Blog yang berisi catatan-catatan singkat dan sederhana. Mencoba menangkap dan menulis pesan bijak dari berbagai sumber.

About

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Jumat, 19 Juli 2019

Adipati Karna & Reward di Perempatan

gambar: pinterest.com

Adalah Karna, seorang kesatria dan pemanah tangguh bangsa Kuru. Pada generasinya, hanya Arjuna putra Pandu yang dapat menandingi kehebatan surya putra itu. Memang sih, masih ada Resi Dorna dan Pangeran Bisma yang memiliki keahlian mumpuni menggunakan busur dan anak panah, tapi keduanya sudah sepuh. Adapula Abimanyu putra Permadi, namanya melangit dan menggetarkan kahyangan, namun ia adalah bintang yang masih sangat belia, belum pantas disejajarkan dengan Karna. 

Sayang, akibat potensi dan keunggulannya tak banyak yang menghargai, karena dianggap keturunan kusir istana yang berasal dari kasta rendah, akhirnya Karna sang putra Kunti itu memilih bergabung dengan Duryodana dan Sangkuni nan bathil, ketimbang Pandawa yang berdiri di pihak kebenaran. Mengapa? Sebab pemilik senjata Kunta itu dihargai, serta dinobatkan menjadi Raja Angga oleh pihak Kurawa. Maka jadilah ia pembela 100 pangeran Astina, hingga ke medan Kurusetra.

Baiklah, kita tinggalkan kisah Mahabharata. Mari bicara soal penghargaan. Pagi tadi saat sedang asyik menyusuri jalan beraspal dengan roda duaku, tiba-tiba Saya harus memperlambat dan menghentikan laju kendaraan kala sampai di simpang jalan. Dari arah yang berbeda sebuah mobil pick-up juga melakukan hal yang sama.

Kupersilahkan roda empat itu untuk lebih dulu melintas, tapi pengemudinya tak mau. Malah sebaliknya, seorang penumpang yang duduk di sisi sang sopir memberi isyarat dengan lambaian tangan agar diriku berlalu lebih dahulu.

Saya tersenyum padanya, sedikit menundukkan kepala, tanda terima kasihku pada mereka, lalu meninggalkan perempatan tanpa rambu lampu lalu lintas itu menuju tujuan.

Sebenarnya, diriku bisa saja tak melakukan itu. Dan melintas begitu saja meninggalkannya. Tapi bagiku, mereka layak mendapat penghargaan berupa pesan terima kasih. Sederhana memang, tapi menurut pendapat Saya, hal itu akan membuat sang pengemudi merasa mendapat dukungan atas kebaikan yang telah dilakukannya. Dengan begitu, bisa jadi ia juga akan istiqomah dengan keputusannya untuk selalu berbuat baik.

Melukis Dunia Cinta

gambar: ngertiaja.com
Ada dongeng tentang seorang anak yang masuk ke lubang kelinci, lalu muncul di dunia berbeda yang belum pernah ia saksikan sebelumnya. Itulah Alice, yang terkenal dalam kisah ‘Alice in Wonderland’. Film kartunnya sering ku tonton semasa kecil dahulu. Adapula cerita tentang sekelompok anak muda asal Inggris yang ketika masuk ke sebuah lemari pakaian, tiba-tiba mereka sudah berada di negri asing, dan lalu bertemu dengan seekor singa yang bisa berbicara seperti manusia. Itulah ‘The Chronicle of Narnia’.

Tiba-tiba saja sebuah dunia baru nampak di hadapan. Dan petualangan telah dipersiapkan untuk Alice dan kelompok anak muda asal Inggris itu. Mereka lalu mengukir catatan kepahlawanan di negri yang tak dikenal. Apakah mereka menikmatinya? Ya, kurasa begitu. Sebab kisahnya selalu berakhir bahagia.

Bicara soal “dunia baru”, kita tentu pernah menemukan berbagai kalimat bijak yang menyatakan bahwa siapapun bisa “mencipta dunia baru” buat dirinya. Misal, “you are what you think”, dan “Siapa yang menabur, maka dia pula yang menuai.” Keduanya bermakna bahwa jika memilih untuk selalu berpikir positif, serta menanam pohon kebaikan dalam kehidupan, maka sesuatu yang positif atau buah kebaikan akan senantiasa hadir dalam hidup. Begitu juga kalau memilih sebaliknya. Nah inilah yang Saya maksud dengan “mencipta dunia” buat diri sendiri.

Suatu hari, seorang Bapak berkisah tentang pengalaman hidupnya padaku. Pria berusia lanjut yang menurut kebanyakan orang adalah termasuk manusia beruntung. Mengapa ia dianggap demikian? Sebab sampai memasuki usia senjanya itu, dirinya nyaris tak pernah sakit. Kehidupan rumah tangganya aman-aman saja. Begitupula dengan para buah hatinya, mereka menjalani kehidupan dengan baik serta menjadi teladan orang sekampung.

Mungkin Anda bertanya-tanya, apa sih rahasia sang Bapak? Jawabannya telah ia ceritakan secara langsung padaku. “Hiduplah dengan penuh rasa Syukur”, kata beliau. “sayangi keluarga, bantu (semampunya) orang-orang yang mengalami kesulitan, permudah urusan sesama, saling menghargai, dan jangan sombong," tutur sang Bapak yang telah memasuki usia senja itu.

Rupanya perilaku mengagumkan tersebut berbuah manis bagi diri dan keluarganya. Nyaris sepanjang hidup, ia hanya bertemu dan berinteraksi dengan sosok-sosok yang berbuat baik padanya. Sebagaimana dirinya melakukan hal tersebut bagi orang lain. Bagaimana dengan anak-anaknya? Sama, para buah hati yang melanjutkan studi di tempat nun jauh dari kampung halaman, juga bertemu dengan pribadi-pribadi yang baik, yang lalu menuntun mereka menyelesaikan pendidikan dengan penuh tanggung jawab. "Subhanallah", kataku.

Apa yang ingin Saya sampaikan lewat tulisan ini adalah, bahwa setiap orang "mencipta" dunianya sendiri. Jika ia ingin berada pada semesta yang penuh cinta dan harmoni, maka tanamlah pohon kebaikan, agar dapat memanen buah yang baik. Begitu juga sebaliknya, jika memilih jalan yang dzolim. Hidup adalah pilihan, tapi saran Saya, pilihlah dunia cinta dan kebaikan, sebab itulah fitrah manusia. Hanya dengan begitu, kebahagiaan hakiki dapat digapai.

Pendekar Cahaya & Getaran Kata

gambar: pnterest.com
Selamanya gelap takkan mampu mengalahkan cahaya. Sebab cahaya adalah sebentuk materi, karenanya ia memiliki daya. Sedang gelap bukanlah materi, sehingga tak punya daya. Jadi, setitikpun cahaya yang hadir, akan membuat gelap beranjak pergi. Jika ada seorang pendekar pembawa cahaya kebaikan, maka ia akan mampu mengusir ribuan prajurit yang menyebar awan kegelapan.

Hal sederhana seperti sapaan hangat berbalut senyum di pagi hari buat tetangga yang beranjak ke tempat kerja, adalah ibarat cahaya. Sebab yang demikian akan membuat wajah tetangga yang tadinya gelap tanpa ekspresi, bisa berubah menjadi riang. Daniel Goleman dalam bukunya yang berjudul Emotional Intelligence menyebut orang-orang yang menghadirkan sapaan hangat ini sebagai Pembawa Kedamaian.

Berkumpullah bersama sahabat yang selalu menyapa Anda dengan senyuman. Juga bergabung dengan mereka-mereka yang senantiasa berbagi motivasi dan inspirasi kehidupan. Atau berkunjunglah ke tempat-tempat dimana terdapat tulisan yang menggugah hidup. Niscaya hidup Anda akan bercahaya, semangat, sehat dan bahagia.

Bicara soal tulisan penggugah semangat, benarkah dengan hanya menyaksikannya akan membuat hidup lebih baik dan nyaman? Ya, benar. Massaro Emoto telah membuktikannya. Lewat penelitian yang ia abadikan dalam buku 'The Hidden Messages in Water', pria asal Jepang itu menuliskan kata atau kalimat seperti "Terima kasih" dan "Bodoh" pada secarik kertas, yang lalu ia bungkuskan ke sekeliling botol berisi air dengan huruf-hurufnya yang menghadap ke dalam.

Bagaimana hasilnya? Ternyata, air yang dipapar kata "Terima kasih", padanya akan terbentuk kristal heksagonal yang indah. Sedangkan air yang dipapar kata "Bodoh" menghasilkan kristal yang serupa dengan air yang dipapar heavy metal, yaitu tidak berbentuk utuh dan terbelah.

Demikian juga percobaan Emoto terhadap air yang dipapar ungkapan positif, misalnya, "Ayo kita lakukan!" Hasilnya tercipta kristal yang menarik dan berbentuk baik, tetapi air yang dipapar ungkapan negatif, seperti "Lakukan!" Nyaris tidak membentuk kristal sama sekali.

Percobaan tersebut menunjukkan kepada kita bahwa kata-kata memiliki getaran. ini berkaitan dengan kekuatan kata-kata. Berdampak positif atau negatif pada dunia kita, bergantung pada sumbernya. Apakah si empunya kata berada pada suasana hati yang positif, ataukah sebaliknya.

Karena kata merupakan ungkapan jiwa. Maka ianya akan berdampak besar terhadap air (cairan) yang membentuk 70% tubuh manusia, dan dampak ini berpengaruh besar bagi tubuh. Pribadi-pribadi yang sehat pada umumnya memiliki semangat yang baik. Dan mereka ini adalah sosok yang sehat secara fisik.

