![]() |
gambar: id.pikbest.com |
Jika anak belajar tentang nilai-nilai cinta, kasih sayang,
ketulusan, tenggang rasa, kebersamaan dan keikhlasan dari ibundanya,
dari manakah buah hati belajar tentang nilai-nilai ketegasan,
keberanian, keberbedaan, profesionalisme dan perjuangan? Ya, dari
ayahandanya. Oleh sebab anak membawa kromosom ayah-bunda, maka kedua
orang tua harus bekerja sama dalam mendidik si kecil menuju
aqil-balighnya.
Nah, jika ada perempuan, sudah baligh (pubertas),
tapi gampang dirayu, mudah diajak, tak cukup memiliki individualitas
dalam mempertahankan privasi dan hak-hak tubuhnya, maka dalam konteks
pendidikan anak, siapakah pihak (orang tua) yang paling bertanggung
jawab? Ya, jawabnya adalah ayah.
Mengapa demikian? Sebab ego, kepercayaan diri, individualitas dalam
mempertahankan privasi dan hak-hak tubuhnya, keberanian untuk menolak,
hanya dapat diperoleh dari sosok ayah. Dan bukan ibu. Jika ia punya itu
semua, sebab dekat dengan bapaknya, anak takkan mudah disentuh, dicium,
dan perbuatan zina lainnya oleh lelaki tak bertanggung jawab.
Maka duhai para ayah, hati-hati, jika ada seorang laki-laki (sebut saja namanya Dilan), tak berani ngajak nikah, maunya hanya merayu, mempengaruhi, melampiaskan nafsunya, dan membuat putri anda tak dapat mempertahankan privasi dan hak-hak tubuhnya, berarti ada masalah dengan cara mendidik anda. Yang itu akan dikau pertanggung jawabkan di pengadilan Allah SWT....
Maka duhai para ayah, hati-hati, jika ada seorang laki-laki (sebut saja namanya Dilan), tak berani ngajak nikah, maunya hanya merayu, mempengaruhi, melampiaskan nafsunya, dan membuat putri anda tak dapat mempertahankan privasi dan hak-hak tubuhnya, berarti ada masalah dengan cara mendidik anda. Yang itu akan dikau pertanggung jawabkan di pengadilan Allah SWT....
0 komentar:
Posting Komentar