![]() |
gambar: fee.org |
Hackshaw Ridge, Saving Private Ryan, dan Band of Brother adalah
film-film Box Office yang sukses manarik perhatian ribuan pasang mata
untuk menyaksikannya. Mel Gibson, Stephen Spielberg, dan Tom Hanks
merupakan tokoh-tokoh dibalik cinema yang berkisah tentang Perang Dunia
II itu.
Saya sendiri adalah penggemar film perang yang bernuansa
sejarah. Dan cinema-cinema yang Saya tuliskan di atas adalah 3 (tiga)
diantaranya. Menurutku Hollywood berjaya menampilkan lakon pertempuran yang mirip dengan kenyataan sesungguhnya.
Dalam setiap film bergenre perang yang pernah kutonton, tak lupa sang
sutradara selalu menampilkan adegan yang menurutku sangat manusiawi.
Yaitu dialog para prajurit ketika berada dalam keadaan mencekam atau
menghadapi pertempuran terakhir yang menentukan. Situasi saat nyawa
mereka terancam.
Berkisahlah para prajurit itu satu sama lain tentang diri mereka. Apa yang telah dialami sebelum terjun dalam kecamuk perang, serta mimpi-mimpi yang ingin digapai. Tiba-tiba suasana spiritual hadir dalam relung kesadaran. Maka berdoalah ia pada Tuhannya, hal yang sebelumnya nyaris tak pernah dilakukan. Dirinya ingin mesra dengan Sang Pencipta.
Dan memang begitulah fitrah manusia. Kesadarannya tentang hidup dan kehidupan muncul ketika dihadapkan pada "ancaman" kematian. Inilah juga yang menjelaskan mengapa orang yang baru pertama kali bepergian dengan pesawat terbang, lebih panjang doanya. Seakan ada yang terus berbisik, "kalau pesawat jatuh, kamu pasti mati". Padahal, pesawat adalah alat transportasi paling aman di dunia (persepsi resiko).
Doa sepanjang itu mungkin jarang dilakukan oleh mereka-mereka yang berpetualang menggunakan kendaraan darat dan laut. Karena menganggap bepergian dengannya tak terlalu mengancam nyawa. Dari sini akhirnya kita memahami hikmahnya, mengapa kita dianjurkan oleh para guru dan ustadz untuk sesekali mengingat mati....
Berkisahlah para prajurit itu satu sama lain tentang diri mereka. Apa yang telah dialami sebelum terjun dalam kecamuk perang, serta mimpi-mimpi yang ingin digapai. Tiba-tiba suasana spiritual hadir dalam relung kesadaran. Maka berdoalah ia pada Tuhannya, hal yang sebelumnya nyaris tak pernah dilakukan. Dirinya ingin mesra dengan Sang Pencipta.
Dan memang begitulah fitrah manusia. Kesadarannya tentang hidup dan kehidupan muncul ketika dihadapkan pada "ancaman" kematian. Inilah juga yang menjelaskan mengapa orang yang baru pertama kali bepergian dengan pesawat terbang, lebih panjang doanya. Seakan ada yang terus berbisik, "kalau pesawat jatuh, kamu pasti mati". Padahal, pesawat adalah alat transportasi paling aman di dunia (persepsi resiko).
Doa sepanjang itu mungkin jarang dilakukan oleh mereka-mereka yang berpetualang menggunakan kendaraan darat dan laut. Karena menganggap bepergian dengannya tak terlalu mengancam nyawa. Dari sini akhirnya kita memahami hikmahnya, mengapa kita dianjurkan oleh para guru dan ustadz untuk sesekali mengingat mati....
0 komentar:
Posting Komentar