut).

Kelanjutan dari ;protocol Kyoto adalah Konferensi Bali yang merupakan konferensi tingkat menteri. Pertemuan di Bali menghasilkan Bali Mandate yang menjadi pedoman bagi pembahasan kesepakatan baru pada forum COP (Conference of the Parties) berikutnya. Pertemuan COP 13 di Bali menjadi sangat penting sebagai prakondisi lahirnya kesepakatan baru. Sebab, soal kelestarian lingkungan akan mempengaruhi kualitas manusianya juga sehingga penting bagi kita untuk menjadikan gaya hidup yang peduli lingkungan sebagai tren yang diterapkan dalam life style sehari-hari. Kita banyak berutang pada masa depan anak-anak kita, dan kita tidak punya rencana untuk membayarnya kembali dengan sebaik-baiknya.

Penyebab pemanasan global dalam pandangan para ilmuwan adalah Efek Rumah Kaca. Efek Rumah Kaca atau dalam bahasa asingnya dikenal dengan istilah green house effect di hasilkan dari pancaran sinar matahari yang sampai ke Bumi (setelah melalui penyerapan berbagai sinar di armosfer). Sebagian radiasi tersebut dipantulkan dan sebagian diserap oleh bumi. Radiasi yang diserap dipancarkan lagi oleh Bumi sebagai sinar inframerah yang bergelombang panjang. Sinar tersebut di atmosfer akan diserap oleh gas-gas rumah kaca seperti uap air (H2O), dan karbondioksida (CO2) sehingga tidak terlepas ke luar angkasa dan menyebabkan panas terperangkap di troposfer dan akhirnya mengakibatkan peningkatan suhu di Bumi maupun dilapisan troposfer (lapisan atmosfer rendah).

Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah sulfur dioksida (SO2), Nitrogen monoksida (NO) dan Nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organic seperti gas metana (CH4) dan Chloro fluoro karbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.

Kenaikan konsentrasi CO2 itu sendiri disebabkan oleh kenaikan berbagai jenis pembakaran dipermukaan bumi seperti pembakaran BBM, batu bara, dan bahan-bahan organic lainnya yang melampaui kemampuan permukaan bumi untuk mengabsorbsi (menyerap). Itulah mengapa dikatakan bahwa pemanasan global yang dipicu oleh efek rumah kaca bisa dikatakan karena ulah manusia itu sendiri.

Kebutuhan energy dunia terus melonjak karena dipicu oleh ledakan penduduk. Sementara itu gaya hidup manusia juga terus berubah (bertambah) dengan ditemukannya berbagai teknologi modern. Tingginya kebutuhan manusia inipula yang membuat diubahnya hutan-hutan tropis (ditebangi secara legal maupun illegal), baik untuk lahan tempat tinggal maupun karena eksploitasi alam semata. Dalam hal ini, bahan-bahan dipermukaan bumi yang berperan aktif untuk meyerap hasil pembakaran tadi ialah tumbuh-tumbuhan, hutan, dan laut. Dengan demikian mudah disimpulkan, bila hutan semakin gundul, laut makin tercemar dan penghijauan berhenti maka panas dipermukaan bumi akan naik.

Jika kita berjalan-jalan dan menyaksikan pemandangan harian di kota-kota besar, maka kita akan meyaksikan bahwa pencemaran lingkungan, terutama polusi udara sudah menjadi hal yang memprihatinkan kita semua. Jumlah kendaraan bermotor, pabrik dan penyumbang zat pencemar udara lainnya semakin meningkat. Pencemaran udara pun sebenarnya tidak hanya terjadi di kota-kota besar. Pencemaran udara atau polusi udara juga telah terjadi di beberapa kota kecil Indonesia, termasuk Kota Baubau akibat dari makin menurunnya luas areal hutan yang bisa menyaring udara kotor di atas permukaan bumi ini.

Polusi udara atau udara tercemar adalah perbedaan komposisi udara aktual dengan kondisi udara normal dimana komposisi udara aktual tidak mendukung kehidupan manusia. Jika masalah polusi udara di sekitar kita tidak mendapat perhatian serius dari semua pihak, termasuk warga, maka dampaknya selain mengakibatkan global warming, juga akan sangat berbahaya bagi kesehatan. Beberapa gangguan kesehatan seperti penyakit paru-paru dan jantung akan menjadi ancaman amat serius di masa yang akan datang.