Adalah Federasi Kesehan Jiwa Dunia (WMFH) dan World Health Organization (WHO), telah menyatakan bahwa situasi kesehatan jiwa saat ini adalah krisis yang tak terungkap, yang semakin buruk pada tahun-tahun mendatang. Penyebabnya adalah munculnya berbagai stressor psikososial di masyarakat, yang berakibat pada hadirnya galau, cemas, stress, depresi dan sebagainya.

Jika Anda bertanya kepada Saya, apa yang harus dilakukan untuk membantu mereka-mereka yang mengalami masalah seperti yang disebutkan oleh WMFH dan WHO? Hal sederhana tapi berdampak besar yang bisa kita lakukan adalah jadilah Pembawa Kedamaian.

Tragedi Ban Pecah: Ketika sedih berubah jadi Syukur

gambar png image.net
Tiba-tiba ban motorku pecah siang tadi. Sedih juga, sebab sedang melaksanakan tugas yang diberikan orang tua. Sampai kutemukan tempat tambal ban, akhirnya Saya mengerti bahwa ban itu memang harus pecah. Mengapa?

Sejak bulan Januari lalu, Saya ingin mengganti oli mesin kendaraan yang sehari-hari menemaniku itu, tapi tak pernah sempat. Dan beberapa hari yang lalu, ternyata rantainya juga sudah longgar, sesuatu yang menyebabkan diriku kurang nyaman dalam berkendara.

Nah, pecahnya ban motorku jelang siang tadi itu justru memberiku kesempatan untuk sekaligus mengganti oli mesin dan memperbaiki rantai motor yang longgar. Alhamdulillah, diriku bersyukur. Padahal awalnya ku bersedih. Hehehe....

Well, banyak peristiwa dalam kehidupan yang kita tak tahu dari mana asalnya, bagaimana prosesnya dan apa efeknya di masa depan, tapi ia terjadi begitu saja. Jika kejadian itu dirasakan sebagai kesedihan, kesusahan atau kemalangan, maka biasanya yang mengalami akan berkata: "Tuhan, mengapa ini harus terjadi?"

Untuk pertanyaan di atas, dan merujuk pada kasus pecahnya ban roda dua milikku, sesungguhnya Yang Maha Kuasa telah menyiapkan cerita buat kita. Ada hikmah dibalik setiap kejadian. Dan Allah SWT Maha Tahu apa yang terbaik buat hamba-Nya.

Ketika Orang-orang Memaafkan Wajah Anda

gambar: pngtree.com
Adakah orang yang membenci wajahnya? Menganggapnya sebagai "kutukan" atau "nasib buruk"? Jawabannya, "Ada !!!" Itulah mereka-mereka yang mengganti wajahnya lewat operasi plastik. Seperti sebagian warga negri ginseng yang melakukannya bahkan berkali-kali.

Apakah juga wajah mempengaruhi rekrutmen seorang pemain pada klub sepakbola? Ya. Tapi ini hanya terjadi di Real Madrid. Dan korbannya adalah Ronaldinho. Los Galacticos menolak untuk merekrut pemain berbakat asal Brazil itu, sebab menurut mereka wajah sang bintang kurang menjual alias kurang tampan.

Klub asal ibu kota Spanyol tersebut belakangan merekrut David Beckham, pesepak bola tampan asal Inggris. Unik memang klub yang satu ini. Tapi begitulah, manajemen Madrid telah membuat standar sedemikian rupa buat para pemainnya. "It's not football, it's La Liga". Mungkin begitu pula alasan mereka. Hehehe...

Bagaimana dengan nasib Ronaldinho? Sang bintang akhirnya bergabung dengan klub asal Catalan, yang menjadi rival abadi Madrid. Ya, Barcelona. Di Blaugrana, legenda Brazil tersebut berhasil menunjukkan performa menakjubkan. Segudang prestasi ia hadirkan ke Camp Nou, mulai dari juara Liga hingga tropi Champion League.

Apakah Madrid akhirnya menyesal? Mungkin saja. Yang jelas, pasca menjuarai Champion League di tahun 2002, Madrid mengalami paceklik terhadap gelar bergengsi tersebut. Hingga Ronaldinho hengkang dari Barcelona menuju Sansiro Milan di tahun 2009, Los Galacticos belum pernah lagi mengangkat trofi Liga Champion.

Dan rentang waktu tersebut adalah masa segudang prestasi buat Ronaldinho dan Barcelona. Baik di liga lokal maupun kompetisi tertinggi benua biru. Bahkan sang bintang menerima 'Ballon d'or', penghargaan paling prestisius yang diberikan pada seorang pemain sepak bola.

Oh iya, penghuni Satiago Bernabeu dikenal agak sulit untuk memberikan apresiasi untuk pemain yang berasal dari klub rivalnya. Tapi itu tidak berlaku untuk Ronaldinho. Ya, pasca penampilan impressifnya yang membungkam Real Madrid di Santiago Bernebeu, pada pertandingan yang bertajuk duel el-clasico, pendukung Madrid justru memberinya aplaus yang luar biasa.

Apakah ini juga indikasi bahwa para supporter dan sekaligus manajemen Madrid telah melupakan wajah Ronaldinho yang dianggap kurang tampan? Menurutku begitu. Seorang sahabat pernah berkata: "Jadilah orang sukses dan mapan, sebab jika Anda telah sukses dan mapan, maka orang-orang akan memaafkan wajah Anda."

Masalah Buat Loe

gambar: lovepik.com
Saat memakai seragam putih-merah semasa SD dahulu, rasanya ingin segera menggantinya dengan putih-biru. Postur tubuh yang lebih tinggi membuat diri jadi minder sewaktu melihat senior memakai seragam SMP tapi postur tubuhnya lebih pendek. Bahagia rasanya jika nanti sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.

Ketika telah berubah status jadi siswa SMP, setelah berbilang semester berjalan, tiba-tiba pingin segera beralih jadi pelajar SMA. Apa pasal? Tubuh yang semakin meninggi, tapi seragam bercelana pendek masih melekat di tubuh. Malu (lagi) rasanya.

Nah, kini sudah di SMA, pakaian putih-abuabu telah jadi busana harian ke sekolah. Sudah sampai sejauh ini, ternyata masih ada pula yang dirasa tak nyaman. Entahlah, mungkin sebab bertahun-tahun dibungkus seragam sekolah, ada sedikit rasa "terpenjara". Bebas rasanya jika belajar sambil memakai pakaian bebas rapi seperti mahasiswa yang menjadi tetangga rumah itu.

Dan sekarang, mimpi menjadi mahasiswa pun terwujud. Apakah masalah selesai? Belum. Ketika melihat para senior sudah beroleh gelar sarjana, pinginnya juga segera begitu. Tugas kuliah yang menumpuk, jadwal presentasi makalah yang nyaris tak ada habisnya, bertemu dosen "killer", bayang-bayang skripsi yang menakutkan, huh rasanya ingin segera ditinggalkan.

Alhamdulillah, tibalah kini hari wisuda. Wajah cerah, senyum merekah dan bahagia melangit. Di belakang nama sudah ada titel sarjana. Percaya diri berlipat pangkat now. Sudah puas sekarang? Ternyata belum. Melihat kakak yang senin-sabtu bekerja dan beroleh penghasilan, rasanya sesuatu banget. Asyik jika bisa seperti itu juga. Badan sudah segede ini, malu jika minta uang terus sama ortu.

Dan akhirnya, kini Aku punya pekerjaan. Walau belum tetap, yang penting tetap bekerja. Tapi masih ada yang kurang. Undangan pernikahan dari para sahabat dan kerabat yang nyaris tiap bulan datang, ditambah pula dengan para pengantin baru yang tak berkesudahan meng-upload foto romantis di facebook, terus-menerus meneror hatiku. Ya, diriku ingin segera bersanding pula di pelaminan. Bukankah setiap insan diciptakan berpasang-pasangan?

Baiklah, fesenya kita hentikan sampe di pelaminan saja ya. Sebab jika diteruskan, gak bakal berhenti. Apa yang ingin Saya sampaikan adalah bahwa sejak sekolah dasar, relatif kita sudah menemukan masalah dalam hidup. Dan sejak saat itu sampai ujung usia masalah datang silih berganti.
Akan tetapi, sebagian kita tidak memandang masalah sebagai bagian kehidupan yang harus dihadapi dan diselesaikan dengan bijak. Bahwa ia adalah sesuatu yang mendewasakan.

Orang-orang hanya melihat kehidupan orang lain yang dianggapnya luas, lalu membandingkan dengan dirinya yang sedang dirundung masalah. Ia berkeyakinan bahwa jika memiliki kehidupan yang luas seperti orang yang menjadi rujukannya itu, maka masalahnya akan berakhir.

Padahal tidak begitu. Alih-alih masalahnya terselesaikan, yang dilakukannya itu justru akan membuat hidupnya makin sempit. Ya, memandang kehidupan orang lain yang dianggap lebih luas, dan tidak bersyukur dengan apa yang dimiliki, sesungguhnya telah membuat hidup berada dalam kesempitan.

Well, dalam rentang kehidupan antara kelahiran dan kematian, Yang Maha Kuasa memberikan ujian buat hamba-Nya. Maka tiap orang pasti ada ujiannya, dan tiap insan beda masalah kehidupannya. Tapi Allah SWT tidak memberikan ujian buat manusia, kecuali ia juga dibekali kesanggupan untuk menyelesaikannya. Nah, kini tergantung sejauh mana seseorang menempatkan diri secara tepat sebagai hamba-Nya.

Pencuri Impian

gambar: satujam.com
Hati-hati, di dunia ini ternyata banyak orang yang menjadi pencuri impian. Siapakah dia? Yaitu mereka-mereka yang menghadirkan keraguan dalam pikiran, ketika kita mulai melakukan berbagai hal penting dalam hidup. Individu-individu yang mengajak berhenti saat kita memutuskan untuk memulai langkah.

