![]() |
gambar: id.lovepik.com |
Usai menjadi salah satu pembicara di Latihan Dasar Kepemimpinan SMAN
2 Baubau hari ini, tiba-tiba ku teringat pada sosok Tanzing Norgay.
Saya pertama kali mengenal nama beliau ketika Jamil Az Zaini, salah satu
motivator idola Saya menyebutnya dalam beberapa kesempatan mengisi
training motivasi. Tanzing disandingkan dengan Hillary,
(Tanzing-Hillary), menjadi nama sebuah bandara internasional di Nepal.
Siapa sebenarnya Tanzing ini? Namanya mungkin tak disebut ketika
ada yang bertanya siapa manusia pertama yang menaklukkan puncak
everest. Orang-orang akan lebih mengenal Edmund Hillary, sebab dialah
orangnya. Tapi pria berkebangsaan Nepal inilah yang menjadi pemandu
Hillary mencapai puncak pegunungan tertinggi di dunia itu.
Wartawan pernah bertanya pada Tanzing: "Anda adalah orang yang memandu
Hillary ke puncak everest. Sebagai pemandu, tentu anda yang pertama
menginjak puncak. Bukankah anda yang seharusnya terkenal?"
"Tidak", kata pria yang berasal dari keluarga petani itu. "Saya memang memandunya. Tapi ketika akan sampai ke puncak tertinggi, Saya mempersilahkan Hillary untuk menginjaknya terlebih dahulu". Jelas Tanzing.
"Mengapa anda melakukan itu?", Sang wartawan penasaran. "Sebab mencapai puncak tertinggi everest adalah mimpi Edmund Hillary. Bukan mimpiku. Tugas Saya hanya untuk membantu mewujudkan mimpinya", pungkas Tanzing. Dan memang demikian, mimpi Tanzing bukanlah jadi manusia pertama yang injak puncak everest. Ia punya mimpi yang lain. Tapi adalah kebahagiaan baginya ketika memandu orang lain mewujudkan mimpinya.
Orang-orang seperti Tenzing, adalah mereka yang selalu mendapat tempat tehormat di singgasana kemanusiaan. Sebab nilai kemanusiaan manusia senantiasa dilihat dari dedikasi pada sesama. Maka benarlah saat Hermanto Kosasih, yang juga seorang motivator idola Saya berkata: "mendedikasikan diri untuk membantu orang lain adalah puncak tertinggi dari kecerdasan emosi." Ah, sebagai Muslim, Saya pun selalu teringat pada Hadits itu: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain".
"Tidak", kata pria yang berasal dari keluarga petani itu. "Saya memang memandunya. Tapi ketika akan sampai ke puncak tertinggi, Saya mempersilahkan Hillary untuk menginjaknya terlebih dahulu". Jelas Tanzing.
"Mengapa anda melakukan itu?", Sang wartawan penasaran. "Sebab mencapai puncak tertinggi everest adalah mimpi Edmund Hillary. Bukan mimpiku. Tugas Saya hanya untuk membantu mewujudkan mimpinya", pungkas Tanzing. Dan memang demikian, mimpi Tanzing bukanlah jadi manusia pertama yang injak puncak everest. Ia punya mimpi yang lain. Tapi adalah kebahagiaan baginya ketika memandu orang lain mewujudkan mimpinya.
Orang-orang seperti Tenzing, adalah mereka yang selalu mendapat tempat tehormat di singgasana kemanusiaan. Sebab nilai kemanusiaan manusia senantiasa dilihat dari dedikasi pada sesama. Maka benarlah saat Hermanto Kosasih, yang juga seorang motivator idola Saya berkata: "mendedikasikan diri untuk membantu orang lain adalah puncak tertinggi dari kecerdasan emosi." Ah, sebagai Muslim, Saya pun selalu teringat pada Hadits itu: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain".
0 komentar:
Posting Komentar