Perlu diketahui, bahwa udara merupakan komponen paling esensial bagi kehidupan makhluk hidup di dunia. Di dalam udara terkandung gas yang terdiri dari nitrogen, oksigen, argon, karbon dioksida, neon, helium, metan, dan hidrogen. Keseimbangan komponenkomponen tersebut sangat menentukan kualitas udara di sekitar kita.

Selama kita hidup tentu membutuhkan udara untuk bernapas. Di dalam udara terkandung gas yang terdiri dari 78 persen nitrogen, 20 persen oksigen, 0,93 persen argon, 0,03 persen karbon dioksida, dan sisanya terdiri dari neon, helium, metan dan hidrogen. Gas oksigen merupakan komponen esensial bagi kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia. Komposisi seperti ini merupakan udara normal dan dapat mendukung kehidupan manusia. Namun, akibat aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan, udara sering kali menurun kualitasnya.

Selain menyebabkan beberapa gangguan kesehatan seperti paru-paru dan jantung, ternyata polusi udara juga berpengaruh pada otak. Bahkan sejak anak sedang dalam kandungan. Suatu penelitian terbaru menunjukkan bahwa anak-anak yang terpapar oleh polusi udara di kota sejak dalam kandungan akan memiliki IQ yang lebih rendah daripada anak-anak yang kurang terpapar. Penelitian tersebut dilakukan oleh Dr. Frederica P.Perera, Direktur Columbia Center for Children’s Environmental Health, dkk dan telah diterbitkan oleh Journal of American Academy of Pediatrics pada bulan juli tahun 2009. Para ilmuwan juga menunjukkan bahwa orang yang tinggal di kawasan yang memiliki polusi udara tinggi, yang ditimbulkan asap knalpot kendaraan dapat menyebabkan penurunan kinerja otak.

Menurut hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa IQ anak usia 5 tahun di kota New-York yang telah terpapar oleh polusi udara yang tinggi akan Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) sejak dalam kandungan akan lebih rendah 4 poin daripada anak-anak yang kurang terpapar terhadap PAH. PAH merupakan suatu zat kimia yang terdapat di dalam udara akibat proses pembakaran batu bara, diesel, oli, gas, dan benda-benda lain yang mengandung karbon seperti rokok. Di daerah perkotaan, PAH terutama dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Meskipun penurunan IQyang terjadi hanya 4 poin, namun hal tersebut sudah cukup mempengaruhi kemampuan akademis anak di sekolah.

Sampel dalam penelitian ini adalah wanita hamil, yang bukan merupakan seorang perokok, wanita Amerika hitam dan Dominika antara usia 18 dan 35 yang tinggal di lingkungan New York City of Harlem, Bronx Selatan atau Washington . Para peserta menggunakan monitor udara pribadi selama kehamilan yang akan memberikan para peneliti data yang akurat tentang kandungan polusi udara yang dikenal sebagai hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH). Anak para peserta kemudian dikenakan tes IQ pada usia lima tahun.

Setelah disesuaikan untuk faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi IQ, para peneliti menemukan bahwa anak-anak dari ibu yang memiliki eksposur PAH tinggi selama kehamilan memiliki skor IQ rata-rata 4,31 poin lebih rendah dibanding anak dari ibu dengan eksposur yang lebih rendah. Perbedaan nilai IQ verbal lebih tinggi, dengan anak-anak dari ibu-paparan tinggi skor rata-rata 4,61 poin lebih rendah. Perbedaan IQ setara dengan yang terlihat pada anak dengan paparan timbal tingkat rendah.
Temuan ini menjadi perhatian karena penurunan IQ bisa secara langsung berpengaruh dalam hal kinerja sekolah. Penelitian sebelumnya telah menyarankan bahwa paparan PAH dapat menyebabkan kanker dan kerusakan sistem saraf dan reproduksi.

Menurut dr. Monang Tampubolon, Spesialis Anak dari Fakultas Kedokteran Ukrida, pengaruh polusi udara tidak langsung dirasakan oleh anak, melainkan berlangsung sejak dalam kandungan. Kandungan zat berbahaya seperti logam berat pada emisi kendaraan akan terhisap oleh si ibu, dan mengalir melalui darah menembus ari-ari sebagai barrier. Semua kandungan logam berat tadi mengganggu pertumbuhan dan fungsi otak ketika janin itu dilahirkan. Dari air susu ibu (ASI), polutan berbahaya dapat pula ”mencemari” otak bayi. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) DKI Jakarta sempat mengadakan studi pada 2001 yang menyatakan bahwa ibu-ibu di pinggiran kota memiliki ASI berkadar timbal 10-30 ug per kilogram. Kadar ;ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tinggal di pedesaan, yakni satu sampai dua ug per kilogram.