Dahulu, sewaktu SMA, Saya pernah menjadi Kensi. Sebuah istilah untuk murid yang mempelajari Kempo di sebuah Dojo (perguruan). Diriku sangat tertarik dengan ilmu bela diri asal Jepang ini. Nah, lagi asyik-asyiknya mendalami bermacam jurus, tiba-tiba beberapa teman sepermainan (tetangga) memprovokasiku untuk segera berhenti. Menurut mereka, mempelajari Kempo takkan banyak berguna buatku.

Saya juga mengalami hal yang sama ketika pertama kali bergabung dengan organisasi Pramuka. Bagiku, ini adalah wadah yang baik untuk pembinaan moral dan karakter bagi pelajar seusiaku kala itu. Dan kurasakan memang sangat bermanfaat dan mengasyikkan. Kran potensi akhirnya terbuka dan menemukan salurannya. Eh, beberapa orang lantas datang menasihatiku agar tidak mengikuti organisasi yang diprakarsai oleh Lord Baden Powell itu.

Pada masa itupula, Saya mulai belajar menulis. Berani menuangkan ide pada beberapa lembar kertas. Ada rasa bahagia ketika kumpulan paragraf itu rampung. Apalagi saat dibaca dan mendapat apresiasi dari guru dan teman sekelas. Namun lagi-lagi, ada beberapa oknum yang menganggap karyaku itu tak bermanfaat. Tiada guna, hingga tak perlu meminta orang lain untuk membacanya.

Dan begitu pula saat diriku mulai menapaki beribu langkah lainnya guna meraih sejuta mimpi. Ada saja orang-orang yang selalu hadir memprovokasi agar mengurungkan langkah, menghadirkan keraguan, menyumbat motivasi dan mengaburkan niat.

Apakah Saya lantas berhenti? Tidak !!! Diriku memiliki keyakinan bahwa selama yang kulakukan itu benar, mendapat persetujuan dari orang tua, tidak merugikan orang lain, dan bermanfaat buatku saat ini dan masa depan nanti, maka pantang bagiku tuk surutkan langkah. Ku tutup rapat kedua telinga. Tak kubiarkan sedikitpun bisikan itu mempengaruhi ruang pikiran dan kesadaranku. Ini mimpiku, bukan punyamu, takkan kurelakan sedikitpun kalian mencurinya.

Di sebuah garis waktu, Saya akhirnya memahami bahwa tidak ada seorangpun yang bisa membuat kita gagal, sebab kitalah yang bertanggung jawab atas tindakan-tindakan kita. Tak elok menyalahkan orang lain saat diri kita salah melangkah. Sebagaimana setan tidak bisa dijadikan kambing hitam untuk meminta pengampunan atau pengurangan hukuman di akhirat nanti.

Oh iya, sepengetahuan Saya, diantara jenis manusia yang mencoba mencuri impian orang lain itu adalah individu-individu yang tidak memiliki mimpi dalam kehidupannya. Tapi ia tak ingin sendiri saja seperti itu, karenanya ingin diajak pula orang lain bersamanya. Baginya hidup itu ibarat air, mengalir saja. Tapi dirinya lupa bahwa air selalu mengalir ke tempat yang rendah. Itulah mengapa orang-orang semacam ini selalu berada di "kursi belakang".

Cinta, Rantai Motor, dan Istidraj

gambar: pngdownload.com
“Bersisik bukannya ikan, berpayung bukannya raja.” Apakah itu? Ya, tepat sekali, itulah nanas. Buah yang banyak tumbuh di Buton. Karenanya wilayah ini menjadikan buah tersebut sebagai iconnya. Oh iya, selain nanas, naga juga menjadi simbol untuk masyarakat yang berbudaya maritim ini.

Akan tetapi, buah yang biasa terpajang di atas bumbungan rumah tradisional ini sekaligus juga menggambarkan watak orang-orangnya. Diantara keunikannya adalah ia memiliki kulit luar yang kasar, tapi lembut daging buahnya. Begitupula manusia yang lahir di negri seribu benteng ini, diantara keunikannya adalah terlihat agak kasar, tapi sesungguhnya memiliki hati yang lembut.
Suatu hari, dengan mengendarai roda dua, Saya dan istri menyusuri dan menikmati indahnya pemandangan pantai Kotamara Baubau. Istriku mengenakan jilbab besar, dan tanpa disadari, ujung kerudungnya nyaris masuk ke rantai motor.

Seorang ibu yang juga mengendarai roda dua, tiba-tiba berteriak dari arah belakang: “Hei, jilbabmu (akan) masuk ke rantai.” Tapi itu bukan teriakan biasa, namun sebuah bentakan keras. Kami berdua kaget, dan istri Saya segera memperbaiki posisi kerudungnya agar tak melilit ke rantai motor. Sesuatu yang dapat membahayakan dirinya.

Saya lalu tersenyum pada ibu itu, sambil mengucap “terima kasih.” Tapi bagai pesawat tempur, beliau berlalu begitu saja, tanpa respon sedikitpun atas penghargaan kami. Well, bagi yang tak memahami hal semacam ini, bisa jadi akan hadir rasa ketersinggungan.

Tapi coba perhatikan dengan seksama, ternyata sang ibu begitu cinta dan peduli. Jika mau, dirinya bisa berlalu begitu saja, tanpa memperingatkan istri Saya akan bahaya yang bakal menimpa. Tapi itu tak dilakukannya. Mengapa? Sebab ia memiliki cinta dan kepedulian pada orang lain. Wanita itu tak ingin istri Saya celaka oleh sebab kerudung yang masuk dan melilit di rantai motor. Dari mana asal kepedulian ini? Tentu dari kebaikan, kepakaan, dan kelembutan hati.

Itulah orang Buton. Kasar secara penampakan, tapi memiliki kelembutan hati. Walau tentu saja, dalam kehidupan sehari-hari, tidak selalu kita menemukan perlakuan semacam itu. Banyak kok orang Buton, dalam konteks yang sama, ketika mengingatkan seseorang akan suatu bahaya yang menimpa, ia bertutur secara bijak dan tak membentak. Hanya saja, sekedar info, jika mengalami situasi serupa dengan yang Saya dan istri alami, mohon jangan tersinggung. Sebab itu watak melekat yang kadang muncul secara alami.

Waduh, panjang kali ya pengantarnya. Padahal, Saya cuma mau bilang bahwa ketika Allah SWT masih menegur kita, itu adalah wujud cinta-Nya pada seorang hamba. Yang Maha Kuasa ingin agar manusia tetap berada di jalan lurus. Jalur keberkahan yang menuntun ke Surga.

Sebab jika manusia tak lagi ditegur, pun tiada lagi yang mengingatkan, atau dibiarkan begitu saja masuk dan terus terjerembab dalam palung kemaksiatan, karena si hamba telah menutup hati, penglihatan dan pendengarannya, maka bersiaplah, sang hamba akan berangsur-angsur masuk dalam kebinasaan dalam cara yang sama sekali tak dipahaminya. Itulah istidraj.

Para Bunda Pejuang

gambar: pinterest.com
Sang ibu berasal dari sebuah desa di luar Kota Baubau. Ia seorang pedagang kelapa muda di Pasar Wameo. 7 (tujuh) hari dalam seminggu dirinya berada di pasar tradisional tepi pantai itu. Ia libur dari berjualan hanya jika ada hal penting yang tak bisa ditinggalkannya di kampung.

Tiap hari, kira-kira pukul 04.30 subuh, ibu itu meninggalkan rumah bersama suami tercinta, demi menjemput rezki di pasar wameo. Seharian ia di sana, sedang Ayah dari anak-anaknya berkeliling menyusuri tapak demi tapak jalan Baubau mengantar penumpang. Jelang Adzan Maghrib berkumandang, baru mereka kembali lagi ke rumah. 

Sang suami bekerja sebagai tukang ojek. Dan kedua pasangan itu bahu-membahu mencari nafkah agar asap dapur tetap mengepul. Dari kerja sama yang baik itu pula, mereka menghidupi para buah hati yang kini sedang mengenyam pendidikan di SD, SMP dan SMA.

Oh iya, Saya baru mengenal sang ibu sore tadi. Saat menikmati buah kelapa muda yang dijajakannya. Ia tak ragu bercerita beberapa hal padaku. Tentang kampungnya yang asri, suami, dan anak-anaknya. Entahlah, mungkin Saya adalah pembeli paling santun dan ramah Jum'at ini. Hehehe....

Tak jauh dari tempat itu, ada pula lapak darurat milik seorang ibu. Nah, ibu yang kedua ini telah lama ku mengenalnya. Ia juga berasal dari luar Kota Baubau. Desanya bertetangga dengan ibu pedangang kelapa muda. Di Pasar Wameo, ibu berusia setengah baya itu berdagang hasil kebun.

Yang membuatku kagum pada sang bunda kedua ini adalah dari hasil berdagangnya itu, ia menghidupi keluarga dan membiayai ketiga anaknya yang sedang kuliah. Tak tanggung-tanggung, anak-anaknya berkuliah di Makassar, Kendari dan Baubau. Luar biasa ibunda yang satu ini.

Dalam perjalanan pulang menuju rumah sore tadi, Saya membayangkan, alangkah indahnya jika anak-anak mereka menulis tentang perjuangan ibundanya. Tentu akan menjadi cerita yang sangat inspiratif....

Kalau Cinta Sudah Melekat....

gambar: ciricara.com
Membangun rasa cinta atau imaji positif pada anak tentang Sang Khaliq adalah sesuatu yang teramat penting dalam fase-fase awal perkembangan kehidupannya. Sebaliknya, jangan perdengarkan imaji negatif ke telinga mereka.

