 |
ilustrasi: hariansejarah.com |
Dapatkah sebuah negara takluk dibawah kekuasaan penjajah oleh sebab
penyelundupan candu? Berkaca pada Tiongkok, itulah yang dilakukan
Inggris untuk merampas kedaulatan negri Tirai Bambu.
Semua
bermula ketika East India Company, membutuhkan pasar baru bagi sejumlah
besar candu yang mereka produksi di Bengali, India. Tiongkok lalu
menjadi tujuan, sekaligus strategi Inggris agar Dinasti Qing mau membuka
hubungan dagang dengan negri Ratu Elizabeth.
Upaya Inggris
tersebut kemudian memicu terjadinya Perang Candu. Perseteruan yang
berlangsung sejak tahun 1839 hingga 1860. Diantara efek dari peperangan
ini adalah pemerintah China melepas Hongkong ke tangan Inggris, serta
membuka pelabuhan-pelabuhan penting mereka bagi para pedagang Eropa.
Penyelundupan Candu ke Tiongkok yang dilakukan oleh pedagang asing
meningkat pesat pada abad ke-18. Berdasarkan catatan sejarah,
sebagaimana dipublis oleh situs
wawasansejarah.com, pada tahun 1730, 15 ton berhasil diselundupkan. 43 tahun kemudian, tepatnya 1773, meningkat jadi 75 ton.
Penyelundupan yang massif ini menyebabkan rakyat China jadi lemah. Para
penduduk yang telah kecanduan terpaksa harus menjual barang-barang
berharga milik mereka demi mendapatkan candu. Kian hari makin meningkat
jumlah pemakai.
Puncaknya adalah ketika seorang pangeran Dinasti
Qing ikut mengkonsumsi barang haram tersebut. Kejadian yang membuka
mata Kaisar Daoguang akan bahaya benda terlarang ini. Pada tahun 1838,
penyelundupan candu telah mencapai 1400 ton. Dan ditahun itupula,
pemerintah China mulai menjatuhkan hukuman mati bagi penyelundup candu
lokal.
Sejarah perang candu sekaligus menjadi pelajaran berharga.
Kedaulatan sebuah negara besar akhirnya tergadaikan. Inggris dengan
strategi candunya sukses merusak mental rakyat dan menurunkan daya juang
untuk mempertahankan negara.
Nah, jika tak segera ditanggulangi,
tidak menutup kemungkinan Indonesia juga akan mengalami hal yang sama
dengan China di era Dinasti Qing. Yaitu rusaknya akhlak dan mental
generasi penerus, serta hilangnya kedaulatan.
Menurut Irjen Pol
Drs. Al Jauhari, Deputi Pencegahan Badan Narkotika Nasional (BNN),
sebagaimana dilansir oleh faktualnews.co, saat ini negara kita adalah
keranjang sampah narkoba dunia internasional. Sebabnya adalah Indonesia
memiliki penduduk yang berjumlah banyak, serta mudah tergiur. Jaringan
internasional yang beroperasi di negri ini adalah Afrika Barat, Iran,
China, Pakistan, Malaysia dan Eropa. Tiongkok adalah pemasok terbesar,
yaitu sebanyak 250 ton.
Berdasarkan data dari BNN RI (2017),
telah ditemukan sebanyak 5 (lima) juta kasus penyalahgunaan narkotika.
Dari angka tersebut, 50,34% adalah pekerja, seperti; guru, pegawai
pemerintah, Polri, TNI, bahkan juga artis, pengusaha, hingga tukang
bangunan. 37,32%-nya diwakili oleh pelajar dan mahasiswa. Sisanya,
sebanyak 22,34% berasal dari unsur pengangguran. Pengguna di dominasi
oleh kelompok usia produktif.
Anehnya adalah bukannya masyarakat
tak tahu bahaya narkoba. Hasil survey BNN justru menunjukkan bahwa 80%
rakyat Indonesia tahu jenis dan bahaya narkoba. Pertanyaannya adalah
mengapa tingkat penyalahgunaan narkoba masih tinggi? Ternyata hal
tersebut
disebabkan Indonesia selama beberapa tahun terakhir sudah
menjadi pasar potensial, sekaligus produsen narkoba. Setelah sebelumnya
hanya menjadi lokasi transit dan tujuan peredaran barang terlarang
tersebut. Sungguh memprihatinkan.
Sayang sekali, kenyataannya
narkoba juga menjadi jalan masuk bagi hadirnya penyakit menular seksual.
Baltimore menjadi pelajaran berharga. Malcolm Gladwel dalam buku best
seller internasionalnya yang berjudul The Tipping Point mengungkap hal
tersebut.
Pada pertengahan tahun 1990-an, daerah Baltimore USA
mengalami serangan epidemi sipilis. Dalam kurun waktu hanya setahun
saja, antara 1995 hingga 1996, jumlah bayi yang lahir dengan penyakit
sipilis meningkat 500%.
Menurut Center for Disease Center atau
CDC (Pusat Pengendalian Penyakit), masalah tersebut terkait dengan
narkoba. Penyalahgunaan narkoba adalah penyebab peningkatan dramatis
perilaku seksual beresiko. Yang berakibat pada menyebarnya penyakit
menular seksual, termasuk HIV AIDS.
Berdasarkan catatan di atas,
sebagai anak bangsa tentu kita prihatin dengan masalah narkoba yang
sedang menimpa negri kita tercinta. Karenanya jangan tinggal diam, mari
bergandengan tangan menyelamatkan generasi dan kedaulatan negri. Ayo
perangi narkoba!!! Dan selamat hari anti narkoba internasional, 12 Juli ....