Blog yang berisi catatan-catatan singkat dan sederhana. Mencoba menangkap dan menulis pesan bijak dari berbagai sumber.

About

Jumat, 19 Juli 2019

Masalah Buat Loe

gambar: lovepik.com
Saat memakai seragam putih-merah semasa SD dahulu, rasanya ingin segera menggantinya dengan putih-biru. Postur tubuh yang lebih tinggi membuat diri jadi minder sewaktu melihat senior memakai seragam SMP tapi postur tubuhnya lebih pendek. Bahagia rasanya jika nanti sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.

Ketika telah berubah status jadi siswa SMP, setelah berbilang semester berjalan, tiba-tiba pingin segera beralih jadi pelajar SMA. Apa pasal? Tubuh yang semakin meninggi, tapi seragam bercelana pendek masih melekat di tubuh. Malu (lagi) rasanya.

Nah, kini sudah di SMA, pakaian putih-abuabu telah jadi busana harian ke sekolah. Sudah sampai sejauh ini, ternyata masih ada pula yang dirasa tak nyaman. Entahlah, mungkin sebab bertahun-tahun dibungkus seragam sekolah, ada sedikit rasa "terpenjara". Bebas rasanya jika belajar sambil memakai pakaian bebas rapi seperti mahasiswa yang menjadi tetangga rumah itu.

Dan sekarang, mimpi menjadi mahasiswa pun terwujud. Apakah masalah selesai? Belum. Ketika melihat para senior sudah beroleh gelar sarjana, pinginnya juga segera begitu. Tugas kuliah yang menumpuk, jadwal presentasi makalah yang nyaris tak ada habisnya, bertemu dosen "killer", bayang-bayang skripsi yang menakutkan, huh rasanya ingin segera ditinggalkan.

Alhamdulillah, tibalah kini hari wisuda. Wajah cerah, senyum merekah dan bahagia melangit. Di belakang nama sudah ada titel sarjana. Percaya diri berlipat pangkat now. Sudah puas sekarang? Ternyata belum. Melihat kakak yang senin-sabtu bekerja dan beroleh penghasilan, rasanya sesuatu banget. Asyik jika bisa seperti itu juga. Badan sudah segede ini, malu jika minta uang terus sama ortu.

Dan akhirnya, kini Aku punya pekerjaan. Walau belum tetap, yang penting tetap bekerja. Tapi masih ada yang kurang. Undangan pernikahan dari para sahabat dan kerabat yang nyaris tiap bulan datang, ditambah pula dengan para pengantin baru yang tak berkesudahan meng-upload foto romantis di facebook, terus-menerus meneror hatiku. Ya, diriku ingin segera bersanding pula di pelaminan. Bukankah setiap insan diciptakan berpasang-pasangan?

Baiklah, fesenya kita hentikan sampe di pelaminan saja ya. Sebab jika diteruskan, gak bakal berhenti. Apa yang ingin Saya sampaikan adalah bahwa sejak sekolah dasar, relatif kita sudah menemukan masalah dalam hidup. Dan sejak saat itu sampai ujung usia masalah datang silih berganti.
Akan tetapi, sebagian kita tidak memandang masalah sebagai bagian kehidupan yang harus dihadapi dan diselesaikan dengan bijak. Bahwa ia adalah sesuatu yang mendewasakan.

Orang-orang hanya melihat kehidupan orang lain yang dianggapnya luas, lalu membandingkan dengan dirinya yang sedang dirundung masalah. Ia berkeyakinan bahwa jika memiliki kehidupan yang luas seperti orang yang menjadi rujukannya itu, maka masalahnya akan berakhir.

Padahal tidak begitu. Alih-alih masalahnya terselesaikan, yang dilakukannya itu justru akan membuat hidupnya makin sempit. Ya, memandang kehidupan orang lain yang dianggap lebih luas, dan tidak bersyukur dengan apa yang dimiliki, sesungguhnya telah membuat hidup berada dalam kesempitan.

Well, dalam rentang kehidupan antara kelahiran dan kematian, Yang Maha Kuasa memberikan ujian buat hamba-Nya. Maka tiap orang pasti ada ujiannya, dan tiap insan beda masalah kehidupannya. Tapi Allah SWT tidak memberikan ujian buat manusia, kecuali ia juga dibekali kesanggupan untuk menyelesaikannya. Nah, kini tergantung sejauh mana seseorang menempatkan diri secara tepat sebagai hamba-Nya.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More