Misal, memberi hadiah sebuah Es Krim dan mengatakan bahwa hadiah itu adalah rizki dari Allah sebab dirinya rajin Sholat adalah lebih bijak dan tepat, ketimbang menakuti mereka dengan siksaan neraka saat tak mau belajar melaksanakan rukun Islam yang ke-dua itu.

Imaji positif ini penting, sebab pada saatnya nanti, ketika beban syar'i diletakkan pada pundaknya, mereka tak lagi merasakan itu sebagai beban. Kenapa? Sebab mereka amatlah Cinta pada Allah SWT. Bukankah orang yang mencintai akan melakukan apapun yang diperintahkan oleh yang dicintainya?
Di sini berlaku kaidah, "Kalau cinta sudah melekat, gula jawa rasa coklat." Lantas, kapan beban syar'i itu mulai diletakkan pada punggung manusia? Yaitu saat memasuki usia Aqil-Baligh. Sebuah masa ketika hukum syar'i/perintah Allah SWT sudah berlaku buat mereka.

Bicara soal cinta yang melekat, terus terang, dahulu Saya tak terlalu suka membaca buku-buku romantis. Aku lebih tertarik menghabiskan waktu menyelami buku-buku yang bertema motivasi, pergerakan, persilatan dan perang. Begitu juga tentang film. Silat/Kungfu dan perang adalah yang paling aku sukai.

Hingga akhirnya Saya menikah. Pada suatu hari, di awal-awal pernikahan, istri Saya menyodorkan sebuah buku romantis untuk ku baca. Well, seperti sudah kukatakan, diriku tak begitu tertarik dengan buku seperti itu.

Tapi, karena yang meminta adalah orang yang dicintai, akhirnya ku baca juga. Bermula dari momen itu, akhirnya Saya juga mengetahui bahwa ada artis Korea yang bernama Lee Min Ho. Demikianlah, "Kalau cinta sudah melekat, gula jawa rasa coklat."

Begitupula hari ini, pada kegiatan nonton bareng (Nobar) film 'Bunda: Kisah Cinta 2 Kodi'. Sejak seminggu lalu, Saya sudah bersemangat untuk menontonnya. Tapi tiba-tiba ada yang mengganjal di hari kemarin, sebab info dari seorang Bapak. Beliau berkata bahwa sejak awal hingga akhir, film tersebut akan membuat para penonton berurai air mata. "What?"

Sebelumnya Saya sudah mendengar sinopsis film keluarga ini. Sangat inspiratif dan recommended. Tapi, kalimat "bercucuran air mata" sejak awal hingga akhir itu, bukan gue banget. Dan akan menjadi peristiwa bersejarah yang akan dikenang sepanjang masa jika diriku ikut-ikutan terisak selama kurang lebih 2 (dua) jam. Apa kata dunia....

Tapi apa boleh buat. Istri sudah ngajak. Tiket sudah dipegang. Apalagi barusan dengar info kalo panitia Nobar akan meminta testimoni Saya tentang film yang diangkat dari buku karya Bunda Asma Nadia ini. Tetap semangat, "Kalau cinta sudah melekat, gula jawa rasa coklat."

Dia Melakukan, Aku Menonton

gambar: mancing.online
Saya dan Faiz (putra sulungku) sedang sibuk mencari umpan saat Bapak itu mulai memancing dengan metode yang unik. Seumur-umur baru kusaksikan. "Bapake bercanda ya?", batinku. Menurutku, teknik macam itu tak mungkin berjaya. Dan keyakinanku semakin berlipat sebab hingga 20 menit sejak pertama kali ku melihatnya, belum seekor ikanpun ia tangkap.

Bapak itu menggunakan sebuah botol minuman kemasan berukuran sedang. Sasarannya adalah kerumunan ikan kecil seukuran ibu jari orang dewasa. Mulut botol ia tutup, sedang bagian bawahnya dibolongi. Sebuah kail yang tersambung dengan tali pancing ia kaitkan pada sisi bagian bawah botol yang terbuka. Hingga jika ditarik ke atas, botol itu berada dalam posisi terbalik. 

Dengan tali pancing yang terikat di ujung ranting bambu, dari atas tumpukan bebatuan di tepi pantai, ia mengendalikan botol agar tetap mengambang tak jauh di bawah permukaan air. Berharap ada anggota kawanan ikan kecil yang sejak tadi berenang bergerombol kesana kemari tersesat masuk ke sisi botol yang terbuka. Nah inilah yang membuatku geleng-geleng kepala. Masa' sih mau-maunya hewan laut itu begitu saja masuk ke dalam botol. Gak mungkinlah. Orang yang aneh.

Hanya saja memang kusaksikan bahwa air laut yang terperangkap dalam botol itu berubah warna menjadi putih. Mungkin itu semacam umpan untuk menarik perhatian para ikan. Belakangan kutahu bahwa sebelum botol ia lempar ke laut, terlebih dahulu si Bapak memasukkan sedikit tepung terigu ke dalamnya.

Sudah 30 menit ia berusaha, tapi hasilnya belum juga nampak. Sang Bapak masih bersabar. Berulangkali digantinya terigu yang telah terbawa air laut. Hingga tiba-tiba.... 2 ekor ikan masuk perangkap, secepat kilat botol ia angkat. Dapat !!! Dan sejak itu keberuntungan berpihak padanya. Ada saja diantara rombongan ikan kecil itu yang nyangkut di botol. Seorang bocah membantunya memindahkan hasil tangkapan ke dalam belanga.

Oh iya, bagaimana dengan diriku, apakah sudah dapat ikan? Belum seekorpun. Kami masih berusaha menemukan banyak umpan. Sambil sesekali diriku menyaksikan tingkah unik si Bapak, yang bagai magnet terus menarik perhatianku. Ah, di Minggu pagi yang cerah tadi, kekata bijak itu terngiang di telingaku: "Orang sukses adalah mereka yang berbuat, disaat yang lain hanya menonton".

Perang dan Pesan Hidup

gambar: fee.org
Hackshaw Ridge, Saving Private Ryan, dan Band of Brother adalah film-film Box Office yang sukses manarik perhatian ribuan pasang mata untuk menyaksikannya. Mel Gibson, Stephen Spielberg, dan Tom Hanks merupakan tokoh-tokoh dibalik cinema yang berkisah tentang Perang Dunia II itu.

Saya sendiri adalah penggemar film perang yang bernuansa sejarah. Dan cinema-cinema yang Saya tuliskan di atas adalah 3 (tiga) diantaranya. Menurutku Hollywood berjaya menampilkan lakon pertempuran yang mirip dengan kenyataan sesungguhnya.

Dalam setiap film bergenre perang yang pernah kutonton, tak lupa sang sutradara selalu menampilkan adegan yang menurutku sangat manusiawi. Yaitu dialog para prajurit ketika berada dalam keadaan mencekam atau menghadapi pertempuran terakhir yang menentukan. Situasi saat nyawa mereka terancam.

Berkisahlah para prajurit itu satu sama lain tentang diri mereka. Apa yang telah dialami sebelum terjun dalam kecamuk perang, serta mimpi-mimpi yang ingin digapai. Tiba-tiba suasana spiritual hadir dalam relung kesadaran. Maka berdoalah ia pada Tuhannya, hal yang sebelumnya nyaris tak pernah dilakukan. Dirinya ingin mesra dengan Sang Pencipta.

Dan memang begitulah fitrah manusia. Kesadarannya tentang hidup dan kehidupan muncul ketika dihadapkan pada "ancaman" kematian. Inilah juga yang menjelaskan mengapa orang yang baru pertama kali bepergian dengan pesawat terbang, lebih panjang doanya. Seakan ada yang terus berbisik, "kalau pesawat jatuh, kamu pasti mati". Padahal, pesawat adalah alat transportasi paling aman di dunia (persepsi resiko).

Doa sepanjang itu mungkin jarang dilakukan oleh mereka-mereka yang berpetualang menggunakan kendaraan darat dan laut. Karena menganggap bepergian dengannya tak terlalu mengancam nyawa. Dari sini akhirnya kita memahami hikmahnya, mengapa kita dianjurkan oleh para guru dan ustadz untuk sesekali mengingat mati....

Sombong

gambar: ms.pngtree.com
"Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku." Kalimat yang diabadikan oleh Allah SWT, dalam Al Qur'an Surah Al Qasas ayat ke 78 ini berasal dari Qorun. Sebuah kalimat yang di dalamnya mengandung kesombongan.

So, jika ada anak manusia, ketika ia belajar sesuatu, lalu merasa paling berhak mendapat karunia Allah, kemudian dirinya berucap: "Ah Saya khan rajin belajar, gemar menuntut ilmu, maka pantaslah aku juara dan berprestasi." Hati-hati, kalimat macam ini mirip dengan ucapan Qorun. Ada kesombongan di dalamnya.

Sebab Allah SWT sangat benci dengan kesombongan. "Dan apabila dikatakan kepadanya, "bertakwalah kepada Allah," bangkitlah kesombongannya untuk berbuat dosa. Maka pantaslah baginya neraka Jahanam, dan sungguh (Jahanam itu) tempat tinggal yang terburuk. (QS. Al Baqarah, ayat 206)

Lalu apa yang harus dilakukan agar tidak terjebak dalam kesombongan? Sulaiman as, telah mengajarkan kita semua tentang hal ini. Nabi yang sedang berada dalam puncak kesholehan, prestasi, kuasa, kekayaan, keemasan, kemasyhuran dan kejayaannya, tapi berdoa kepada Allah:

"Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhoi; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh." (QS. An Naml, ayat 19)

Tanah Sengketa

gambar: id.lovepik.com
Dengar-dengar, harga tanah di Kota Baubau adalah yang termahal ke-3 di Indonesia. Entahlah, berita ini benar atau tidak. Sebab hingga kini Saya belum pernah menemukan data tentang itu. Yang jelas, di sebuah kelurahan yang terletak di pusat kota, harga per meternya hampir mencapai 10 juta rupiah.