Polutan timbal yang terdapat dalam solar mampu memicu gangguan kesehatan kaum ;perempuan dan balita. Ion-ion timbal ini berimbas pada perkembangan sel-sel otak balita. Sebagian besar kendaraan bermotor di kota-kota besar masih menggunakan bahan bakar fosil seperti hidrogen (H) dan karbon (C). Hasil pembakarannya memunculkan senyawa Hidro Karbon HC), karbon monoksida (CO), karbon dioksida (Co2) juga Nox. Namun akibat menghemat, banyak kendaraan yang masih menggunakan solar sebagai bahan bakar. Solar menghasilkan senyawa berbahaya, timbal alias plumbum (Pb). Polutan inilah yang menjadi pemicu gangguan fungsi otak yang utama. CO lebih menyerang ke anak-anak dan orang dewasa secara langsung, yakni menyebabkan kepala pusing, pandangan menjadi kabur, bahkan bisa pingsan dan kehilangan koordinasi saraf. Di luar ancaman penurunan tingkat kecerdasan, polusi udara juga memicu bronkitis, pneumonia, asma serta gangguan fungsi paru.

Tidak hanya janin dalam kandungan saja yang ikut terancam kehilangan kualitas kecerdasan, tapi juga anak-anak dalam masa tumbuh kembang. Timbal alias timah hitam ikut mencemari sayur dan buah-buahan yang dikonsumsi anak-anak. Beberapa tahun yang lalu United Nations Environmental Programme (UNEP) telah menempatkan Jakarta sebagai kota terpolusi nomor tiga di dunia setelah Meksiko dan Bangkok. Bisa dibayangkan betapa parahnya ancaman polutan emisi gas buang di metropolitan ini.

Disamping mempengaruhi perkembangan otak anak sejak dalam kandungan, polusi udara juga memberikan pengaruh negatif terhadap otak orang dewasa. Hal ini dibuktikan melalui penelitian pada tahun 2008 yang dilakukan terhadap orang-orang berusia 20-50 tahun. Melalui penelitian yang merupakan kerja sama antara School of Public Health di Harvard University dan University of North Carolina di Chapel Hill, menunjukkan bahwa kadar ozon dalam udara yang tercemar dapat menurunkan konsentrasi, menimbulkan short-term memory dan menurunkan respon otak yang setara dengan kemunduran otak ;pada usia 3,5-5 tahun lebih tua dari usia sebenarnya.

Selain itu, para peneliti juga menemukan bahwa orang tua berusia 51 tahun keatas yang tinggal di kawasan berpolusi memiliki nilai kognitif yang rendah dibandingkan dengan mereka yang telah hidup di kawasan dengan tingkat polusi lebih rendah selama waktu hidup mereka setelah disesuaikan dengan status sosial dan pendidikan. Pada penelitian kedua pada hewan, juga ditemukan bahwa, partikel halus yang biasanya dikeluarkan oleh mesin diesel dapat menyebabkan masalah pada memori akibat berkurangnya pertumbuhan neuron di otak.

Efek yang ditimbulkan polusi udara terkait penurunan kinerja otak ternyata jauh lebih besar daripada perokok aktif dan individu kelebihan berat badan (obesitas). Tak hanya itu, polusi udara juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, memperkeras pembuluh arteri, serta meningkatkan risiko serangan jantung.
 
          Dengan mengetahui buruknya pengaruh polusi udara, sudah sewajarnya untuk mengambil suatu tindakan aktif dalam menjaga lingkungan, kesehatan sekaligus meningkatkan kecerdasan. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain: (1.) Menanam tumbuhan di pekarangan dan rumah, yang dilanjutkan dengan penanaman sejuta pohon. (2.) Berolah ragalah di pagi hari, sebelum kendaraan bermotor banyak beroperasi. (3.) Usahakan menggunakan masker saat mengendarai kendaan bermotor.(4.) hindari berada dibelakang pete-pete atau kendaraan yang banyak mengeluarkan asap saat berkendara. (5.) Tidak membakar sampah sembarangan, dll. ***

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More