Harga tanah ini sekaligus membantah klaim iblis yang mengatakan bahwa api lebih baik daripada tanah. Kok bisa? Ya ialah, dari dulu harga korek api begitu-begitu saja. Sedang harga tanah, melambung tinggi. Hehehe....

Oh iya, tahu nggak? anak-anak sesungguhnya terus mengingatkan kita tentang asal penciptaan manusia. Ya, Adam dicipta tanah. Lihatlah, anak berusia balita sangat senang bermain tanah. Ini adalah fitrah. Mereka ingin mengingatkan semua bahwa kita tercipta dari tanah dan akan dimasukkan kembali ke dalam tanah.

Di sisi lain, anak-anak kalau bertengkar, lalu menangis, eh...beberapa detik kemudian mereka tertawa bersama lagi. Ini adalah pesan bahwa berbeda pendapat adalah hal yang lumrah dalam kehidupan. Yang penting adalah tetaplah menjaga harmoni dan kasih sayang antar sesama.

So, jika ada manusia yang dicipta dari tanah, tapi kerjaannya tiap hari berantem terus dan gak mau berhenti, jangan-jangan ia terbuat dari tanah sengketa....

Narkoba: Dari Perang Candu hingga Penyakit Menular Seksual

ilustrasi: hariansejarah.com
Dapatkah sebuah negara takluk dibawah kekuasaan penjajah oleh sebab penyelundupan candu? Berkaca pada Tiongkok, itulah yang dilakukan Inggris untuk merampas kedaulatan negri Tirai Bambu.

Semua bermula ketika East India Company, membutuhkan pasar baru bagi sejumlah besar candu yang mereka produksi di Bengali, India. Tiongkok lalu menjadi tujuan, sekaligus strategi Inggris agar Dinasti Qing mau membuka hubungan dagang dengan negri Ratu Elizabeth.

Upaya Inggris tersebut kemudian memicu terjadinya Perang Candu. Perseteruan yang berlangsung sejak tahun 1839 hingga 1860. Diantara efek dari peperangan ini adalah pemerintah China melepas Hongkong ke tangan Inggris, serta membuka pelabuhan-pelabuhan penting mereka bagi para pedagang Eropa. 

Penyelundupan Candu ke Tiongkok yang dilakukan oleh pedagang asing meningkat pesat pada abad ke-18. Berdasarkan catatan sejarah, sebagaimana dipublis oleh situs wawasansejarah.com, pada tahun 1730, 15 ton berhasil diselundupkan. 43 tahun kemudian, tepatnya 1773, meningkat jadi 75 ton.

Penyelundupan yang massif ini menyebabkan rakyat China jadi lemah. Para penduduk yang telah kecanduan terpaksa harus menjual barang-barang berharga milik mereka demi mendapatkan candu. Kian hari makin meningkat jumlah pemakai. 

Puncaknya adalah ketika seorang pangeran Dinasti Qing ikut mengkonsumsi barang haram tersebut. Kejadian yang membuka mata Kaisar Daoguang akan bahaya benda terlarang ini. Pada tahun 1838, penyelundupan candu telah mencapai 1400 ton. Dan ditahun itupula, pemerintah China mulai menjatuhkan hukuman mati bagi penyelundup candu lokal.

Sejarah perang candu sekaligus menjadi pelajaran berharga. Kedaulatan sebuah negara besar akhirnya tergadaikan. Inggris dengan strategi candunya sukses merusak mental rakyat dan menurunkan daya juang untuk mempertahankan negara.

Nah, jika tak segera ditanggulangi, tidak menutup kemungkinan Indonesia juga akan mengalami hal yang sama dengan China di era Dinasti Qing. Yaitu rusaknya akhlak dan mental generasi penerus, serta hilangnya kedaulatan.

Menurut Irjen Pol Drs. Al Jauhari, Deputi Pencegahan Badan Narkotika Nasional (BNN), sebagaimana dilansir oleh faktualnews.co, saat ini negara kita adalah keranjang sampah narkoba dunia internasional. Sebabnya adalah Indonesia memiliki penduduk yang berjumlah banyak, serta mudah tergiur. Jaringan internasional yang beroperasi di negri ini adalah Afrika Barat, Iran, China, Pakistan, Malaysia dan Eropa. Tiongkok adalah pemasok terbesar, yaitu sebanyak 250 ton.

Berdasarkan data dari BNN RI (2017), telah ditemukan sebanyak 5 (lima) juta kasus penyalahgunaan narkotika. Dari angka tersebut, 50,34% adalah pekerja, seperti; guru, pegawai pemerintah, Polri, TNI, bahkan juga artis, pengusaha, hingga tukang bangunan. 37,32%-nya diwakili oleh pelajar dan mahasiswa. Sisanya, sebanyak 22,34% berasal dari unsur pengangguran. Pengguna di dominasi oleh kelompok usia produktif.

Anehnya adalah bukannya masyarakat tak tahu bahaya narkoba. Hasil survey BNN justru menunjukkan bahwa 80% rakyat Indonesia tahu jenis dan bahaya narkoba. Pertanyaannya adalah mengapa tingkat penyalahgunaan narkoba masih tinggi? Ternyata hal tersebut
disebabkan Indonesia selama beberapa tahun terakhir sudah menjadi pasar potensial, sekaligus produsen narkoba. Setelah sebelumnya hanya menjadi lokasi transit dan tujuan peredaran barang terlarang tersebut. Sungguh memprihatinkan.

Sayang sekali, kenyataannya narkoba juga menjadi jalan masuk bagi hadirnya penyakit menular seksual. Baltimore menjadi pelajaran berharga. Malcolm Gladwel dalam buku best seller internasionalnya yang berjudul The Tipping Point mengungkap hal tersebut. 

Pada pertengahan tahun 1990-an, daerah Baltimore USA mengalami serangan epidemi sipilis. Dalam kurun waktu hanya setahun saja, antara 1995 hingga 1996, jumlah bayi yang lahir dengan penyakit sipilis meningkat 500%.

Menurut Center for Disease Center atau CDC (Pusat Pengendalian Penyakit), masalah tersebut terkait dengan narkoba. Penyalahgunaan narkoba adalah penyebab peningkatan dramatis perilaku seksual beresiko. Yang berakibat pada menyebarnya penyakit menular seksual, termasuk HIV AIDS.

Berdasarkan catatan di atas, sebagai anak bangsa tentu kita prihatin dengan masalah narkoba yang sedang menimpa negri kita tercinta. Karenanya jangan tinggal diam, mari bergandengan tangan menyelamatkan generasi dan kedaulatan negri. Ayo perangi narkoba!!! Dan selamat hari anti narkoba internasional, 12 Juli ....

Joseph Stalin, Pelayan Winston Churchil, dan Piala Dunia 2018

gambar: bacaterus.com
"Saya bersulang untuk pelayan Churchil, ia adalah representasi dari buruh (pekerja) terbaik di Inggris." Demikian kata Joseph Stalin.

Pria yang juga adalah presiden Uni Soviet, atau dikenal pula dengan sebutan Uncle Joe, mengucapkan statement tersebut saat jamuan makan malam yang dihadiri oleh para petinggi blok sekutu (sebuah aliansi militer di Perang Dunia II).

Turut hadir pada jamuan makan malam itu 2 (dua) tokoh penting seteru Hitler, yaitu Winston Churchill (perdana menteri Inggris) dan Franklin Delano Roosevelt (presiden Amerika Serikat).
Pelayan Churchil yang kebetulan hadir di tempat itu lalu diam tertegun mendengar ucapan Stalin. Ia tak menyangka pimpinan negara komunis Soviet akan berkata demikian. Untuk beberapa saat, dirinya tak mampu berucap sepatah katapun.

Hingga akhirnya pelayan perdana menteri Inggris itu berani menjawab perkataan Uncle Joe: "Anda jauh lebih baik dari yang Saya bayangkan." (Adegan dalam film 'In The Storm')

Well, bagaimana pendapat Saya tentang gelaran Piala Dunia 2018 di Rusia yang baru saja berlalu? Agak mirip dengan statement pelayan perdana menteri Inggris di atas. Bagi Saya ajang 4 (empat) tahunan yang berlangsung di Rusia (bekas negara Uni Soviet) tahun ini, jauh lebih baik dari yang Saya bayangkan. Hehehe....

Jangan Menyerah

gambar: pinterest.com
"Mangapa mesin desepticon selalu bagus!!??", teriak seorang prajurit di tengah kecamuk perang melawan robot antagonis dari planet Cyberton yang coba mengambil alih bumi. Ia berkata demikian sebab melihat sebuah mesin penghancur efektif mirip bor raksasa menuju ke arahnya.

Walau begitu, sang prajurit terus bertarung. Ia tetap miliki harapan bahwa bumi mampu dibebaskan. Dan upayanya tak sia-sia, kelompok Autobots hadir membantu, hingga desepticon mampu dihancurkan. (Transformer)

Ini tentang harapan. Orang bisa bertahan hidup tanpa makan, selama 40 hari. Tanpa minum, selama 3 (tiga) hari. Pun manusia bisa bertahan tanpa napas selama 4 (empat) menit. Tapi jika kehilangan harapan, hanya dalam waktu 1 (satu) detik saja, ia sudah "mati".

Kok bisa? Sebab harapan ibarat haluan hidup. Ada mimpi di dalamnya. Jika hilang, maka manusia akan berjalan tanpa arah. Ia sudah menjadi seperti orang mati. Kayak mayat berjalan.

So, berupayalah menjadi orang baik. Selalu miliki harapan itu. Berjuanglah, dan jangan pernah menyerah....

Pesan Anak untuk Ayah

gambar: lovepik.com
Kekhawatiran kerap muncul dalam pikiran seorang Ayah. Khawatir tak mampu memenuhi nafkah anak-istri. Kondisi psikologis semacam ini kadang menimbulkan masalah pada sistem pencernaannya. Ya, asam lambung yang meningkat.

Ayah tak bisa menghindar dari sebuah hukum pikiran yang berbunyi: "Apa yang anda pikirkan saat ini, akan berpengaruh pada tubuh anda saat itu juga." Sebab Ayah juga manusia. Maka, di sebuah titik waktu, kadang ia terbaring menahan sakit.

Tapi, ada pesan dari para buah hati untuk sang Ayah. Tak terucap dalam kata, hanya sebentuk tingkah fitrah. Apakah itu? Diantara fitrah yang dimiliki anak kecil adalah bahwa jika mereka diberi sepiring makanan atau kue yang disukainya, maka akan dihabiskan saat itu juga. Tak mau disimpan sampai esok atau lusa.

Pada tingkah ini, sesungguhnya ia ingin berkata: "Ayah, tidak usah khawatir, esok hari pasti ada rezki dari Allah SWT untukku. Tugas Ayah adalah berikhtiar menjemputnya." So, para Ayah, optimis, yakin dan semangat ya...

Untukmu, mereka mengetuk pintu langit

gambar: wallhere.com
Air mataku tumpah. Tak bisa ku bendung. Ibuku berkata: "pergilah, (sebab) itu untuk masa depanmu." Hari itu, di tahun 1999, adalah saat keberangkatanku untuk menuntut ilmu ke Jogja. Hingga akhirnya, 7 (tujuh) tahun diriku di Kota Gudeg. Belajar banyak hal tentang hidup dan kehidupan.

Belum kering air mataku karena harus meninggalkan kampung halaman, seorang ibu yang tak ku kenal datang menghampiri. "Jangan menangis, kamu sudah besar (dewasa)", kata wanita itu, lalu berlalu meninggalkanku.

Kata-katanya singkat, tapi merasuk dalam jiwa. Jadi motivasi dan kekuatan. Dalam sekejap tangisku berhenti. "Ya, benar, Saya sudah dewasa", batinku. Dari atas geladak kapal, di hari keberangkatanku menuju Jogja, kupandangi wajah kampungku nan asri. Aku bertekad, akan kembali dengan membawa sesuatu yang berarti dan membanggakan.

Malam ini Saya mengenang ibu yang tak ku kenal itu. Sudah 19 tahun berlalu, tapi kata-katanya masih akrab di telinga. Tanganku menengadah ke langit, memohon pada Yang Kuasa, agar sang ibu diliputi kebaikan, kesehatan, kebahagiaan dan umur yang barokah.

Suatu hari di tahun 2003, kapal yang kutumpangi bersandar di dermaga Tanjung Perak Surabaya kala langit berselimut malam. Saat itu pelabuhan sudah mulai sepi. Saya berharap masih bisa menemukan bus yang dapat mengantar ke terminal bungurasi (sidoarjo), hingga bisa langsung ke Jogja. Sayang, harapanku tak kesampaian.

Maka menginap di rumah bibi yang terletak di salah satu sudut Kota Pahlawan adalah pilihan yang paling rasional malam itu. Malangnya, Saya tak tahu jalur transportasi ke tujuan. Opsi naik taksi tak mungkin, sebab dana terbatas.

Sampai Saya bersua dengan seorang Bapak yang sedang menunggu bus. Ku bertanya padanya tentang alat transportasi yang dapat mengantarku sampai tujuan. Rupanya ia tinggal di luar kota Surabaya. Tapi kata beliau, bus yang akan ditumpanginya bisa membawaku dekat ke tujuan.
Ia lalu mengajakku bersamanya saat bus yang dinanti akhirnya tiba. Aku memutuskan ikut, sebab kulihat ada guratan kejujuran di wajahnya. Di sebuah pemberhentian, sang bapak memintaku turun, dan berpesan bahwa Saya harus naik becak untuk sampai ke alamat yang di tuju. Beliau tetap dalam bus, masih harus meneruskan perjalanan dengan kendaraan itu. Di tempat itulah kami berpisah. Sempat kuucap terima kasih padanya. Dan Alhamdulillah, malam itu diriku tiba dengan selamat di rumah bibi.

Malam ini Saya mengenang sang bapak. Orang yang tak dikenal, tapi berbuat baik padaku. Tanganku menengadah lagi ke langit, memohon pada Yang Kuasa agar ia diliputi kebaikan, keselamatan, kebahagiaan dan hidup yang barokah.

Apa yang ingin Saya sampaikan lewat tulisan ini adalah berbuat baiklah pada sesama. Walau hanya sebuah kalimat motivasi singkat. Sebab ketika engkau terlelap di malam hari, tanpa sepengetahuanmu, doa dari orang-orang yang engkau tolong mengetuk pintu-pintu langit, memohon kebaikan untukmu....

Tanzing Norgay

gambar: id.lovepik.com
Usai menjadi salah satu pembicara di Latihan Dasar Kepemimpinan SMAN 2 Baubau hari ini, tiba-tiba ku teringat pada sosok Tanzing Norgay. Saya pertama kali mengenal nama beliau ketika Jamil Az Zaini, salah satu motivator idola Saya menyebutnya dalam beberapa kesempatan mengisi training motivasi. Tanzing disandingkan dengan Hillary, (Tanzing-Hillary), menjadi nama sebuah bandara internasional di Nepal. 

Siapa sebenarnya Tanzing ini? Namanya mungkin tak disebut ketika ada yang bertanya siapa manusia pertama yang menaklukkan puncak everest. Orang-orang akan lebih mengenal Edmund Hillary, sebab dialah orangnya. Tapi pria berkebangsaan Nepal inilah yang menjadi pemandu Hillary mencapai puncak pegunungan tertinggi di dunia itu.

Wartawan pernah bertanya pada Tanzing: "Anda adalah orang yang memandu Hillary ke puncak everest. Sebagai pemandu, tentu anda yang pertama menginjak puncak. Bukankah anda yang seharusnya terkenal?"

"Tidak", kata pria yang berasal dari keluarga petani itu. "Saya memang memandunya. Tapi ketika akan sampai ke puncak tertinggi, Saya mempersilahkan Hillary untuk menginjaknya terlebih dahulu". Jelas Tanzing.

"Mengapa anda melakukan itu?", Sang wartawan penasaran. "Sebab mencapai puncak tertinggi everest adalah mimpi Edmund Hillary. Bukan mimpiku. Tugas Saya hanya untuk membantu mewujudkan mimpinya", pungkas Tanzing. Dan memang demikian, mimpi Tanzing bukanlah jadi manusia pertama yang injak puncak everest. Ia punya mimpi yang lain. Tapi adalah kebahagiaan baginya ketika memandu orang lain mewujudkan mimpinya.

Orang-orang seperti Tenzing, adalah mereka yang selalu mendapat tempat tehormat di singgasana kemanusiaan. Sebab nilai kemanusiaan manusia senantiasa dilihat dari dedikasi pada sesama. Maka benarlah saat Hermanto Kosasih, yang juga seorang motivator idola Saya berkata: "mendedikasikan diri untuk membantu orang lain adalah puncak tertinggi dari kecerdasan emosi." Ah, sebagai Muslim, Saya pun selalu teringat pada Hadits itu: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain".

Hitam-Putih: Kulit Gue Hitam Coy

gambar: pngdownload.id
Pada tahun 1991, TPI (Televisi Pendidikan Indonesia) sebagai TV swasta pertama di negri ini mulai menyapa setiap pemirsanya. Saat itu diriku masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). Itulah juga pertama kalinya Saya menyaksikan parade produk komersial yang ditampilkan pada layar kaca. Dinamai sebagai iklan. Salah satu jenis iklan unik yang tampaknya hingga kini masih terus setia menghiasi layar kaca adalah produk pemutih kulit.

Mengapa Saya sebut unik? Diantara efeknya adalah akhirnya ada orang-orang (laki-perempuan) menganggap kulit yang berwarna putih sebagai tren kecantikan/katampanan dan keunggulan. Atau mungkin juga perlambang peradaban. Lalu berlombalah mereka memakai produk tersebut. Berharap warna kulit berubah putih. Hasilnya? Katakanlah ada yang berhasil, sebab dasarnya sudah putih memang. Sebaliknya, boro-boro berubah, malah lulurnya yang jadi hitam, gegara pengaruh kulit. Akhirnya, oknum si kulit gelap makin gak pede jalani hidup.

Kira-kira 2 atau 3 tahun lalu Saya dikagetkan dengan sebuah iklan saat sedang menyaksikan tayangan lucu di salah satu TV swasta. Mengapa? Paradigmanya sudah berbeda. Naratornya dengan tegas mengatakan bahwa apapun warna kulit anda, aura kecantikan bisa muncul dengan produk tersebut. Wow, ini iklan yang manusiawi menurutku. Bakal takkan ada lagi yang merasa terdzolimi. Hehehe....

Well, akhirnya dunia kosmetik (atau apalah namanya) pun juga sadar bahwa warna kulit bukanlah perlambang keunggulan. Konsep yang akhirnya berubah. Lantas apa yang tak berubah? Ternyata keunggulan abadi dan tak pernah berubah di mata manusia adalah akhlaq, amal baik, kontribusi positif, karya bermanfaat dan kebaikan lainnya. Ia akan disanjung sepanjang masa, siapapun yang menghadirkannya. Terlepas ia berkulit putih atau hitam.

Zohri

gambar: id.lovepik.com
Zohri, karena nama dan prestasinya sedang viral di medsos, izinkan Saya untuk sedikit bertutur tentang pemuda asal NTB ini. Tapi, sedikitpun tidak akan menyinggung soal kontroversi bendera yang sedang menjadi perdebatan hangat itu. Sekali lagi tidak.

Ia, yang ku tonton videonya, tak diperhitungkan banyak orang, pun media, tapi berlari begitu kencang, lalu juara, kemudian girang sendiri, tepung tangan sendiri, setelahnya kesana kemari seorang diri, yang mengingatkan diriku akan lagu Caca Handika (sendiri), telah menabur beribu inspirasi buat kita.

Zohri mengingatkanku pada seorang sahabat di masa kecil. Dulu, saat usianya masih SD, teman Saya pernah mengikuti lomba. Tiga cabang lomba sekaligus. Dirinya begitu yakin memenangkan semuanya. Sebab setelah melihat penampilan peserta lain, ia merasa tak ada yang lebih baik darinya.

Dan ternyata benar, sebab sehari sebelum pengumuman, panitia lomba memberitahunya, sekaligus memperlihatkan hasil penilaian, yang menunjukkan bahwa dirinya nomor wahid untuk semua cabang yang diikuti. Diapun senang, dan terbayang hadiah yang dibawa pulang ke rumah.

Sayang, ketika waktu pengumuman tiba, ia hanya menjuarai satu cabang lomba. Dua yang lainnya bahkan tak masuk tiga besar. Kecewa? Ya, tapi segera tertutupi oleh satu hadiah yang berhasil dia raih.

Seorang panitia lalu datang memberitahu. Bahwa sebenarnya dirinya juara untuk ketiga lomba yang ia ikuti. Tapi sebab dia bukan anak siapa-siapa, maka dua cabang lomba yang mestinya temanku itu juarai, di berikan pada anak-anak orang ternama dan berpengaruh di tempat itu. Well, itu cerita masa lalu. Semoga di masa kini, hal yang pernah dialami teman kecilku tak terjadi lagi.

Dari dulu, Saya telah memiliki keyakinan, behwa negri ini punya sosok-sosok bertalenta tinggi, yang bisa berbicara banyak di level dunia, semisal olah raga. Masa' sih diantara 250 juta orang gak ada yang luar biasa? Hanya saja, mereka terkendala banyak hal, misal; bukan anak siapa-siapa, tak punya rupiah tuk kejar prestasi, enggan dilirik pemerintah, dan lain sebagainya.

Zohri termasuk yang beruntung. Sebab ada orang yang menemukan bakatnya, serta mengumpulkan dana untuk membawanya ke kejuaraan dunia. Dan hasilnya, luar biasa. Mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Indonesia bisa.

Zohri pun akhirnya membuka mata kita semua, bahwa banyak saudara kita di negri ini yang memiliki potensi luar biasa, tapi terkendala pada beberapa hal. Nah dibutuhkan perhatian dari banyak pihak agar kendala-kendala yang mereka hadapi bisa tertutupi.

Sang Tiran

gambar: kompasiana.com
Kecuali Fir'aun, Saya belum pernah mendengar lagi ada manusia yang mengaku diri sebagai Tuhan. Sebab fasilitas dan pundi-pundi dunia yang ada dalam genggaman, membuatnya merasa layak menyandang otoritas serupa Tuhan. Dan memang dirinya begitu kuasa atas rakyat Mesir kala itu.

Dalam membangun dan melanggengkan kuasanya, Fir'aun menyertakan beberapa kompatriot sejati. Para pendamping yang namanya juga diabadikan oleh Allah SWT dalam Al Qur'an. Mereka adalah Haman, Qorun dan Bal'am.

Haman diangkat sebagai Prime Minister (Perdana Menteri), Qorun menjadi bendahara, sedang Bal'am adalah ulama yang menyalahgunakan otoritasnya demi kokohnya kekuasaan sang tiran. Maka setali tiga uang; politisi busuk, penyandang dana dan ulama nyeleneh, jadi penyangga kuasa. Ketiganya berada dalam genggaman Fir'aun.

Dari sisi manapun, adalah tidak mungkin menjatuhkan mereka ini dari atas singgasananya. Apalagi tentaranya begitu setia menggebuk dan memenjarakan rakyat yang berani hadirkan kritik. Media mainstream pun begitu kreatif dan atraktif menjadi corong Fir'aun. So, dari kacamata pengamat, ia tak mungkin tumbang.

Sayang, semua kalkulasi politik hancur berantakan. Adalah Musa, pemuda kuat fisik namun tak pandai retorika, penyebab runtuhnya kekuasaan sang tiran. Tak terduga, tapi begitulah....

Peta Bakat: Plankton VS Mr. Crab

gambar: id.wikipedia.org
Karena terlalu fokus melihat keunggulan orang lain, kadang seseorang lupa dengan bakat luar biasa yang dimilikinya. Hingga ia merasa bahwa dirinya tak seberuntung orang lain. Well, kira-kira begitulah yang dialami Plankton dalam serial Sponge Bob Square Pants. Film kartun yang sedang kutonton sambil membuat tulisan ini. Hehehe....

Adalah resep rahasia craby patty, penyebab konflik antar 2 (dua) sahabat, yaitu Plankton dan Mr. Crab. Tuan kepiting yang memiliki resep itu sukses membuat Crasty Crab menjadi restoran terkenal dan paling ramai. Craby Patty sebagai menu utama menjadi magnet bagi seluruh penghuni Bikini Buttom. 

Sebaliknya, Chum Bucket sepi pengunjung. Sebab restoran milik Plankton ini tak punya satupun menu yang menyamai kelezatan Craby Patty. Pun tiada koki profesional dan nyentrik setara Sponge Bob. Kesimpulannya, Plankton tak berbakat dalam bisnis restoran. Sementara Mr. Crab memiliki keunggulan pada bidang ini.

Alih-alih hewan kecil mungil bewarna hijau itu melakukan evaluasi diri, ia justru merasa bahwa dirinya adalah pecundang, sedang Mr. Kepiting Merah adalah makhluk paling beruntung di dunia. Maka bagi Plankton, menguasai resep rahasia milik Tuan Kepiting adalah cara cerdas untuk mendongkrak reputasi resto, sekaligus harga dirinya.

Berbagai cara dilakukan oleh Plankton untuk merebut resep rahasia. 37 kali nyaris berhasil. Tapi hingga 20 tahun upayanya, ia terus menemui kegagalan. Padahal makhluk kecil itu sudah menggunakan strategi dan teknologi tercanggih. Mulai dari alat pengendali otak, hingga robot mengagumkan. Semua adalah buatannya sendiri.

Di Bikini Buttom, kecuali Cindy si tupai, tiada seorangpun yang menandingi Plankton dalam hal penguasaan teknologi canggih. Singkatnya, ia adalah "profesor" di bidangnya. Sosok penemu kreatif sekaligus ahli robotik. Makhluk hijau mungil memiliki keunggulan di bidang ini.

Sayang, sebab terlalu fokus untuk mendapatkan resep Craby Patty milik Tuan Crab, keunggulannya yang luar biasa itu tak ia manfaatkan untuk mendongkrak reputasinya. Semisal digunakannya untuk membantu kehidupan para penghuni laut dangkal. Atau membuat teknologi tepat guna yang bisa dimanfaatkan semua makhluk air. Sesuatu yang justru membuatnya bisa lebih terkenal dan banyak duit dibanding Tuan Crab.

Tapi, itu sama sekali tidak dilakukan oleh Plankton. Hingga tak dirasakan manfaat keunggulan sekaligus keberadaannya oleh penduduk Bikini Buttom. Akhirnya, ia hanya lebih dikenal sebagai pembuat onar (maling resep rahasia) ketimbang ahli robotik. Terus berada di bawah bayang-bayang kesuksesan Mr. Crab.

Anak-anak Zaman

gambar: id.lovepik.com
Dalam beberapa kesempatan bersilaturrahm dengan para guru, baik yang bertugas di SD, SMP maupun SMA, ada statement seragam dari para pahlawan tanpa tanda jasa itu. "Mu'jizat, cara kami mendidik kalian dulu, berbeda dengan adik-adik kalian (zaman) sekarang ini." Kata mereka.

Statement dari Bapak/Ibu guru Saya di atas, adalah bukti bahwa anak-anak zaman now merupakan generasi baru yang hidup di ruang sejarah berbeda dengan pendahulunya. Hingga cara dan strategi mendidik generasi yang lahir di era melenium baru ini perlu pendekatan yang sesuai pula.

Dan memang demikianlah kenyataannya. Para ahli telah membagi potongan-potongan waktu, berdasarkan ciri khas dan keunikan yang hadir pada masa itu. Misal mereka-mereka yang lahir 1960-1980 adalah generasi X. Sesudahnya, yaitu 1981-1995 disebut generasi Y. Adapun generasi Z lahir sesudah 1995. Dan generasi Alfa, untuk mereka yang lahir 2010 keatas. Dua generasi terakhir ini, hidup di zaman milenia, ketika 24 jam sehari internet tersedia di rumah mereka.

Nah, skuad gen X dan sebagian gen Y, saat ini menyandang status sebagai orang tua. Sedang buah cinta mereka hidup di zaman gadget dan internet. Para Ayah-Bunda hidup pada realita zaman yang tak sama dengan para buah hati. Situasi ini kadang menimbulkan konflik antara orang tua dan anak. Mengapa? Ayah-Bunda kekeuh menggunakan pola didik zaman old yang pernah dialaminya. Sementara sang anak yang sibuk berselancar di dunia maya, selalu berkata: "mama-papa gak gaul".

Di segala zaman, setiap orang tua tentu menginginkan agar anak-anaknya tetap memiliki perilaku positif. Singkatnya adalah menjadi generasi yang lebih baik dan kuat dari Bapak-Ibunya. Hanya saja, bagi gen X dan Y yang kini sudah jadi orang tua, muncul selaksa kekhawatiran pada anak-anak mereka yang hidup di zaman now. Dampak negatif dari kemajuan teknologi adalah alasannya.

Lantas, bagaimana bersikap pada generasi zaman now dan menjawab kekhawatiran itu? Saran Bunda Septi Peni Wulandani, pahami dengan baik keunikan generasi masa kini. Dan "Jangan panik dan paranoid, juga jangan lebay dan obsesif, syukurilah fitrah zaman ini. Sikap terbaik sebagai orang tua adalah menerapkan kaidah emas 'fokus pada kekuatan dan siasati keterbatasan'. Artinya, fokus pada hal-hal positif yang produktif dan mensiasati hal-hal yang tidak produktif yang akan menjadi kelemahannya", Kata Ust. Harry Santosa.

Sehari di Siompu: Perjalanan penuh hikmah

gambar: clipartmax.com
Mesin perahu tiba-tiba mati di tengah lautan. Pulau Siompu bagian barat yang kami tuju masih lebih dari separuh perjalanan lagi jaraknya. Sementara pelabuhan keberangkatan sudah tak tampak oleh mata. Saat itu, maju tak kuasa, kembalipun tak bisa. Gelombang lautlah yang kini mulai menentukan arah perahu.

Saya menoleh ke arah buritan, tempat nakhoda mengendalikan perahu. "Bisa diperbaiki Pak?", tanyaku. Lelaki pemilik perahu tak segera menjawab. Tapi ekspresi pesimis tampak di wajahnya. Tak lama kemudian ia melontarkan kekata yang tak seharusnya ia ucapkan: "Saya tak bawa peralatan tuk perbaiki masin ini". Astaghfirullah, "ini ujian", batinku. La Ode Mu'jizat mencoba tetap tenang.

Selama masih ada harapan, sepanjang itupula kehidupan tetap eksis. Orang bisa bertahan tak makan selama sebulan. Sanggup tiada meneguk setetes air selama tiga hari. Tapi ketika seseorang kehilangan harapan dalam hidupnya, maka pada detik itu sesungguhnya ia sudah "mati". Hari itu di atas perahu, Saya yakin masalah kami akan ada jalan keluarnya. Niat perjalanan kami ke Siompu adalah untuk kebaikan. Allah pasti akan memberikan pertolongan.

Kuarahkan tatapan ke lautan biru. Yang jaraknya begitu dekat. Jika menjulurkan tangan, bisa ku sentuh permukaannya. Saya coba menjangkau dasarnya dengan pandanganku. Tapi tak bisa, tiada tampak dasarnya. Hanya birunya yang menari di pandangaku. "Ini sangat dalam", batinku. Sebab tiada riak. Kebalikan dari pepatah itu: "air beriak tanda tak dalam". Ya, memang sih, perahu yang kami tumpangi mengapung di antara Batauga dan Pulau Siompu. Jauh di tengah laut dalam. 

Saban hari Saya sering bercerita pada para Sahabat tentang seorang pemuda yang menumpang sebuah kapal menuju kampung halaman. Di tengah laut, kapalnya pecah, lalu tenggelam. Sang pemuda mengapung di lautan dengan berpegang pada puing kapal. Ia berhasil menjangkau pulau terdekat, terpencil, dan tiada berpenghuni. Di situ dirinya mendirikan gubuk sederhana sekedar berlindung dari rintik hujan dan terik mentari. Berhasil pula dirinya menyalakan api, digunakannya memanggang hasil laut. Sang pemuda bertahan hidup, sambil terus berupaya mencari pertolongan. 

Pada suatu hari saat dirinya sedang mencari pertolongan, ia lupa mematikan api yang menyala di depan gubuknya. Api itu membesar dan menghanguskan tempat peristirahatannya. Ia berlari menuju gubuk, berlutut dan meratap. "Kenapa?", teriaknya. Tak berapa lama kemudian, tiba-tiba beberapa orang tiba di pulau itu. Sang pemuda terkejut sekaligus gembira. "Siapa kalian, dan mengapa bisa sampai di sini?", tanyanya. "Kami tim penolong, dari kejauhan kami melihat ada asap membumbung ke angkasa. Kami pikir di sini ada yang membutuhkan pertolongan. Maka kami segera menuju pulau ini", jawab seorang dari mereka.

Walau situasinya tak separah yang dialami oleh pemuda pada kisah di atas, setidaknya Saya akhirnya merasakan suasana batin ketika seseorang terombang-ambing di tengah lautan dan mengharap bantuan segera datang. Saya pula teringat akan hikmah dari kisah sang pemuda. Bahwa dalam kehidupan ini, banyak hal yang kita tidak tahu dari mana asalnya, bagaimana prosesnya, dan apa efeknya di masa depan, tapi ia terjadi begitu saja. Akan tetapi ternyata ada hikmah yang muncul dibalik setiap peristiwa.

"Mana tidak ada benang", keluh pemilik perahu tiba-tiba. Istriku lalu menarik benang pada surban yang mengalung di leherku. Diberikannya pada sang nakhoda. Entahlah, aku tak tahu untuk apa benang itu, tapi ku lihat ada sedikit ekspresi optimis di wajahnya. Tak lama kemudian, bapak itu mencoba menyalakan mesin. Tapi gagal. Lalu minta benang lagi dan berusaha nyalakan. Ternyata keberuntungan masih belum menghampiri. Mesin tak mau nyala.

Gelombang lautan mulai menggoyang perahu. Agak kuat dari sebelumnya. Seolah menjadikan tumpangan kami sebagai mainan. Kini rasa mual mulai hadir. Di buritan, kulihat pemilik perahu duduk menatap mesin yang tak mau bekerja sama. Entah cara apa lagi yang bakal dilakukannya agar perahu bisa segera bergerak.

Dalam situasi seperti itu, sebagai penumpang kami butuh ekspresi tenang dan optimis dari sang nakhoda. Seperti yang ku saksikan pada seorang pramugari di pesawat yang pernah kutumpangi. Ketika pesawat berguncang, kami para penumpang saling memandang satu sama lain. Ada rasa cemas dalam diri. Tapi sebab sang pramugari tetap menunjukkan wajah tenang dan optimis, maka kamipun tak panik. Alhamdulillah pesawat yang kami tumpangi selamat sampai tujuan.

Tapi, kata-kata yang harusnya di buang jauh itu akhirnya muncul juga. "Seumur hidup Saya baru mengalami yang seperti ini", ucap sang nakhoda. Ia menyerah. "What?", batinku. Alih-alih ia memberi harapan dan optimisme pada penumpangnya, dirinya malah putus harapan. Lah bagaimana dengan kondisi psikologis penumpang? (Bersambung)

Balajar dari Ibrahim: Seperti apa anda ingin dikenang?

gambar: id.lovepik.com
"Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang sholeh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang memusakai surga yang penuh kenikmatan." (QS. Asy-Syu'ara, 83-85)

Pada akhir kehidupanmu nanti, dikau ingin dikenang seperti apa oleh orang lain? Kira-kira begitulah pertanyaan Stephen Covey dalam bukunya yang berjudul 'The 7 Habits of Highly Effective People'. Maka pesan beliau, biasakan untuk 'Merujuk Pada Tujuan Akhir'. Sebuah visualisasi yang dapat menyentuh sebagian dari nilai-nilai fundamental seseorang yang terdalam. Caranya? Bayangkan ketika anda meninggal nanti, ucapan seperti apa yang engkau inginkan keluar dari lisan orang-orang terhadapmu. 

Nah, Surah Asy-Syu'ara di atas, adalah doa Nabi Ibrahim kepada Allah SWT agar beliau menjadi pembicaraan yang baik setelah wafatnya. Sebuah permohonan yang Saya yakin, kita semua pun ingin begitu.

Untuk menjadi buah tutur yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian, tentu kita harus meninggalkan sejarah hidup yang enak dibaca. Demikianlah yang terjadi pada Bapak para Anbiya. Ia menorehkan catatan kehidupan yang menjadi teladan sepanjang masa. 

Allah berfirman tentang Ibrahim: "Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia." (QS. Al Mumtahanah, 4)

Menghadirkan kemanfaatan bagi sesama adalah salah satu cara untuk membuat sejarah hidup yang baik. Apa yang kemudian kita sebut dengan amal sholeh. Sesuatu yang lahir dari keikhlasan dan penghambaan pada Sang Pencipta. Sebuah refleksi dari keimanan.

Sayyid Quthb dalam tafsir Fi-Zhilalil Qur'an barkata: "Amal shalih adalah buah dari keimanan, dan gerak yang bermula pada detik dimana hakikat keimanan itu menghujam di dalam hati. Maka keimanan adalah hakikat yang aktif dan energik. Begitu hakikat keimanan menghujam di dalam nurani maka pada saat itupula ia bergerak mengekspreaikan dirinya di luar dalam bentuk amal shalih.

Itulah iman Islami. Tidak mungkin tinggal diam tanpa gerak, atau tersembunyi tanpa menampakkan diri dalam bentuk yang dinamis di luar diri sang Mu'min. Jika tidak bisa melahirkan gerakan yang alami tersebut maka keimanan itu berarti palsu atau mati. Sama seperti bunga yang tidak bisa menahan semerbak wewangiannya. Ia pasti muncul secara alami. Jika tidak, bisa dipastikan tidak ada!"....

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More